Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Holtrop, Hugh R.
Massachusetts: The Pathfinder Fund, 1976
618.88 HOL u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rizki Rahayu
"Latar belakang: Amenorrhea primer didefinisikan sebagai tidak adanya siklus menstruasi hingga usia 16 tahun pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan karakteristik seksual sekunder yang normal atau pada usia 14 tahun tidak adanya perkembangan dari karakteristik seksual sekunder. Penyebab amenorrhea primer dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu, obstruksi outflow tract, disfungsi ovarium, disfungsi hipotalamus-pituitari. Adanya abnormalitas pada kromosom dapat menyebabkan gangguan perkembangan saluran reproduksi. Menjadi perhatian adalah pasien fenotipe wanita yang memiliki kromosom Y mempunyai peluang 25% untuk mengembangkan tumor gonad.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tampilan sonografi uterus dengan jenis kromosom seks pada pasien amenore primer di RSCM.
Metode: Penelitian ini akan menggunakan desain cross-sectional pada 65 subjek dengan teknik consecutive dalam pengambilan sampel. Pengambilan data dari rekam medis pasien amenore primer di RSCM periode Januari 2018 hingga Januari 2020. Data akan diolah menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 20.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan tampilan sonografi uterus mayoritas memiliki hipoplasia uterus 70.7% (n=46). Pada jenis kromosom seks mayoritas memiliki kromosom seks tanpa Y 84.6% (n=55). Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan secara statistik (p=0.015) antara tampilan sonografi uterus dengan jenis kromosom seks pada pasien amenore primer di RSCM. Dengan persentase terbesar pada kromosom seks tanpa Y memiliki tampilan hipoplasia uterus (n=42).
Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik (p<0.05) antara tampilan sonografi uterus dengan jenis kromosom seks pada pasien amenore primer di RSCM.

Background: Primary amenorrhea was defined as the absence of a menstrual cycle until the age of 16 years in conditions of normal growth and development of secondary sexual characteristics or at 14 years of absence of development of secondary sexual characteristics. The causes of primary amenorrhea can be divided into three categories: outflow tract obstruction, ovarian dysfunction, and hypothalamic-pituitary dysfunction. The presence of chromosomal abnormalities can cause impaired development of the reproductive tract. The concern is that phenotypic female patients who have a Y chromosome have a 25% chance of developing gonadal tumors.
Aim: To determine the correlation between uterine sonography appearance and sex chromosome types od primary amenorrhea patients at RSCM
Methods: A cross-sectional study conducted on 65 subjects with consecutive techniques of sampling. Data were collected from the medical records of primary amenorrhea patients at RSCM from January 2018 to January 2020. Data were processed using the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) program version 20.
Results: In this study, uterine sonography was found that 70.7% (n=46) had uterine hypoplasia. In the type of sex chromosome that 84.6% (n=55) has a sex chromosome without Y. The results showed that there was a statistically significant relationship (p = 0.015) between uterine sonographic appearance and sex chromosome type of primary amenorrhea patients at RSCM. The largest proportion of sex chromosomes without Y had the appearance of uterine hypoplasia (n = 42).
Conclusions: There is significant correlation (p>0.05) between uterine sonographic appearance and the sex chromosome type of primary amenorrhea patients at RSCM
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Yusdiana
"Stres pasca trauma merupakan gangguan psikologis pada ibu pasca melahirkan yang disebabkan oleh stressor selama pra
persalinan maupun proses persalinan baik partus dengan seksio sesaria, per vagina dengan alat vakum, dan spontan. Penelitian
ini adalah penelitian survei observasional dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui perbedaan kejadian stres
pasca trauma pada ibu post partum dengan seksio sesaria, partus pervagina dengan alat vakum, dan partus spontan di RS X
Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum berjumlah 1.317 ibu dan sampel 90 ibu. Hasil penelitian dengan
uji T - Independent Test menunjukkan terdapat perbedaan stres pasca persalinan pada masing-masing cara partus (p= 0,018;
α= 0,05). Disarankan perlu dilakukan konseling terhadap ibu sebelum persalinan, peningkatan pendidikan kesehatan, dan
konseling pasca persalinan.
