Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New Delhi: WHO, 2001
613 WOR w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fahreza Aditya Neldy
"Nilai titik potong lingkar lengan atas (LiLA) untuk diagnosis gizi buruk berdasarkan WHO adalah 11,5 cm. Nilai titik potong ini dinilai kurang sensitif dalam menjaring kasus gizi buruk pada balita. Berbagai nilai titik potong LiLA baru diusulkan dengan nilai diagnostik yang lebih baik namun memiliki interval yang lebar, 12 cm-14,1 cm. Saat penelitian ini dilakukan belum ada data mengenai evaluasi nilai titik potong LiLA 11,5 cm dalam diagnosis gizi buruk pada balita di Indonesia. Diperlukan penelitian untuk mengevaluasi nilai diagnostik LiLA dalam diagnosis gizi buruk dan mencari titik potong yang paling optimal pada balita Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik LiLA dibandingkan dengan indeks BB/TB dalam diagnosis gizi buruk pada balita, mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif nilai titik potong LiLA < 11,5 cm dalam diagnosis gizi buruk dan mencari rekomendasi nilai titik potong LiLA yang memiliki nilai diagnostik yang lebih baik untuk skrining balita dengan gizi buruk. Pengambilan subyek penelitian pada studi diagnostik ini dilakukan secara konsekutif pada bulan Januari-Februari 2020 di RSCM dan Puskesmas Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian ini melibatkan 421 subyek. Data dasar, jenis kelamin, usia didapatkan melalui wawancara singkat. Pengukuran antropometri berupa berat badan, tinggi badan/panjang badan dan lingkar lengan atas dilakukan oleh peneliti/asisten peneliti yang memiliki realibilitas pengukuran yang baik. LiLA memiliki nilai diagnostik yang tinggi ditandai dengan AUC 0,939 (CI95% 0,903-0,974). Nilai diagnostik LiLA dengan titik potong 11,5 cm memiliki sensitivitas yang rendah. Nilai diagnostik LiLA dengan nilai titik potong 11,5 cm: Se 21% Sp 99,7% NDP 80%, NDN 96%, IY 0,2. Nilai titik potong LiLA 13,3 cm memberikan hasil terbaik dalam identifikasi gizi buruk dengan Se 89%, Sp 87%, NDP 25%, NDN 99% dan IY 0,76. Nilai titik potong LiLA 11,5 cm untuk kasus gizi buruk memiliki sensitivitas yang rendah dan sebaiknya tidak digunakan dalam upaya skrining kasus gizi buruk di masyarakat. Nilai titik potong LiLA 13,3 cm memberikan nilai diagnostik yang lebih baik dalam upaya skrining gizi buruk pada balita usia 6-59 bulan.

World Health Organization recommends 11,5 cm as cut off value of mid-upper arm circumference (MUAC) to diagnose severe acute malnutrition (SAM) in under-five. Many studies indicate that the recommended cut off value is not sensitive to screen severe acute malnutrition cases. Various new cut off values have been proposed with very wide interval, 12-14.1 cm. When this study started there was no available data regarding diagnostic value of MUAC in diagnosing severe acute malnutrition in under-five in Indonesia. Aims of this study are to evaluate diagnostic value of MUAC in diagnosing SAM compare to WHZ index, to evaluate sensitivity, specificity, positive prediction value, negative prediction value of MUAC with 11,5 cm as standard cut off in diagnosing SAM and to find alternative cut off value that may offer better diagnostic performance. This diagnostic study recruits subjects consecutively in January-February 2020 in Cipto Mangunkusumo hospital and Puskesmas Cengkareng. We collected 421 subjects. Demographic data was obtained by using brief conversation. Physical examination and anthropometric measurement were performed by researcher and research assistant that had been trained, evaluated and proven to have excellence reliability. In general, MUAC has excellent diagnostic value to assess SAM in under-five with AUC 0,939 (CI95% 0,903-0,974). The recommended cut off value has low sensitivity. Proportion SAM using WHZ index and MUAC < 11,5 cm are 4,5% and 1,2%. Diagnostic values MUAC using cut off 11,5 cm are Se 21%, Sp 99,7%, PPV 80%, NPV 96% and YI 0,2. By using 13.3 cm as new cut off value, MUAC will have Se 89%, Sp 87%, PPV 25%, NPV 99% and YI 0,76. We conclude that MUAC using 11,5 cm has low sensitivity to detect SAM cases in population, therefore should not be implemented in the community for screening SAM cases. The new cut of value 13,3 cm has better diagnostic value to screen SAM cases in under-fives."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 1988
