Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berg, Alan
Jakarta: Bhrata Karya Aksara, 1985
641.1 BER f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Safiudin Alibas
"Pelaksanaan program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi sampai saat ini belum efektif. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya prevalensi kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi di Kabupaten dan Kota Propinsi Sulawesi Tenggara (Kasus Kabupaten Konawe dan Kota Kendari). Efektivitas program perbaikan gizi yang dimasud dalam penelitian ini adalah efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dan efektivitas distribusi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Kedua jenis kegiatan ini berhubungan langsung dengan prevalensi kurang gizi.
Metode analisis dilakukan dengan menggunakan Analisis of Varians dan model ekonometrika. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan secara survei. Penentuan sampel dilakukan secara purposive.
Berdasarkan analisis dengan uji statistik one way ANOVA, disimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan bailta tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Sedangkan efektivitas distribusi MP-ASI berbeda secara signifikan. Faktor-faktor yang berbeda secara signifikan meliputi dukungan manajemen puskesmas dalam program perbaikan gizi, dan ketersediaan MP-ASI. Analisis uji statistik one way ANOVA juga menyimpulkan Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten dan Kota.
Hasil analisis model ekonometrika dengan menggunakan regresi linier berganda menyimpulkan batiwa efektivitas pemantauan pertumbuhan dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi Ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan tingkat dukungan manajemen puskesmas. Hasil analisis di masing-masing Kabupaten dan Kota menyimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi ibu dan dukungan manajemen Puskesmas. Sedangkan di Kota Kendari efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor pengetahuan gizi ibu dan keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan keadaan geografis berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat efektivitas distribusi MP-ASI. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap efektivitas pemantauan pertumbuhan balita tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas distribusi MP-ASI di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang sama. Prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu, dan pengetahuan tenaga gizi tentang gizi buruk dan gizi kurang berpengaruh secara siginifikan terhadap prevalensi gizi kurang. Hasil analis masing masing kabupaten dan kota menyimpulkan bahwa prevalensi gizi kurang di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu dan pengetahuan petugas gizi tentang gizi kurang dan gizi buruk. Sedangkan di Kota Kendari faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap prevalensi gizi kurang adalah efektivitas distribusi MP-ASI.
Prevalensi gizi buruk dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendapatan keluarga, efektivitas pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dan kemampuan tenaga gizi dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap prevalensi gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara kabupaten dan kota. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi gizi buruk di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruh oleh faktor yang sama.
Kesimpulan hasil analisis model ekonometrika memberikan gambaran dan pemahaman bahwa permasalahan gizi di setiap wilayah relatif berbeda dan sangat tergantung pada fokus permasalahan tersebut. Oleh karenanya, dalam upaya meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanggulangan kurang gizi diperlukan berbagai kebijakan yang tidak hanya bersifat umum tetapi juga yang bersifat spesifik lokal masing-masing daerah. Kesimpulan ini sejalan dengan semangat desentralisasi yang mengharapkan pembangunan masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berg, Alan
Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1987
641.1 BER ft
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Santi Puspitasari
"Kekurangan gizi yang terjadi pada masa dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan otak, mental dan kemampuan motorik bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen kanena 80% tumbuh kembang otak tetjadi pada masa ini. Detisit otak akan sulit terkejar karena masa cepat tumbuh hanya berlangsung sampai usia 18 bulan.
Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap status gizi anak baduta di Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder “NSS IIKI” putaran 20 dan 22, menggunakan rancangan repezted cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah anak balita (0-23 bulan) di wilayah pcdesaan Jawa Barat. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada putaran kc 20 adalah 2232 orang dan putaran 22 adalah 2093 orang. Analisis data meliputi analisis univariabel, bivariabel (regresi Iogistik multinomial sederhana) dan multivariabel (regresi logistik multinomial ganda).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah kesehatan masyarakat di Jawa Barat, baik pada musim kemarau maupun musim hujau. Hasil analisis bivariabel pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara variabcl pcndidikan ibu, status ketja ayah. pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi anak baduta. Sedangkan di musim hujan didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan ibu dan penyakit infeksi. Dari analisis multivariabcl pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikam ibu, status kgrja ayah, pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi baduta. Sedangkan pada musim hujan, didapatkan hubungan yang bcrmakna pada variabel pcndidikan ibu dan penyakit infeksi dengan status gizi. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi anak baduta di musim kemarau adalah adalah status pengeluaran perkapita. Faktor yang paling dominan di musim hujan adalah pendidikan ibu.
