Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rita Kirana
"Salah satu penyebab tingginya angka kematian Balita di Indonesia adalah diakibatkan penyakit diare. Angka diare yang didapat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) bila diproyeksikan pada semua golongan umur adalah 54/100.000 penduduk dan pada Balita terjadi kematian 55.000 (2,5il000 Balita). Propinsi Kalimantan Selatan mempakan daerah endemis diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kalimantan Selatan tahun 1995, telah teljadi tiga kali kejadian luar biasa (KLB) pada dua kabupaten yang mencakup 5 kecamatan dan 8 desa Di kota Banjarmasin sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, menurut klasifikasi rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, diare menduduki urutan pertama dan rnenduduki urutan ke dua di Puskesmas. Dari data Profil Dinas Kesehatan kota Banjamlasin tahun 2000, salah satu upaya penanggulangan diare adalah dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) kemasan (92,69%) kepada penderita diare. Tujuan perlelilian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjamlasin tahun 2001. Rancangan penelitian ini adalah Cross Secrionai. Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai balita diare dau berobat ke Puskesmas so kota banjarmasin, sedangkan sampel adalah ibu-:ibu yang mempunyai balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjarrnasin pada bulan Maret tahun 2001 (Quora Sampling). Pengumpulan data dilakulcan dengan kuesioner dan wawancara langsung. Data kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari hasil analisis bivariat diketahui ada empat variabel yang mempunyai hubungan bemrakna terhadap perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, yaitu variabel pcndidikan, variabel pengerahuan, variabel sikap, dan variabel kerersediaan oairan rehidrasi oral. Sedangkan variabel nomra subyektif dan variabel rasa diketahui tidak ada hubungan yang bermalma dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare. Dari model Regression Logistic diketahui temyata variabel yang paling berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada balita diare adalah variabel sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Ratio terbesar yaitu 8,508 ( 95% CI = l,0/-l-9 - 68,98l). Yang berarti ibu yang bersikap positif kemungkinan memberikan cairan rehidrasi oral pada balitanya yang diare sebesar 8,508 kali lebih besar dibandingkan ibu yang bersikap negatif terhadap pemberian CRO pada balita diare. Sebagai saran unluk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilalrukan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin adalah perlunya peningkatan dan pengembangan Program Pemberantasan Penyakit Menular Diare sehubungan dengan didapatkannya infomrasi dari penelitian ini tentang rendahnya pemberian cairan rehidrasi oral di rumah oleh ibu kopada balita diare. Bagi Puskesmas se kota Banjamrasin, disarankan agar lebih meningkatkan dan mengembangkan materi penyuluhan tentang diare dan cairan rehidrasi oral. Disarankan juga perlunya penelitian lebih lanj ut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, dengan melihat variabel-variabel lairmya, seperti, suku, tinglcat pendidikan suami, status pekerjaan dan lain-lain.

One ofthe causes of Child Mortality Rate in Indonesia is diarrhea. According to household health survey ( SKRT, l995) the incidence of diarrhea all age groups is 54/l00.000 and among child under tive years old is 55.000 deaths (2.5/l000). South Kalimantan is endemic area of diarrhea. Based on health profile of south Kalimantan 1995, there were three times diarrhea epidemic incidence. ln two regencies which covered 5 sub districts and S villages. While in Banjarmasin as capital of South Kalimaman, according to classification of medical treatment in hospital placed at first rank and second in public health center. From health office profile of Banjamiasin city 2000, one of effort to cope with diarrhea is provide oral rehydration fluid (92,69%) to patients. Objective of this research is to find out factors that related to mother?s behavior In The Use oral rehydration fluid at home to children under five years old with diarrhea who has taken medial care to public health centers in Banjanriasin city year 2001. This research use Cross Sectional Design. Population and sample are mothers which their children under tive years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarhidsih city, where as sample are mothers who brought their children under five years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarmasin city in March 2001 (Quola Sampling). Data collecting use questioner and interview. Data processed statistically and analyzed with Chi Square and Multiple Regression Logistic techniques. Bivariate analysis, should four variables were proved to be significant by correlated with mother?s behavior in the use oral rehydration fluid to children under five year old at home. They are education variable, knowledge variable, attitude variable and availability variable. While subjective nomi variable and taste variable found have no significant correlation with mother?s behavior In The Use oral rehydratiori fluid at home. From regression logistic model found the most significant variable related to mother behavior ln The Use oral rehydration fluid at home is attitude variable with Odds ratio 8,508 ( 95% Cl = 1,049 - 68,9811 From result of interaction test not found any significant correlation between variable. Based on result of this research health office of Banjarmasin should improve and develop of transmitted disease program for diarrhea because lack of mother's which giving their child with diarrhea with oral rehydration Fluid at home. For every public health centers in Banjarmasin, should improve and develop education matters about diarrhea and oral rehydration fluid. Other suggestion is conduct the other research with more variable, such as ethnic, husband education."