613.060 WOR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza Utari Widyastuti
"Secara global, kesehatan adalah industri senilai USD 3.5 triliun atau setara dengan 8% dari PDB dunia. Menurut data, masih ada kekurangan dari sistem kesehatan saat ini, antara lain: (i) angka harapan hidup yang masih bervariasi; (ii) 100 juta orang dimiskinkan oleh pengeluaran kesehatan; (iii) kesenjangan kesehatan yang terus terjadi, bahkan di negara-negara kaya (US dan Australia); (iv) sebagian besar peralatan yang tidak digunakan dengan semestinya. Memperkuat sistem kesehatan berarti mengatasi kendala utama di setiap bidang, dengan demikian derajat kesehatan akan meningkat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Metode yang digunakan adalah tinjauan kepustakaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapatkan melalui pencarian studi/penelitian yang sudah ada sebelumnya dan teori-teori yang berkaitan dengan topik. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penelitian dengan semua jenis metode yang dapat menjawab topik dan menggunakan framework WHO: Six Building Blocks. Kriteria eksklusi penelitian adalah penelitian lebih dari 10 tahun, serta penelitian yang tidak dapat menjawab pertanyaan penelitian. Informasi yang didapatkan dari studi literatur ini akan diuraikan dalam bentuk table hasil dan narasi, dengan hasil temuannya yaitu kinerja sistem kesehatan di negara berkembang belum lebih baik dari negara maju, dilihat dari status kesehatan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang sedang dialami.

Globally, healthcare is an industry of USD 3.5 trillion worth or equal to 8% of the world GDP. According to the data, there are still shortcomings of the current health system, as follows: (i) life expectancy that still varies; (ii) 100 million people are impoverished by health spending; (iii) health gaps that continue to occur, even in wealthy countries (the US and Australia); (iv) most of the equipment is not used properly. Strengthening the health system means overcoming the main obstacles in each field, thus the value of health will increase. This research uses a qualitative approach that is descriptive-analytic. The methods used are a literature review. The type of data used is secondary data obtained through pre-existing study/research searches and topic-related theories. The inclusion criteria for this study are research with all types of methods that can answer topics and use the WHO framework: Six Building Blocks. The research exclusion criteria are the research of more than 10 years, as well as research that cannot answer research questions. The information obtained from this literature study will be described in the form of results table and narration, with the result of the health systems performance in the developing countries has not been better than in developed countries, judging by the public health status and the health problems that are being experienced."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
New Delhi: Regional Office for South-East Asia, 1989
613.059 WOR w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Rachmawati
"[Latar belakang. Frambusia banyak ditemukan di negara tropis dan 75% kasus baru terdeteksi pada anak kurang dari 15 tahun. Diagnosis klinis sulit karena dapat menyerupai lesi penyakit lain. Namun pada praktiknya, diagnosis lebih sering ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan epidemiologis, karena pemeriksaan serologis dianggap tidak praktis. Tujuan. Mengetahui kesesuaian gambaran klinis frambusia menurut pedoman WHO dengan kepositivan TPHA pada anak usia 1-12 tahun. Metode. Uji deskriptif. Subyek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis sesuai lesi frambusia menurut WHO, lalu dikategorikan sebagai terduga frambusia dan bukan frambusia. Seluruh subyek dikonfirmasi dengan pemeriksaan TPHA. Dihitung besar kesesuaian keseluruhan, kesesuaian positif, dan negatif antara dugaan klinis dan TPHA. Hasil. Total subyek penelitian adalah 493 anak. Sebanyak 32 subyek terduga klinis frambusia dan 22 subyek dengan hasil TPHA positif. Proporsi kesesuaian keseluruhan antara gambaran klinis WHO dan TPHA adalah 90,67%, dengan proporsi kesesuaian positif 18,18%, dan proporsi kesesuaian negatif 94,06%. Kesimpulan. Nilai kesesuaian keseluruhan yang tinggi disebabkan karena kepositivan TPHA sangat kecil dibandingkan total subyek. Kepositivan gambaran klinis frambusia menurut WHO hanya memiliki