Post-trauma stress is psychological problem on post-partum mother caused by stressor during pre excess labor and labor
process whether partus with secsio caesaria, pervagina with vacuum, and spontaneous. This study is an observational survey
research with cross sectional study to find out the differences between post trauma stress incident on post-partum mothers with
secsio caesaria, partus pervagina with vacuum, and spontaneous partus in X General Hospital Medan. Population in this
research is 1317 post partum mothers and the sample is 90 mothers. Results of research used T Independent test showed the
differences post-labor stress among three kinds of childbirth (p= 0.018; α= 0.05). It is recommended to give counseling to
mother before labor, increased health education, and psychological counseling to the mother post-labor"
Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Jaka Triyadi
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui efektifitas dan keamanan dari AVM dibandingkan dengan kuret tajam pada penanganan abortus inkomplit di bawah usia kehamilan 12 minggu dengan melihat dari lama tindakan, proporsi tingkat kebersihan evakuasi sisa konsepsi 1 minggu pasca tindakan, proporsi gejala-gejala infeksi 1 minggu pasca tindakan dan proporsi komplikasi pada saat tindakan AVM dan kuret tajam.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif (observasional) dengan jumlahsampel 62 subjek yang berkunjung dengan abortus inkomplit ke UGD RSCM, RS Fatmawati dan RSUD Karawang terbagi dalam 31 subjek pada kelompok prosedur AVM dan 31 subjek pada kelompok prosedur kuret tajam. Data dikumpulkan melalui pencatatan waktu lama prosedur AVM dibandingkan kuret tajam, pemeriksaan klinis komplikasi selama prosedur berlangsung, pemeriksaan klinis kebersihan sisa konspesi 1 minggu pasca tindakan dan gejala-gejala infeksi 1 minggu pasca tindakan.
Hasil: Sebanyak 62 subjek (masing-masing 31 subjek), dimana didapatkan rerata dan simpang baku prosedur AVM 17,65 ± 4,128 menit dan kuret tajam 22,26 ± 4,611 menit dengan p = 0,00 dan IK 95% -4,513(-6,837 s/d -2,389), bermakna secara statistik. Pada perbandingan proporsi tingkat kebersihan evakuasi sisa konsepsi 1 minggupasca tindakan didapatkan pada AVM 3,2% (n = 1) dan pada kuret tajam 6,5% (n = 2) terdapat sisa konsepsi dengan penilaian klinis, p = 0,554, RR = 1,034 dan IK95% 0,924-1,158 tidak memiliki perbedaan bermakna secara statistik. Pada perbandingan lainnya, tidak ditemukan gejala-gejala infeksi 1 minggu pasca prosedur dan komplikasi selama prosedur berlangsung pada prosedur AVM dan kuret tajam.
Kesimpulan: AVM juga memiliki keunggulan dalam kebersihan sisa konsepsi namun tidak bermakna secara statitik dan memiliki keamanan yang setara dengan kuret tajam dari tingkat gejala infeksi dan komplikasi selama prosedur.

ABSTRACT
Objective: To acknowledge the effectiveness and safety of MVA compare with SC in management of incomplete abortion below 12 weeks of gestation which compare time to perform procedure, rates of evacuation and infection one week after procedure, and complication during MVA and SC procedure
Methods: A prospective study with 62 subjects with complain incomplete abortion came to ER at RSCM, RS Fatmawati and RS Karawang, divided into 31 subjects on MVA group and 31 subjects on SC group. The data was documented on the time of MVA procedure compare to SC, clinical findings on complication during procedure, completed evacuation and infection symptoms one week after procedure.
Results: Sixty two subjects (31 each group) with average time of procedure was 17,65 ± 4,128 minutes and SC was 22,26 ± 4,611 minutes with p = 0,00 and 95% CI; -4,513(-6,837 to -2,389 with significant statistically difference. The comparison of completed evacuation one week after procedure was 3,2% (n = 1) on MVA and 6,5% (n = 2) on SC with clinical findings, and p = 0,554, RR = 1,034 and 95% CI 0,924-1,158 with no statistically difference. On the other comparison, we didn't find any infection symptoms one week after procedure and complication during procedure on both of procedures.
Conclusion: MVA has more effective than SC on the time of procedure in incomplete abortion with below 12 weeks of gestation. MVA has superiority from completed evacuation but no statistically difference and has equal safety to SC on clinical infection symptoms and complication during procedure."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Ronald A.
Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Company, 1950
343.73 AND g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yetty Komalasari Dewi
"One of the factors that affect Indonesia?s economic growth is the existence of business firms. Most business firms in Indonesia are in the form of family-owned firm, and they are considered to constitute the backbone of the economic development. Family firms represent the most enduring business model in the world. The continuing success of family firms through the generations relies on ensuring the next generation. However, the issue of family firms is rarely discussed in particular from the perspective of corporate law. In fact, from legal perspectives, there are some issues dealing with this type of firm, among other, the lack of an overall definition of the term ?family business?. It is because family businesses and small medium enterprises (SMEs) are widely understood synonymously in spite of the fact that they exist in every size class. Other issue is the question of its legal basis or legal framework in terms of its corporate governance. Many Indonesian business players lack the basic understanding of corporate law. It is partly because obligations set out in the corporate law are incompatible with the values and cultures in Indonesia where ?kinship principle? is deeply rooted. This article aims to describe the characteristics and the legal frameworks for family firms in Indonesia. It also recommends the government to take progressive measures by providing clear regulations on family firms in Indonesia. This will reinforce family firms? contribution to economic development of Indonesia in the future.

Salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah keberadaan dari badan usaha. Tidak dapat dipungkiri bahwa badan usaha di Indonesia merupakan usaha keluarga, yang menjadi tulang punggung utama dari pembangunan ekonomi nasional. Perusahaan keluarga memperlihatkan model bisnis yang paling bertahan di dunia. Kelanjutan keberhasilan dari perusahaan keluarga bergantung kepada penerusan kepada generasi selanjutnya. Akan tetapi, permasalahan mengenai perusahaan keluarga merupakan pembahasan yang jarang dibahas dalam perspektif hukum perusahaan. Faktanya, dari perspektif hukum, terdapat beberapa permasalahan dalam bentuk usaha semacam ini, antara lain yaitu kurangnya definisi mengenai istilah ?usaha keluarga? itu sendiri. Hal ini karena perusahaan keluarga dan usaha kecil dan menengah (UKM) dipahami sebagai hal yang sama, meskipun pada kenyataannya perusahaan keluarga terdapat berbagai jenis dan ukuran, tidak hanya UKM. Permasalahan lainnya adalah mengenai dasar hukum atau kerangka hukum dari aspek tata kelola perusahaan. Banyak pelaku usaha Indonesia kurang memahami pemahaman mendasar tentang hukum perusahaan. Hal ini sebagian karena kewajiban-kewajiban tata kelola perusahaan tersebut bertentangan dengan nilai dan budaya di Indonesia di mana prinsip kekeluargaan tertanam dalam. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dan kerangka hukum untuk usaha keluarga di Indonesia. Tulisan ini juga memberikan rekomendasi kepada Pemerintah untuk mengambil kebijakan progresif dengan memberikan peraturan hukum yang jelas untuk perusahaan keluarga di Indonesia. Hal ini akan menguatkan peranan perusahaan keluarga kepada pembangunan ekonomi Indonseia di masa depan."
Faculty of Law University of Indonesia, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Mayasari S
"ABSTRAK
Masa remaja dan menstruasi yang terjadi pada seorang wanita erat
kaitannya. Bila seorang anak perempuan telah mengalami menstruasi pertama
(menarche), maka dapat dikatakan bahwa anak perempuan tersebut telah
memasuki masa remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat penting masa di
saat seseorang banyak belajar mengenai berbagai segi kehidupan, pengalaman
dan penghayatan mengenai dirinya sendiri (Yaumil, 1996).
Menstruasi merupakan salah satu ciri perkembangan fisik seorang remaja
putri yang ditandai dengan kematangan sistem reproduksi (primary sex
characteristic) dan perkembangan secondary sex characteristic [Brooks-Gunn
dan Unger & Crawford, 1992) Menstruasi penting dalam kehidupan sekarang
wanita sebagai individu, suatu pengalaman yang pribadi (Matlin, 1987)
Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam vagina yang disebabkan
oleh tidak dibuahinya sei telur yang dikeluarkan olen indung telur. Umumnya
menstruasi pertama dialami oleh seorang remaja putri pada usia 10-12 tahun
(Panduan PKBI, 1989).
Permulaan menstruasi mungkin akan meniadi peristiwa yang traumatik bagi
beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu (Pillemer
dalam Rice, 1990). Banyak remaja putri yang mengalami rasa sakit saat
menstruasi, namun tidak semua remaja putri mengalaminya. Keluhan tersebut
baru muncul 2 atau 3 tahun setelah menarche (Llewellyn-Jones, 1997).
