Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Apriliani Yulianti Wuriningsih
"[ABSTRAK
Infeksi menular seksual merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan yang
berdampak besar terhadap kesehatan reproduksi. Perempuan dituntut untuk
menjaga kebersihan diri khususnya kebersihan genitalia sebagai alat reproduksi
utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan
kesehatan kebersihan diri terhadap tanda dan gejala IMS. Penelitian ini
menggunakan disain eksperimen semu. Teknik pengambilan sampel
menggunakan konsekutif pada 84 responden yang terbagi dalam kelompok
kontrol dan intervensi. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner tanda dan
gejala IMS. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan kesehatan mengurangi
tanda dan gejala infeksi menular seksual (p = 0,008). Pemberian pendidikan
kesehatan direkomendasikan di pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
kesehatan reproduksi perempuan.

ABSTRACT
Sexual transmitted diseases are one of the women health problems which has a
major impact on health reproduction. Women required to maintenance personal
hygiene especially for genital area as a main reproduction organ. This study was
conduct to explore the effect of personal hygiene health education on the signs
and symtoms of STD amongs respondents. The design is a quasi-experimental.
Consecutive sampling method was used in 84 respondents and divided into
control groups and intervention groups. A questionnaire of signs and symptoms of
sexual transmitted diseases was used. The results showed personal hygiene health
education reduces the signs and symptoms of sexual transmitted diseases (p =
0.008). The health education is recommended to use in the health service to
improve women's health reproduction, Sexual transmitted diseases are one of the women health problems which has a
major impact on health reproduction. Women required to maintenance personal
hygiene especially for genital area as a main reproduction organ. This study was
conduct to explore the effect of personal hygiene health education on the signs
and symtoms of STD amongs respondents. The design is a quasi-experimental.
Consecutive sampling method was used in 84 respondents and divided into
control groups and intervention groups. A questionnaire of signs and symptoms of
sexual transmitted diseases was used. The results showed personal hygiene health
education reduces the signs and symptoms of sexual transmitted diseases (p =
0.008). The health education is recommended to use in the health service to
improve women's health reproduction]"
2015
T43599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliyani Suwardi Pawiro
"Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Gonore dan klamidia merupakan IMS yang banyak terjadi, dan seringkali bersifat asimtomatik, namun manifestasinya dapat menyebabkan penyakit serius lainnya secara sistemik. Sebagian besar komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) melakukan seks anal, sehingga dianggap sebagai suatu kelompok berisiko untuk terinfeksi gonore dan klamidia. Infeksi yang sering terjadi adalah di daerah anus (proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah pasangan anal dengan proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia pada LSL. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Respondent Driven Sampling. Dari 750 sampel yang ada, sampel yang eligible sebanyak 644, karena data terisi lengkap. Prevalens kasus proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia adalah sebesar 32,4%, dengan hasil bivariat yang menunjukkan bermakna secara statistik adalah variabel pendidikan, sumber pendapatan utama, dan penggunaan kondom. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal terhadap hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia. Analisis multivariat yang digunakan adalah cox regression. Hasil akhir hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia yang didapatkan setelah mengontrol penggunaan kondom serta interaksi dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal adalah prevalence ratio (PR) sebesar 1,219 (95% CI 0,883-1,681). Tingginya jumlah pasangan seks anal serta rendahnya penggunaan kondom konsisten dan dikontak oleh petugas, maka perlunya upaya kerjasama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran setia pada satu pasangan, kemudahan akses kondom dan pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas LSL untuk mencegah terinfeksi gonore dan klamidia.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is currently still be a public health problem worldwide. Gonorrhea and chlamydia are the common STIs happen. Most cases are asymptomatic, but its manifestations can cause other serious systemic illnesses. Most men who have sex with men (MSM) having anal sex, treated as a high risk group for gonorrhea and chlamydia infection. Infection commonly occurs in the anal area (gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis). The aim of this study is to estimate the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis in MSM. Study design is crosssectional. Respondents are taken from Jakarta, Bandung, and Surabaya in 2011, by Respondent Driven Sampling method. Among 750 samples available, the eligible sample is 644 (complete data). Prevalence of gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis cases is 32,4%. Results of bivariate analysis showed statistically significant variables are education, source of income, and the use of condoms. There is interaction variables of being contacted by health workers and number of anal-sex partner to the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis. Cox regression was used for multivariate analysis. The end result is the prevalence ratio (PR) of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis after controlling confounder use of condom and interaction of being contacted by health workers and anal-sex partner number is 1,219 (95% CI 0,883-1,681). It is needed policy and collaborative action from all sectors to prevent gonorrhea and chlamydia infection by increased awareness of faithful to one partner, improve condom accessibility and delivery of health services easiness for MSM community. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni
"Penelitian bertujuan mengetahui model perilaku seksual berisiko pada penasun yang memiliki pasangan seks tidak tetap di Indonesia Tahun 2011. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berpengaruh langsung menurunkan perilaku seksual berisiko adalah pengetahuan mengenai HIV AIDS (koef -0,59) dan demografi (koef -0,15). Faktor yang secara langsung mendorong penasun melakukan perilaku seksual berisiko adalah keterpaparan NAPZA (koef 1,39) dan perilaku menyuntik (koef 0,22). Faktor yang tidak langsung mendorong penasun berperilaku seksual berisiko adalah frekuensi dipenjara (koef 0,22). Perlunya meningkatkan pengetahuan mengenai HIV AIDS untuk menurunkan perilaku seksual berisiko penasun yang memiliki pasangan tidak tetap.

The aim of research was to known sexual risk behavior model among injection drug users who have unfixed sexual risk partner in Indonesia year 2011. Result of analysis show factors that directly influence to decrease sexual risk behavior was knowledge of HIV (koef -0,59) and demographic (koef -0,15). Factors that directly influence to increase sexual risk behavior was injecting behavior (koef 0,22) and exposure to injecting drug (koef 1,39). Factors that indirectly influence sexual risk behavior was frequancy of prison (0,22). Increase of knowledge particularly about HIV prevention at injection drug user needed to decrease sexual risk behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Etrawati
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara faktor psikososial dengan perilaku seksual berisiko pada siswa SMA/sederajat di Kabupaten Merauke (1364 responden). Hasil uji multivariabel menunjukkan perilaku seksual berisiko dipengaruhi oleh perilaku negatif peer group, self efficacy, kontrol orang tua dan keterpaparan program DAKU! sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko adalah perilaku negatif peer group. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaktifkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) guna memberikan keterampilan hidup (life skill), meningkatkan self efficacy remaja serta partisipasi aktif orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja sejak dini sebagai bentuk pengontrolan/langkah protektif terhadap perilaku seksual berisiko remaja.

The aim of this study is to prove the relationship between psychosocial determinant with sexual risk behavior among 1364 senior high school student in district of Merauke. The result of multivariable analysis indicated that sexual risk behavior was affected by negatif peer influence, self efficacy, parental controls and exposed by the DAKU! program then the most dominant factor affected to sexual risk behavior was negatif peer influence. Thus, it was suggested to activate UKBM in giving life skill, improving adolescent self efficacy and having parents participation in giving health reproductive information earlier to prevent sexual risk behavior among adolescent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The actor responsible in surveillance is epidemiology surveillance unit in central level to local level. The unit is supported by the STDs surveillance conducting institution and pap-smear which include government, private, and public. Situational factors of health and research data shows the increment of STDs among housewives. Structural factors in public shows STDs surveillance has been conducted and the public have realize the importance of the information about the occurrence of STDs among low risk group. "
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Agustini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan pengetahuan HIV/AIDS dan tahapan moral judgement terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya jumlah penderita AIDS dengan faktor seksual sebagai penyebab utama. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan remaja gaul usia 11-22 tahun sebagai responden dan dilakukan di Mal Blok M dan Mal Cijantung. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan bahwa antara pengetahuan HIV/AIDS dan perilaku seksual tidak berhubungan secara bermakna, sedangkan antara tahapan moral judgement dan perilaku seksual secara bermakna berhubungan, begitupun jika diukur secara bersama antara moral judgment dan pengetahuan HIV/AIDS mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual. Namun sumbangan faktor moral dan pengetahuan yang diukur bersama-sama tidak terlalu besar untuk memprediksi perilaku seksual (20.3 %), sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat melihat sumbangan faktor lainnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesparia Magi Awang
"Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999 di dunia terdapat 350 juta kasus baru seperti Sifilis, Gonore, Infeksi Chlamyda dan trikomoniasis. Sementara angka IMS di Indonesia sulit diketahui dengan pasti karena terbatasnya informasi yang ada. IMS diketahui dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi HIV dan juga menyebabkan morbiditas yang tinggi. IMS banyak menyerang golongan masyarakat yang mempunyai perilaku seksual dengan banyak mitra seperti pekerja seks komersial dan diantaranya adalah waria.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta timur dengan mengambil lokasi di Kebon Singkong, Velbak dan Pejagalan pada bulan Juni - Agustus 2002. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam atau indeph interview. Jumlah informan sebanyak 12 orang, sedangkan informan kunci sebanyak 6 orang yang terdiri dari pemilik warung, pemilik toko obat dan petugas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku waria dalam mencari pengobatan pada saat menderita IMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan informan pada umumnya rendah terutama yang menyangkut penularan, pencegahan, jenis-jenis, gejala serta penyebabnya. Sikap yang ditunjukkan informan adalah negatif untuk penggunaan kondom, dan bersikap positif untuk mengobati sendiri dengan antibiotik yang tidak rasional, minum obat anti biotik secara teratur dan mencari pertolongan kesehatan kepada petugas kesehatan. Sumber utama informasi IMS dan HIV/AIDS adalah petugas kesehatan dan teman. Informan menganggap bahwa dirinya termasuk golongan yang rentan terhadap IMS dan juga mereka menganggap bahwa IMS adalah penyakit yang berbahaya. Kecuali biaya, maka waktu, jarak, perilaku petugas tidak menjadi hambatan informan dalam mencari pengobatan. Upaya mencari pengobatan IMS yang dilakukan dalam empat tahap yaitu mengobati dengan obat tradisional, minum obat-obatan antibiotik dengan dosis yang tidak rasional. Jika belum sembuh upaya lain yang ditempuh adalah mencari bantuan tenaga kesehatan modern baik yang swasta, pemerintah dan jika tidak ada perubahan akan kembali ke pengobatan tradisional.
Beberapa saran yang dianjurkan penulis adalah perlunya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang IMS, pelatihan untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang positif terhadap upaya mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan, perlunya pengembangan prorotipe media yang spesifik waria (transvestisme), membuat perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi secara terpadu dengan dana yang memadai, menyediakan kondom gratis dalam jangka waktu tertentu.

The Attitude of Transvestites in Seeking Medication for Sexually Transmitted Infections in East Jakarta in 2002Sexually Transmitted Infections such as HIV/AIDS infections constitute the world's health problem including Indonesia. Based on WHO's estimation of 1999 there are currently 350 millions cases of syphilis, gonorrhea, Chlamydia and Trikomoniasis infections. The figures of Sexually Transmitted Infections in Indonesia are not definitely known due to limited available information. Sexually Transmitted Infections can increase sensitivity to HIV infection and also raise morbidity rate. Sexually Transmitted Infections mostly affect certain type of community who have frequent sexual relation with commercial sex workers including transvestites.
The research was carried out in three districts in Jakarta namely Kebon Kacang, Velbak and Pejagalan in June-August 2002. Qualitative approach was implemented in data collecting process through in-depth interview. The number of informants was 12 with six key informants consisting of food stall owners, drugstore keepers, and health officer.
The research was aimed at obtaining information on transvestite's attitude in seeking medication when suffering from Sexually Transmitted Infections.
The result of the research revealed a low level of knowledge on the part of the informants regarding transmission, prevention, types, symptoms and cause of disease.
The informants showed negative attitude towards the use of condoms, positive attitude for self-medication by using irrational antibiotic, regular antibiotic take in and seeking medical help from physicians. The main resource of information for Sexually Transmitted Infections and H1V/AIDS was health officers and friends. The informants viewed that they were vulnerable to Sexually Transmitted Infections and that Sexually Transmitted Infections were dangerous. The use of condoms as a means to prevent Sexually Transmitted Infections was relatively rare. Factor hindering the informants in utilizing health services among others was cost and factor encouraging them to use health services was peer group and counseling by health officers exposed by media. Attempt to seek medication were divide into stages namely medication with traditional medicine, taking antibiotic with irrational dose, seeking medical help from modem state or private physicians and traditional medication.