kesesuaian sebesar 18,18% dengan pemeriksaan TPHA, sehingga tidak cukup sebagai sarana penapisan penyakit. Tidak ditemukannya gambaran klinis menurut WHO memiliki kesesuaian sebesar 94,06% dengan TPHA yang negatif., Background. Yaws is most prevalent in tropical countries and 75% of new cases are in children younger than 15 years. Clinical diagnosis can be confused with other skin diseases. However, physician often diagnose the disease based on clinical and epidemiological finding, because serological examination is impractical. Aim. To identify the conformity of yaws’ clinical manifestation based on WHO classification and TPHA in children age 1-12 years. Method. Descriptive study. All subjects were examined based on WHO classification, and then categorized as suspected or nonsuspected cases. TPHA were done to all subjects. Data collected were calculated to identify the proportion of overall agreement, positive percent agreement and negative percent agreement between clinical diagnosis and TPHA. Result. 493 subjects included in this study. There were 32 subjects with suspected yaws and 22 with reactive TPHA. The proportion of overall agreement between suspected case and TPHA were 90,67%, with positive percent agreement of 18,18%, and negative percent agreement of 94,06%. Conclusion. The high value of overall agreement can be due to rare case compared to total subjects. The positiveness of yaws’ clinical manifestation based on WHO classification only had the conformity of 18,18% with TPHA result, which means that clinical diagnosis alone is nonreliable as screening tool. The negativeness of the clinical manifestation had the conformity of 94.06% with TPHA result.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Sastrawaty
"Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi surveilans imunisasi di Kota Bekasi yang dapat memudahkan dalam pengumpulan, pengolahan, dan analisa data serta memudahkan pengambil kebijakan dalam monitoring dan evaluasi program. Pengembangan sistem menggunakan model incremental dan iteratif dengan tahapan: perencanaan, analisis, desain, dan implementasi. Hasil penelitian berupa prototype yang menghasilkan basis data menggunakan MySQL untuk data-data imunisasi dan KLB PD3I dan inputing data secara online menggunakan PHP. Output prototype berupa tabel, grafik dan peta diharapkan dapat membantu pengambil kebijakan baik di dinas kesehatan maupun puskesmas dalam mencegah terjadinya KLB PD3I dan dapat melakukan perencanaan dengan evidence based.

This thesis aims to develop an immunization surveillance information system in Bekasi Municipality which can facilitate the collection, processing, and analysis of data and enable policy makers in monitoring and evaluation program. The system development uses the incremental and iterative model with phases: planning, analysis, design, and implementation. The thesis results a prototype that generates database using MySQL for immunization data and outbreak of diseases that can be prevented by immunization and inputing data online using PHP. The output are in tables, graphs and maps. These can support decision makers in both the district health office and public health care in preventing outbreaks of diseases that can be prevented by immunization and making evidence based policy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Meivita
"Latar belakang : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter dan dokter gigi yang mernberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat lzin Praktik (SIP) sebagai dasar legalitasnya. Semakin lama jumlah dokter yang melakukan registrasi semakin meningkat, yaitu pada tahun 2011 sebanyak 125.264 dan tahun 2012 sebanyak 135,739. Namun dalam pelaksanaannya untuk melakukan registrasi masih dirasakan kurang efektif dan efisien karena didalam proses pemberkasan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, sesuai dengan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 38/KKI/KEP/IX/2007, bahwa diperlukan cara registrasi dokter dan dokter gigi secara terpadu (online) menggunakan sistem yang terintegrasi, mudah, aman, serta dapat diakses secara berjenjang oleh banyak pihak, terutama yang berkepentingan dengan data dokter dan dokter gigi.
Tujuan : Mengembangkan prototype sistem informasi registrasi online yang sesuai dengan kebutuhan KKI.
Metode : menggunakan metode kualitatif dan System Development Life Cycle (SDLC).