Disarankan kepada penanggung jawab program untuk memberikan prioritas penanggulangan masalah gizi pada anak balita. Untuk mengatasi masalah pcrekonomian kelunrga perlu diupayakan suatu cara untuk menambah pcnghasilan keluarga. Perlu diberikan penyuluhan kepada ibu tentang penyakit-penyakit yang dapat diderita oleh anak.

Malnutrition of children under two years old may have a major effect on brain development and can result in permanent mental retardation and motoric ability, because 80% of brain development occurs in this period. Reduced brain growth is irreversible because brain development taking place until 18 months old.
The objectives of this research were to study affecting factors and to predict the rolling factors on nutritional status of under two years children in West Java Province. The ‘NSS HKI” secondary data used in this research were round of 20th and 22nd by repeated cross sectional design. The population of this research was children under two years old in West Java mral area. Based on inclusion and exclusion criteria, it was definite 2232 samples of the 20"‘ round and 2093 samples of the 22“d round. Data were examined by univariate, bivariate and multivariate (multinomial logistic regression) analysis.
The results showed that there was community health problem in West Java both on wet and dry seasons. Bivariate analysis on dry season demonstrated significant correlation among length of schooling for mother, father’s occupation, expenditure per capita and infection diseases with nutritional status of under two years old children. While in wet season, there was significant correlation among length of schooling for mother and infection diseases with nutritional status of under two years children. Expenditure per capita was found as a dominant factor in dry season. Length of schooling for mother was found as a dominant factor in wet season.
It was suggested that program coordinator commit highly priority on resolving malnutrition problem of under two years old children. Improvement of economical status based on local resources must be the important program of the government. Recognizing of the crucial diseases for the children has to be educated to the parents, especially mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Sarikasih
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kurang gizi masih menjadi masalah utama yang dihadapi dunia. Setiap tahunnya sekitar 55.000 orang meninggal karena kurang gizi. Dan dua per tiga dari jumlah yang meninggal ini adalah anak-anak. Di negara-negara berkembang, kontribusi kurang gizi terhadap kematian anak balita yang berhubungan penyakit infeksi meneapai 53%. Anak yang kurang gizi cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi baik dalam hal jumlah kejadian (misalnya insidens) maupun durasi setiap kejadian penyakit Tahun 2006, jumlah penderita gizi buruk mengalami peningkatan dati tahun sebelumnya. Jumlah balita gizi buruk di Indonesia, menurut laporan UNICEF 2006 meningkat dari 1,8 juta pada tahun 200412005 menjadi 2,3 juta jiwa Peningkatan balita
gizi buruk ini tentulah sangat mengkhawatirkan, karena depat menyebabkan "lost
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimen pre-post test dengan jumlah sampel 114 yang terdiri dari 60 balita yang menerimn intervensi PMT-P dan
54 balita yang menerima konseling gizi. Untuk menguji hipotesis digwtukan uji t-test
dan anova. Analisa multivariat dengan Analisis Regress!Berganda.
Hasil: Hasil uji ststistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara Zsrore
balila gizi buruk sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi. Konseling gizi berhasil
meningkatkan Zscore belita gizi buruk sebesar 0.2237. Pemberian PMT- berhasil meningkatkan Zscore balita gizi blll1lk sebesar 0.2181. Untuk kelompok konseling, faktor-faktor yang mempengarohi peningkatan Zscore balita gizi blll1lk adalah status gizi {Zscore) balita di awal penelitian. Sedangkan untuk kelompok PMT-P, adalah umur
analk, dan umur balita disapih.
Kesimpulan : Setelah intervensi, prevalensi gizi buruk turon 38,6%. Darl kelompok konseling, prevalensi balita gizi buruk turun 50,0%, sedangkan prevalensi gizi buruk pada kelompok PMT-P turun 28,3%. Pada kelompok PMT-P juga ditemukan balita yang meningkat statusnya menjadi gizi balk. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan Zscore balita gizi buruk adalah status gizi {Zscore) balita di awal penelitiaa (konseling), umur anak, dan umur balita disapih {PMT-P).

Background : Poor nutrition still become prior problem in the world. Every year, about
55.000 people die due to malnutrition. And 2 out of3 death was children. Poor nutrition contributes to 1 out of2 death (53%) associated with infections diseases among children aged under five in developing country. Children with malnutrition more vulnerable to infection, both incidens and duration of diseases. In 2006, the number of malnutrition increased than in 2005. Unicef(2006) reports, the malnutrition children aged under five increased from I ,8 million in 2004/2005 to 2,3 million in 2006. This increasing was very concerned, leads to "lost generation". One of program conduct by government to care of children with malnutrition was nutritional intervention (supplementation). To cure dan
care of malnutrition children, was conduct food supplementation breastfeeding for Methods : This research conduct quasi experiment design with pre-post test. The number of sample was 114 children, contain of 60 children in the food supplementation group and 54 children in the counseling group. For testing the hypothesis was conduct t-test dan one-way anova. Multivariat analysis with Multiple Linier Regression Analysis.