The writer emphasizes the need of counseling to enhance knowledge on Sexually Transmitted Infections, training to generate and boost positive behavior and attitude in seeking medication from health services, the necessity to develop specific media for transvestites, planning, implementation, integrated monitoring and evaluation with sufficient fund, providing free condoms within a certain period of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajai Nugraha
"ABSTRAK
Dampak kccacingan akan mempengaruhi kesehalan manusia, khususnya pada
anak-anak, yaitu dapat menghambat pertumbuhan dan hilangnya kemampuan mencegah
tenjadinya infcksi dan pada anak usia sekolah keadaan ini akan berakibat buruk pada
kemampuannya dalam mcngikuti pclajaran di sekolah. Scbagai gcncrasi pcncrus
pcmbangunan terutama anak usia sekolah dasar harus terus dijaga dan dibina kualitas
SDM nya dari awai, sehingga dengan kualitas SDM yang baik maka roda pembangunan
di Indonesia akan beljalan dengan baik sehingga negara menjadi kuat.
Tujuan dari penelitian ini -untuk mcmperolch infommasi hubungan antam
kontaminasi cacing dalam tanah di tempat tinggal murid dengan infestasi cacing pada
murid besena faktor-faktor Iainnya sepcrti pengetahuan dan perilaku murid, pendidikan
dan pengetahuan orang ma murid, keadaan sanitasi sekolah dan tempat tinggal murid.
kontaminasi cacing dalam tanah di sekolah dan riwayat pcmberian obat cacing pada
murid.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Data yang digunakan
adalah data primer yaitu dcngan melakukan pengukuran dan pengambilan sampel
Iangsung dilapangan dan dipcriksa di laboralorium. Jumlah sampcl pcnelitian ini adalan
406 murid di 30 SD di Kabupatcn Karawang tahun 2007, dipilih dengan menggunakan
teknik kluster random sampling. Pemeriksaan telur cacing di dalam tinja dengan metoda
hapusan tinja iodine, pemeriksaan telur cacing dalam tanah mcnggunakan metoda eosin,
scdangkan untuk variabcl-variabel yang lain pcngukuran dilakukan dcngan
mcnggunakan kuesioncr dan pengamatan langsung pada obyek penelitian. -Iasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan pada murid di 30
SD di Kabupaten Karawzmg tahun 2007 adalah 14.3 perscn. dcngan infeksi pada
masing-masingjenis cacing adalah cacing gelang 87,9 pcrscn, cacing cambuk 6,9 perscn
dan cacing tambang 3,45 persen. Kontaminasi cacing dalam tanah di tempat tinggal
murid adalah 6,65 persen scdangkan di sekolah 13,3 persen. I-iasil analisis multivariat
menunjukkan bahwa ada dua var-label yang secara bersama-sama berhubungan dengan
infeslasi casing pada murid, yaitu keadaan sanitasi tempat tinggal murid dan
kontaminasi cacing dalam tanah di tcmpat tinggal murid. Murid yang tempat tinggainya
terkomaminasi oleh cacing berpeluang 2,859 kali lebih besar terinfestasi cacing
dibandingkan dengan yang tcmpat tinggalnya tidak terkontaminasi cacing. Murid yang
tinggal dengan keadaan sanitasinya yang tidak baik berpeluang 2,125 kali lebih besar
tednfcstasi cacing dibandingkan dcngan yang tinggal dengan keadaan sanitasinya baik.
Dibandingkan dengan hasii penelitian-penelitian lain, pada penelitian ini angka
prevalensi kecacingan (Soil Transmitted Helmimh) lebih rcndah- Upaya~upaya yang
disarankan untuk mengatasi masalah tcrsebul antara lain pemberian obat cacing yang
adekuat, pendidikan kcschatan bagi orang tua, guru maupun murid SD, serta program
perbaikan perumahan, kondisi sanitasiaingkungan lempat tinggal dan sekolah.