Pengalaman akan masalah premenstrual pada remaja putri mungkin disebabkan
oleh faktor fisik dan psikologis (Rice, 1990).
Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan
kesehatan selama menstruasi (Rierdan dalam Golub, 1992). Remaja putri akan
mengalami kesulitan daiam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya
ia belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya
atau dengan ibu mereka (Unger & Crawford, 1992). ldealnya seorang remaja putri
belajar tentang menstruasi dari ibunya (Liewe||yn-Jones, 1997). Namun tidak
selamanya ibu dapat memberikan informasi tentang menstruasi karena terhalang
olen tradisi yang menganggap tabu membicarakan tentang menstruasi sebelum
menarche (Unger & Crawford, 1992).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerimaan remaja
putri terhadap menstruasi, apa yang dirasakan, diketahui dan dialami oleh remaja
putri tersebut sebelum dan sesudah mereka mengalami menstruasi.

Oleh karena masalah menstruasi adalah permasaianan yang sensitif dan
menyangkut pengalaman dan penghayatan seorang remaja putri, maka metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
suatu studi dalam situasi alamiah, yang memberikan penekanan pada dinamika
dan proses (Patton, dalam Poerwandari, 1998).
Ada 3 pengaruh utama dalam perkembangan manusia, yaitu Normative
Age- Graded Influences, Normative History-Graded Influences dan Nonnormartive
Influences (Baltes, Cornellus & Nesselroade dalam Turner & Helms, 1991). Ketiga
faktor tersebut membuat adanya perbedaan penghayatan dan penerimaan remaja
putri terhadap menstruasi yang pertama atau menstruasi selanjutnya yang akan
berlangsung secara periodik. Hal ini terlihat pada hasil yang diperoleh dari
penelitian ini, di mana masing-masing subyek mempunyai ciri khas tersendiri
dalam pengalaman, penghayatan dan penerimaan terhadap menstruasi."
1998
S2732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adik Tri Wahyuningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian ketidakteraturan menstruasi pada atlet putri leanness sports DKI Jakarta tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data yang dikumpulkan berupa riwayat menstruasi, jenis olahraga, durasi latihan, persen lemak tubuh, asupan energi dan makronutrien, perilaku makan menyimpnag, dan tingkat stress. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 2 x 24 jam, pengukuran antropometri untuk berat dan tinggi badan dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Hasil penelitian menunjukkan persen lemak tubuh sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian ketidakteraturan menstruasi (OR= 5,6).

This study aimed to identify the dominant factors associated with menstrual irregularity in leanness sports women athletes DKI Jakarta 2014. This study used cross sectional design by using total sampling method. The collected data were menstrual history, type of exercise, duration of exercise, percent body fat, energy and macronutrien intake, eating disorder, and stress level. These data were collected by using self administered questionnaire, 2 x 24 hours recall interview, antropometric measurement for weight and height, and body fat measurement using BIA. The result of this study showed that percent body fat as the dominant factors of menstrual irregularity (OR=5,6)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan pola siklus menstruasi pada remaja di SMA Negeri 1 Batam. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh remaja perempuan di kelas XI yang berjumlah 170 siswa. Data yang di kumpulkan berupa riwayat siklus menstruasi, tingkat stres, usia, usia menarche, status gizi, pola makan, aktivitas fisik, dan paparan asap rokok. Data ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, dan pengukuran antropometri untuk berat badan dan tinggi badan oleh petugas penelitian. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji Chi Square dan Cox Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 87 responden 51,2 mengalami menstruasi tidak teratur dan terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan pola siklus menstruasi dimana p =0,001 p value.

This study aimed to identify the association between stress and pattern of menstrual cycle on adolescent of SMA Negeri 1 Batam. This study used the cross sectional design. The observed sample in this study was all female student at the11th grader consisting 170 students. The collected data were menstrual history, stress level, age, menarche aged, nutritional status, dietary habit, physical activity, and exposure of cigarette smoke. These data were collected by using self administrated questionnaire and antropometric measurement for weight adn height by research members. This study used chi square test analysis and cox regression test analysis. This result of this study showed that there are 87 respondents 51,2 had irregular menstrual cycle and there is significant correlation between stress with menstrual cycle, with p 0,001 p value 0,05, after mutrivarite testobatined p 0,018 with Exp B 1,67, which has meaning that adolescent with moderate stress are have 1,67 times greater chance of experiencing irregular menstrual cycle patterns than adolescents with mild stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>