Result : There is significant differences between Zscore weight for aged of under five chidren with malnutrition at the pre intervention and post intervention. Counseling program increased Zscore weight for aged of underfive chidren about 0,2237 SD. Food supplementation program increased Zscore weight for aged of underfive chidren about 0,2181 SD. In the counseling group, the factors related to the increasing Zscore weight for aged of underfive children malnutrition is the nutrition statue of children at the begining of intervention. In the food supplementation group, the factors is the children's aged and the children's aged while weaning.
Summary : After intervention program, malnutrition prevalence decreased 38,6%. In the counseling group, prevalence decreased 50,0%, While in the food supplementation group prevalence decreased 28,3%. In the food supplementation group also found a child with nonnal statue. In the counseling group, the factors related to the increasing Zscore weight for aged of underfive children malnutrition is the nutrition statue of children at the beginning of intervention. In the food supplementation group, the factors is the children's aged and the children's aged while weaning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21026
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muqodriyanto
"LATAR BELAKANG: Gaster merupakan organ pencernaan yang salah satu fungsinya sebagai penampung makanan. Keganasan dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan termasuk gaster. Operasi merupakan salah satu modalitas terapi yang dipakai sebagai terapi keganasan gaster. Penderita keganasan gaster akan mengalami perubahan status gizi. Data mengenai gambaran status gizi pasien yang menjalani operasi keganasan gaster belum ada di RSCM.
METODE: Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan data rekam medis pada pasien dengan diagnosis keganasan gaster yang menjalani operasi di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo selama periode tahun 2009 sampai dengan 2012.
HASIL: Dari 30 pasien yang didiagnosis keganasan gaster , didapatkan data yang lengkap 19 (63,3 %). Penderita laki laki, usia tua dan jenis keganasan dominan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Leonard A Laisang tahun 2008 dan kepustakaan.5,19 Terdapat peningkatan jumlah operasi pada kegansan gaster dari tahun 2009 sampai dengan 2011 namun terjadi penurunan pada tahun 2012. Rerata waktu tunggu operasi cukup lama sampai 14,15 hari sedangkan rerata lama rawat 28 hari. Kebanyakan pasien berdomisili di jabodetabek dan sepertiganya dari luar jawa. Jenis operasi kebanyakan adalah parsial gastrektomi baik dengan bypass atau tidak. Perbandingan rerata albumin dan IMT saat masuk rumah sakit, sebelum operasi dan setelah operasi mengalami penurunan. Sedangkan perbandingan rerata Total Limfosit Count saat masuk rumah sakit dan sebelum operasi mengalami penurunan dan meningkat kembali setelah operasi. Pada penelitian ini terdapat dua kali lipat pasien menderita malnutrisi dibandingkan penelitian oeh Rofi dan Kalis.15,16.
SIMPULAN: Kelengkapan data mengenai status nutrisi pada status rekam medis sangat diperlukan. Hasil penelitian bersesuaian dengan kepustakaan dan penelitian sebelumnya.5,19 Lamanya menunggu operasi dan lama rawat memerlukan perhatian khusus untuk menguranginya.

BACKGROUND: Gaster is a digestive organ that is one of its functions as a container for food. Malignancy may occur along the digestive tract, including the stomach. Operation is one that is used as a therapeutic modality therapy of gastric malignancy. Patients with gastric malignancy will change the nutritional status. Data on the picture of the nutritional status of patients who underwent surgery for gastric malignancy not yet available at RSCM.
METHOD: This research is a descriptive retrospective medical record by collecting data on patients with a diagnosis of gastric malignancy who underwent surgery at the Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo during the period from 2009 to 2012.
THE RESULT: Of the 30 patients diagnosed with gastric malignancy, obtained complete data 19 (63.3%). Patients men, old age and type of malignancy dominant in this study is consistent with research Leonard A Laisang 2008 and literature. 5.19 There are an increasing number of operations on gastric malignancy from 2009 to 2011 but decreased in 2012. The mean waiting time operation long enough to 14.15 days, while the average length of 28 days. Most patients live in Jabodetabek and a third from outside Java. This type of surgery is mostly partial gastrectomy with bypass or not. A comparison of the albumin and BMI at admission, before surgery and after surgery decreased. Meanwhile, the average ratio of Total Lymphocyte Count on admission and before surgery decreased and increased again after the operation. In this study, there are two-fold compared to patients suffering from malnutrition research by Rofi and Kalis.15,16.