2001
T3753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonardi
"Tujuan dari penelitian ini adalah menilai aplikasi rehidrasi parental secara cepat, sesuai anjuran WHO (1984) dengan pemberian cairan rehidrasi parental secara cepat (70 ml/kgbb/3jam) untuk mengatasi diare akut dehidrasi berat dari segi: lama rawat, keadaan/status hidrasi, kenaikan berat badan, volume tinja, banyaknya cairan yang diberikan, keseimbangan air dan elektrolit serta biaya perawatan.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini, meskipun tidak menggunakan kontrol sebagai perbandingan, namun berdasarkan gambaran pemeriksaan klinis dan laboratoris yang diperoleh, cara pengobatan diare akut dehidrasi berat dengan metode WHO memberikan hasil yang efektif dan lebih praktis, karena observasi ketat yang lebih singkat, serta penyediaan cairan yang hanya semacam/tunggal ialah cairan Ringer laktat. Dengan berkurangnya waktu perawatan dari rata-rata 5 hari menjadi 2,76 hari dan jumlah cairan RL yang digunakan yang lebih sedikit maka biaya perawatannyapun dapat ditekan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tingkat pengetahuan orang tua akan mempengaruhi tindakan yang akan diambil oleh orang tua dalam merawat anak yang sakit. Penelitian ini dilakukan pada ruang rawat anak di dua Rumah Sakit yaitu RS Graha Medika Jakarta dan RS Pelabuhau Jakarta tanggal 25 November 2004 sampai 25 Desember 2004. Tujuan penelitian ini adalah ingin membandingkan tingkat pengetahuan orang tua terhadap perawatan pertama anak dengan diare dalam menengah dehidrasi sebelum di bawa ke RS. Desain yang digunakan adalah deskriptif perbandingan, dengan sampel beljurnlah 50 respouden dengan metod probability sampling dan bersifat cross sectional, hasilnya sebagai berikut: mayoritas ibu dari anak diare yang di rawat berpendidikan Perguruan Tinggi (50 % ), anak diare berusia 0-1 tahun ( 46 % ), masuk dengan dehidrasi sedang (44%), umumnya orang tua mengerti tentang Cara perawatan anak diare (60%) dan dengan tindakan perawatan kategori baik (82%).
Orang tua yang mengerti cara perawatan anak diare dan melakukannya dengan baik ada 50 % artinya tidak ada perbcdaan tingkat pengetahuan orang tua anak diare dengan tindakan yang dilakukan dalam menangani anak diare di rumah sebelum di bawa ke RS ( P Value = 0,05 < P -1 0,09 dan <1 = 0,05 ) dan ibu yang berpendidikan tinggi dan mengetahui cara perawatan anak diare berjumlah 52% dengan kesimpulan bahwa data sampel tidak ada perbedaan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan orang tua tentang cara perawatan anak diare( P Value = 0,05 <2 P < 0,90 dan0,05 )"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5421
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Hartati
"Pemenuhan kebutuhan cairan pada anak diare dengan dehidrasi sedang-berat sangat dibutuhkan karena penanganan awal dehidrasi sangat menentukan dalam mencegah komplikasi akibat dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien anak dengan dehidrasi sedang-berat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik pengambilan quota sampling dengan jumlah responden 66 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 7,6% perawat yang memiliki pengetahuan baik. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat lebih meningkatkan pengetahuannya melalui pendidikan dan pelatihan tentang peningkatan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Meeting the needs of liquid in children diarrhea with moderate-severe dehydration is needed because early treatment is crucial in preventing dehydration complications. This study aims to describe the knowledge of nurses in meeting the needs of the fluid in pediatric patients with moderate to severe dehydration. A descriptive method with quota sampling technique was applied to 66 nurses. The results showed that only 7.6% are knowledgeably of dehydration prevention. This study recommends continuing education and training to increase nurses knowledge as efforts to improve the quality of nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Golang Nuhan
"Diare merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia. Kejadian diare pada balita dapat dicegah dengan pemberian pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan diare terhadap kemampuan ibu merawat area perineal anak balita. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre test and post test control group. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dari 44 responden di RSUD Budhi Asih Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan diare terhadap kemampuan ibu pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok intervensi (p < 0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Ada hubungan bermakna antara karakteristik pendidikan dan pengetahuan responden merawat anak diare. Disarankan pendidikan kesehatan dilakukan terus menerus dan terstruktur untuk meningkatkan kemampuan keluarga merawat anak balita diare.