ABSTRACT
The Impact of suffer from soil transmitted helminth will influence human`s
health, especially children. lt could hamper the children?s growth and lose the ability to
prevent infection. This condition will give a bad result to the children ability to study at
school. As the generation who is responsible for continuing the national development.
especially the children who are still in the elementary school. we should make their
human nesource?s quality, the co\mtry?s development will runs well.
The purposes of this research' are to gain informations about the association
between the soil transmitted helminth in the studenfs residence and helminth infestation
on students along with another factor, such as : student knowledge and attitude_ the
education and knowledge of parent?s student?s, the sanitations of school and students
residence, the soil transmitted helminth contamination at school, and the history of
helminth medicine?s distribution to the students.
This research uses the cross sectional study. The data used is primary data, by
doing measuring and taking sample in field, and are examinated in the laboratory. The
number of the sample are 406 elementary school?s students in Karawang in 2007,
chosen by using cluster random sampling technique. The research of helminth egg in the
feces with iodine feces wiping method. the research of helminth egg in the soil with
eosin method, whereas for the other variable, thc measuring done by using
questionnaire and observation directly on the research?s object. The research?s result show that the suffer 'from soil transmitted helminth
prevalence in the students of 30 elementary schools in Karawang in 2007 is -14,3
percent, with infection on each kind of helrninths are : tape worm 87,9 percent, whip
wom1 6,9 percent and hockworm 3,45 percent.
The soil transmitted helminth contamination in the students residence is 6,65
percent. where as at school is 13,3 percent. The multivariate analysis results indicated
that there are two variables which are together related to helminth infestation on the
students. They are the sanitation of students residence and the soil transmitted helminth
contamination in the student's residence. The students that their house are contaminated
by the helminth has a chance to be infestated by norms 2.859 times greater than those
which aren?t. The student who live in bad sanitation has a chance to be infestated by
helminth 2. |25 times greater than student who live in good sanitation.
Is compare with the result of another research, in this research the prevalence of
grade soil transmitted helminth more lower. 'I`he preferred ettbrts to handle these
problems are the adequate distribution of helminth medicine, health education for
parents, teacher and elementary school student, also the housing improvement program,
condition of environmental sanitation residence and school.
"
2007
T34559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Wijiastuti
"Pemeriksaan pap smear sangat disarankan, khususnya untuk perempuan yang sudah aktif secara seksual. Perilaku seks berisiko dapat menyebabkan tertularnya Infeksi Menular Seksual maupun kanker serviks. Sejauh ini, pemeriksaan pap smear diperuntukkan bagi perempuan yang sudah menikah. Lesbian yang sudah seksual aktif sering kali mendapat kendala dalam melakukan pemeriksaan pap smear karena status pernikahannya dan persepsi bahwa lesbian tidak berisiko. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dirancang untuk mengetahui mengenai pengalaman lesbian di Jakarta dalam memutuskan untuk menjalankan pemeriksaan pap smear tahun. Jenis penelitian dengan metode kualitatif yakni melibatkan 5 lesbian di Jakarta sebagai informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lesbian yang aktif memperjuangkan hak asasi LBT lebih mudah mendapatkan pelayanan pap smear dari pada lesbian yang memang tidak aktif berjuang diisu tersebut. Pelecehan dan diskriminasi dari petugas kesehatan seringkali diterima oleh lesbian karena status pernikahan, identitas seksual dan penampilannya. Saran yang diberikan agar dibuatnya pedoman mengenai pelayanan kesehatan yang ramah untuk perempuan khususnya lesbian.

Pap smear is highly recommended, especially for women who are sexually active. Risky sexual behavior can lead to transmission of sexually transmitted infections and cervical cancer. So far, the Pap smear is for women who are married. Lesbians who are sexually active often have constraints in performing Pap smears because of her marital status and perception that lesbians are not at risk. Accordingly, the study was designed to find out about the lesbian experience in Jakarta in deciding to run a pap smear. This type of research with a qualitative method that involves 5 lesbiabs in Jakarta as an informan.
The results showed that the active fight or lesbians rights it easier to get a pap smear service better than lesbian who are not active in that issue. Harassement and discrimination from health worker are often accepted by lesbians from marital status, sexual identity and appearance. Suggestions are given forguidance on health care made friendly to women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>