CONCLUSION: Completeness of data on nutritional status on the status of medical records is needed. Results consistent with the literature study and research previously.5,19 The waiting list of surgery and length of stay require special attention to reduce it.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Wiradarma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Status nutrisi seringkali berhubungan dengan infeksi tuberkulosis TB. TB aktif menyebabkan kehilangan berat badan dan berat badan kurang merupakan faktor risiko infeksi TB, baik melalui reaktivasi TB laten maupun penyakit primer yang progresif menjadi TB ekstrapulmonar TBEP. Defisiensi makro dan mikronutrien pada pasien malnutrisi akan mempengaruhi sistem cell-mediated immunity CMI. Selain itu infeksi TB juga meningkatkan kebutuhan energi, penurunan asupan makanan, penurunan berat badan, dan malabsorpsi makro dan mikronutrien sehingga terjadi wasting. Terapi medik gizi pada pasien TB paru dengan komplikasi TBEP dan malnutrisi bertujuan untuk memperbaiki parameter ststus nutrisi, mempertahankan imbang nitrogen dan mencegah proses wasting lebih lanjut. Metode: Pasien pada laporan serial kasus ini berusia antara 8 ndash;28 tahun menderita TB paru dengan komplikasi lesi TBEP yang berbeda-beda, yaitu: 1 limfadenitis TB, skrofuloderma, dan efusi pleura, 2 spondilitis TB, 3 TB intestinal pasca laparotomi dengan fistula enterokutan, serta 4 meningoensefalitis TB dan TB milier. Status gizi keempat pasien adalah 2 pasien malnutrisi berat dan 2 pasien malnutrisi ringan, dengan hasil skrining skor >2. Terapi medik gizi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi klinis dan kelainan yang terdapat pada pasien. Keempat pasien diberikan suplementasi mikronutrien. Pemantauan yang dilakukan meliputi keluhan subjektif, tanda vital, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, kapasitas fungsional, serta pada pasien TB intestinal dilakukan pemantauan produksi fistel serta perubahan berat badan. Hasil: Tiga pasien mengalami perbaikan kondisi klinis, asupan makanan dan kapasitas fungsional, satu pasien perburukan dan meninggal. Kesimpulan: Terapi medik gizi yang adekuat pada pasien TB dengan TBEP dan malnutrisi dapat mempercepat pemulihan dan memperbaiki status nutrisi.Kata kunci: Malnutrisi, terapi medik gizi, tuberkulosis ekstrapulmonar, suplementasi mikronutrien, keluaran klinis.

ABSTRACT<>br>
Objective Nutritional status and tuberculosis TB infections are frequently related. Active TB leads to weight loss and undernutrition is a risk factor for TB infection, either through the reactivation of latent TB or progressive primary disease into extrapulmonary TB EPTB. Macro and micronutrient deficiencies in malnourished patients will affect the cell mediated immunity CMI system. TB infection also increases energy demand, decreased food intake, induced weight loss, and macro and micronutrient malabsorption resulting in wasting. The aims of nutritional medical therapy in pulmonary tuberculosis patients complicated by EPTB and malnutrition are to improve the parameters of nutritional status, maintain nitrogen balance and prevent further wasting. Methods Patients age on this case series report between 8 and 28 years old, have pulmonary tuberculosis with complications of different EPTB lesions 1 TB lymphadenitis, scrofuloderma, and pleural effusion, 2 spondylitis TB, 3 post laparotomy intestinal TB with enterocutaneous fistula, and 4 TB meningoencephalitis and miliary TB. The nutritional status of all patients was 2 patient had severe malnutrition and 2 patients had mild malnutrition. All patient had screening score 2. Nutritional therapy which was given to all patients, was adjusted to the clinical conditions and abnormalities suffered by the patient. All patients received micronutrient supplementation. Monitoring included subjective complaints, vital signs, analysis and intake tolerance, laboratory examination, functional capacity, and in one patient with intestinal TB, fistel production and weight changes. Results Three patients showed improved clinical conditions, dietary intake and functional capacity, one patient suffered deteriorated and died. Conclusion Adequate medical nutrition therapy in malnourished and EPTB patients can improve recovery and improve nutritional status.Keywords Malnutrition, medical nutrition therapy, extrapulmonary tuberculosis, micronutrient supplementation, clinical outcome."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susetyowati
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
363.82 SUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ainanur Aurora Setianingsih
"Masalah malnutrisi pada remaja merupakan salah satu kesehatan global utama yang dapat menyebabkan mortalitas, morbiditas, dan gangguan perkembangan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak-anak di Indonesia dengan prevalensi 11,1 anak berusia 13-15 tahun dan 9,4 anak berusia 15-18 tahun. Kebutuhan energi remaja perempuan berbeda dengan laki-laki sebagai persiapan kehamilan. Salah satu cara untuk mencapai kebutuhan gizi optimal dengan menerapkan prinsip keragaman makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross-sectional menggunakan data sekunder 24-h recall pada 335 remaja perempuan berusia 12-18 tahun di provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja perempuan adalah 17 gizi lebih dan 3,6 gizi kurang. Prevalensi keragaman makanan rendah atau 5 kelompok makanan adalah 42,7. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi p=0.825.