Hasil : Dengan dikembangkannya sistem informasi registrasi online, maka KKI dapat mempersingkat waktu registrasi dan meminimalkan proses pemberkasan. Selain itu dokter, dokter gigi, dokter spesialis, serta dokter gigi spesialis dapat melakukan proses registrasi dengan mudah dan kapan saja.
Kesimpulan : Pengembangan sistem informasi ini menghasilkan data registrasi dokter secara cepat dan akurat. KKI juga dapat melakukan pertukaran data dengan stakeholder lainnya.

Background: Based on Law Number 29 Year 2004 on the Practice of Medical, doctors and dentists who give health services to the public must have a Certificate of Registration (STR) and Surat License Practice (SIP) as the basis for its legality. The longer the number of doctors who perform registration increases, ie as many as 125 264 in 2011 and in 2012 as many as 135.739. However in practice to register is still perceived as less effective and efficient in the process of filing takes a long time. Therefore, according to the Indonesian Medical Council Decision No. 38/KKI/KEP/IX/2007, that takes way the registration of doctors and dentists in an integrated (online) use a system of integrated, easy, safe, and accessible in stages by many, especially those concerned with the data physicians and dentists.
Objective: Develop a prototype system online registration information in accordance with the needs of KKI.
Method: using qualitative methods and the System Development Life Cycle (SDLC).
Results: With the development of information systems online registration, the KKI can shorten the time of registration and filing process minimizes. Besides doctors, dentists, specialists and dental specialists can make the registration process easily and at any time.
Conclusion: The development of the information system generate registration data clinicians quickly and accurately. KKI also be able to exchange data with other stakeholders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiya Muliawati
"Pelaksanaan SIK terintegrasi di Indonesia masih belum sepenuhnya terlaksana secara optimal karena masih adanya fragmentasi pelaporan data dari daerah menuju pusat. Skripsi ini membahas gambaran SIMPUS sebagai salah satu bentuk SIK terintegrasi untuk mendukung manajemen pelayanan kesehatan melalui studi kasus pelaksanaan di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi desktriptif menggunakan pendekatan 7 komponen dari National e- Health Strategy Toolkit milik WHO serta proses dalam manajemen pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi untuk mendapatkan data primer, serta didukung oleh telaah dokumen untuk mendapatkan data sekunder. Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di Dinkes Kota Depok serta 11 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di UPT Puskesmas Kota Depok yang didapatkan dari teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa berdasarkan National e-Health Strategy Toolkit dari WHO, aplikasi SIMPUS belum cukup optimal dalam pelaksanaannya sebagai bentuk SIK Terintegrasi di Kota Depok. Hal tersebut dapat dilihat dari infrastruktur jaringan dan sistem yang masih sering eror, kompetensi tenaga kerja yang masih belum seragam dan sesuai, hingga belum adanya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Selain itu, analisis dengan manajemen pelayanan kesehatan menunjukkan SIMPUS masih membutuhkan optimalisasi di setiap tahapan prosesnya, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (implementasi), evaluation (evaluasi), dan controlling (pengawasan dan pengendalian).

The implementation of integrated health information system (SIK) has not been fully implemented optimally because there is still a data fragmentation of reporting from regions to the center. This paper discusses an overview of SIMPUS implementation as part of integrated health information system (SIK) to support health service management through case studies of the implementation in Depok City. This paper employs qualitative research in a descriptive study, using the 7 components of National e-Health Strategy Toolkit from WHO as an assessment and the process of health service management. This research using indepth interviews and observation methods to obtain primary data, and supported by document review to obtain secondary data. Informants in this research are the person in charge (PJ) of SIMPUS in Depok City Health Office (Dinkes Kota Depok) and Depok Health Center (Puskesmas) as obtained from purposive sampling techniques. The result shows that SIMPUS has not been implemented optimally as a part of integrated health information system (SIK) in Depok based on the National e-Health Strategy Toolkit from WHO. This can be seen from the lack of infrastructure that often getting error-either the networks or the system, competencies of human resources that still not equivalent, and the absence of data utilization for policy and decision making. Moreover, analysis with the management health service process still needs optimization at each stage- planning, organizing, actuating, evaluating, and controlling. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>