Diarrhea is the first cause of mortality among children in Indonesia. In fact, the incidence of diarrhea can be prevented by providing health education. The purpose of this research was to identify the impact of health education about diarrhea on mother’s ability caring for child’s perineal area. This research used quasi experimental design with pretest and post-test control group. Total sample was 44 respondents in District Hospital Budi Asih Jakarta and the data was collected with consecutive sampling technique. The results found that health education showed more influence on mother’s knowledge, attitude, and skill among intervention group than those of control group (p value < 0.05). There was also a significant relationship between mother’s level of education and knowledge with mother’s ability caring for children experiencing diarrhea. It is suggested to provide more structured health education and simultaneously to improve the ability of family caring for diarrhea among their children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska
"Diare menempati urutan kedua pembunuh anak di bawah umur lima tahun di dunia. Diaremerupakan suatu gejala hasil dari kelainan pada peoses digestif, absorbsi, dan fungsi sekresi.Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi pijat padapenurunan frekuensi BAB penderita Diare. Aplikasi dilakukan pada dua anak sebagai respondenintervensi dan satu anak sebagai responden non-intervensi. Hasil penerapan terapi pijat inididapatkan bahwa terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak dengan diare setelah dilakukanterapi pijat. Hasil penerapan aplikasi ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan dapatmempertimbangkan dalam penerapan terapi ini sebagai terapi komplementer. Kemudian, terapikomplementer dapat dijadikan salah satu mata kuliah praktik pada mahasiswa keperawatan.

Diarrhoeal disease is the second leading cause of death in children under five years old. Diarrhoeais a symptom which is the result of disruption in digestive process, absorption, and secretion. Theobjective of this study was to ascertain the effect of massage therapy in decreasing defecationfrequency on children with diarrhoea. Samples for this study were two children as an interventionrespondents, and one child as a non-intervention respondent. Result of this study indicated thatthere is an effect in decreasing defecation frequency in children who had been through a massagetherapy.This study suggest that a health care institution should considered this therapy to beapplied as a complementer therapy. Furthermore, the complementary therapy could be conductedas a practical lesson for nursing students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Agustina
"Diarrheal disease remains an important public health problem in developing countries (Black, 1993) and is enormously associated with one-fourth of all deaths in children less than 5 years in developing countries (Richards et. at, 1993). Despite a remarkable declining in mortality rate, the morbidity rate of acute diarrhea of under five children is still fairly high (Murray, 1992). Alarcon et. al. (1991) reported that each year, diarrheal disease causes approximately more than 1 billion episodes of illness. Therefore, the reported attack rates range from 1 to 12 episodes per child per year with a global average of 3 episodes per child (Richards et. al, 1993) and nearly 5 millions deaths worldwide in children less than 5 years (Shamir, 1998). In Indonesia, the incidence of diarrhea is accounted for up to 200-400 per 1000 population per year; 60-80% of them are under five, mostly infants (Lubis, 1992). Rotavirus is the most common cause of acute diarrheal disease in infants. It is the most commonly identified enter pathogens for infants who admitted to hospital in the USA and many other countries (Saavedra et. al., 1994) included Indonesia, (Soenarto, 1997). In USA accounts for up to 50% of the cases of children hospitalized with diarrhea and dehydration (Cohen, 1991) and is responsible for approximately 1 million cases of severe infantile diarrhea and up to 150 deaths annually (Guarino et.al.,1994). In Indonesia accounts for up to 16% of childhood diarrhea in urban area of North Jakarta and 19-40% of chldhood diarrhea age 0-36 months in Bandung, West Java (Yuwono, 1993).
The incidence of diarrheal disease is higher and the severity of the illness is greater in infants than in older children and adults. Several major factors become predisposed to an increased frequency of diarrheal diseases in infants are increased fecal-oral contamination and infants have a relatively unchallenged immune system that has not previously been exposed to many pathogens and has not acquired protective antibodies. Immune system tolerance of life to some polysaccharide antigens in the first year may diminish the infant's ability to defend against intestinal infections (Cohen, 1991). Non-breastfed infants are at greater age of experiencing diarrhea than those who are partially breast-fed, however infants who are partially breast-fed are at greater risk than those who are exclusively breast-fed (Lubis, 1992). The global diarrheal disease control programs have concentrated almost exclusively on the prevention and treatment of dehydration by promoting appropriate fluid and electrolyte therapy, such as increased of oral rehydration solution-ORS (Alarcon, et. al, 1991). ORS has been considered by World Health Organization as the cornerstone of global efforts to reduce mortality from acute diarrhea (Richards et. al, 1993; Behrens, 1993). Until recently, however, more attention has been directed to the nutritional complications of diarrhea (Alarcon, et. al, 1991)."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Setyaningtyas
"Hiponatremia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada anak yang mendapat terapi cairan hipotonik. Hiponatremia sering ditemui pada diare dengan dehidrasi. Saat ini standar terapi diare dengan dehidrasi masih menggunakan cairan hipotonik.