Hasil analisis multivariat dengan penyesuaian variabel perancu mendapatkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi dengan OR1.112 95 IK 0.619-1.997. Tidak didapatkannya hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan.

Malnutrition in adolescent is one of the global health problem that could cause mortality, morbidity, and development problem. Thinness is one of the childhood health problem in Indonesia. Prevalence of thinness in Indonesia among 13 15 years old was 11,1 , while 15 18 years old was 9,4. Demand of nutritional requirement and energy for adolescent girls are more higher as preparation for pregnancy. Balance nutrition could be optimize through implement dietary diversity.
Aim of this study to seek association between dietary diversity and nutritional status among adolescent girls in West Java Province. A cross sectional study using secondary data from 24 h recall was performed on 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java Province.
The result showed prevalence of nutritional status among adolescent girls in West Java were 17 overweight, 3,6 thinness. Prevalence of low dietary diversity or 5 food category was 42,7. Through bivariate analysis, no association between dietary diversity and nutritional status p 0.825.
Multivariate analysis with adjustment for confounding variable showed no association beteween dietary diversity and nutritional status with AOR 1.112 95 CI 0.619 1.997. It is concluded that there is no association between dietary diversity and nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nurwidyastuti
"Kebugaran atau daya tahan kardiorespiratori merupakan merupakan hal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan efektif, menikmati waktu luang, tahan terhadap penyakit hipokinetis. Tujuan penelitian ini adalah menilai hubungan antara jenis kelamin, status gizi, konsumsi zat gizi, dan aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik UI Tahun 2012. Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode non random purposive sampling dan tes bangku 3 menit YMCA (Young Men?s Christian Association) digunakan sebagai metode skrining kasus. Sampel penelitian yaitu 106 orang mahasiswa Departemen Arsitektur angkatan 2010.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 88,7% responden memiliki status tidak bugar dan faktorfaktor yang berhubungan dantara lain jenis kelamin (OR = 4,58), asupan energi (OR = 4,32), aktivitas olahraga (OR = 4,62), dan zat besi (OR = 4,2). Namun diperlukan penelitian lanjutan yang meneliti hubungan kausalitas pada faktorfaktor tersebut dan untuk meneliti faktor lain yang mungkin berhubungan. Diperlukan penyebaran informasi di FTUI tentang asupan gizi, status gizi (BB, TB, IMT, dan Persen Lemak Tubuh), dan aktivitas fisik yang baik sehingga mahasiswa dapat memperhatikan bentuk tubuh dan kebugaran yang baik dan sesuai untuk mereka.

Physical fitness or cardiorespiratory fitness is the ability to work effectively, enjoy leisure time, and resist form hypokinetic disease. The purpose of this study is to examine the relation of gender, nutritional status, food intake, and physical activity with cardiorespiratory fitness among students in Department of Architecture, Engineering Faculty, University of Indonesia 2012. This study used cross sectional design with non random purposive sampling method and YMCA (Young Men?s Christian Association) 3-minutes step test were used to screen participants. A number of 106 students from Department of Architecture aged 19-22 years participated in this study, in academic year 2010.
The result of this study shows that 88,7% participants are unfit who screening scores met by (Fitness Category <113 for females and <102 for males). This study was also found that cardiorespiratory fitness has been associated with gender (OR=4,58), energy intake (OR=4,32), sport index (OR=4,62) and iron intake (OR=4,2). It's a necessary to disseminate information at Engineering Faculty of University of Indonesia about healthy food intake, nutritional status (body weight, height, and body mass index/BMI), and good physical activity, so that students can find their good body shape and body fitness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>