Tujuan: Mengetahui perubahan kadar natrium darah dan standard base (SB) pasca rehidrasi menggunakan cairan standar atau cairan ringer asetat malat (RAM)
Metode: Penelitian uji klinis acak terkontrol membandingkan 2 macam terapi yaitu cairan standar dan cairan RAM, dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Hasil: Didapatkan 21 subyek di kelompok cairan standar dan 19 subyek di kelompok RAM. Rerata kadar natrium serum dan SB awal di kelompok cairan standar 140.95 mmol/L dan -10.57 mmol/L, pada kelompok terapi RAM adalah 141.40 mmol/L dan -9.37 mmol/L. Nilai tersebut tidak menunjukan perbedaan bermakna antara 2 kelompok. Pasca rehidrasi didapatkan kadar natrium 138.31 mmol/L dengan SB 6.32 mmol/L pada kelompok cairan standar dan pada kelompok RAM 141.74 mmol/L dan -7.37 mmol/L. Perubahan rerata kadar natrium menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik, sedangkan perubahan SB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Rerata penurunan kadar natrium pada kelompok terapi standar adalah 2.48 mmol/L dan kenaikan 0.37 mmol/L pada kelompok RAM.
Simpulan Didapatkan perubahan kadar natrium darah dan SB pasca rehidrasi menggunakan 2 cairan berbeda.

Hyponatremia is a common complication in children receiving hypotonic fluid therapy. Hyponatremia is common in diarrhea with dehydration . The current standard treatment of diarrhea with dehydration still using hypotonic solutions.
Objective: To determine changes in blood sodium levels and standard base (SB) after rehydration using standard solutions or Ringer's acetate malate solutions (RAM)
Methods: The study was a randomized, controlled clinical trial comparing two kinds of therapy that is standard solutions and RAM solutions performed at Dr. Soetomo hospitals.
Results: There were 21 subjects in standard group and 19 subjects in groups of RAM group. The mean initial sodium level and SB in standard treatment were 140.95 mmol /L and -10.57 mmol/L, in the RAM treatment group was 141.40 mmol /L and -9.37 mmol/L. These values did not show significant differences between the 2 groups. Post rehydration sodium level was 138.31 mmol/L with SB was -6.32 mmol/L in the standard treatment group and in the group of RAM 141.74 mmol/L and -7.37 mmol/L. Changes in the mean sodium levels showed statistically significant differences, whereas SB changes showed no significant difference. The mean decrease in sodium levels in the standard therapy group was 2.48 mmol/L and the mean increase 0.37 mmol/L in the group of RAM.
Conclusions : There were changes in blood sodium levels and SB after rehydration using two different solutions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olanti Rahayu
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek pemberian rehidrasi
oral (RO) pada balita diare. Disain cross sectional dan metode pengumpulan data
wawancara dengan menggunakan kuesioner terujicoba digunakan pada 80 ibu
balita (0-59 bulan) yang dipilih dengan tehnik simple random sampling. Hasil
penelitian mendapatkan 57,5% ibu balita melakukan praktek pemberian RO
secara adekuat pada balita diare. Persepsi kerentanan dan persepsi hambatan
berhubungan dengan praktek pemberian RO, dimana ibu balita yang
mempersepsikan balitanya rentan terhadap diare berpeluang memberikan RO
hamper 3 kali dibanding yang mempersepsikan balitanya tidak rentan terhadap
diare, sedangkan ibu balita yang mempersepsikan tidak ada hambatan untuk
memberikan RO pada balita diare berpeluang memberikan RO pada balitanya
sebesar 13 kali dibanding ibu balita yang mempersepsikan adanya hambatan

ABSTRACT
The aims of this study is to describe the mother’s practice on giving Oral
Rehydration (OR) to under five (U-5) children who suffered diarrhea. Cross
sectional design and interview method was used to collect the data from 80
mothers of under five children that was selected by simple random sampling
technique. The study result showed 57,5% mothers gave RO adequately to their
U-5 children who suffered diarrhea. Mother’s perception of susceptibility and
barrier related to their practices on giving RO to their U-5 children, whereas
mothers who perceived their U-5 children susceptible to diarrhea likely give RO
almost 3 times than who perceived their U-5 children unsusceptible. Mothers who
perceived no barriers on giving RO to their U-5 children likely give RO 13 times
than mothers who had barriers."
2014
S55258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>