Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Wirjatmadi
Surabaya : Pusat Penelitian Gizi Unair, 1982
641.1 WIR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ede Aulah
"Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Program Keluarga Berencana dan faktor-faktor yang berhubungan di masyarakat DAS Ciliwung. Populasi dari penelitian adalah seluruh keluarga/Pasangan Usia Subur DAS Ciliwung dan sampel penelitian adalah jumah kepala keluarga yang diambil secara purposive random sampling, dengan terlebith dahulu mengelompokkan ke dalam empat kecamatan menurut kondisi pembagian wilayah yang diteliti.
Penelitian ini difokuskan pada empat vaiabel yaitu ekonomi, pendidikan, TER (Total Fertility Rate), dan CPR (Contraceptive Prevalense Rate). Pertanyaan yang muncul adalah benarkah Program Keluarga Berencana (TFR dan CPR) meningkatkan Kesejahteraan Keluarga pada masyarakat DAS Ciliwung?
Berdasarkan hasil analisa dan model struktural dari penelitian ini, terlihat bahwa model yang diperoleh dengan dasar empirik sudah memenuhi persyaratan yang baik. Untuk itu dengan temuan dan model penelitian yang dikaji ternyata bahwa pelaksanaan Program KB (CPR dan TFR) serta faktor kesejahteraan keluarga cukup kuat dan efektif sebagai penentu dalam upaya menumbuhkan/peningkatan Ketahanan Nasional/Keluarga. Dengan kata lain pengembangan Ketahanan Nasional akan bisa ditingkatkan dan diperbaiki dengan upaya terus melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap aspek Program Keluarga Berencana dan faktor peningkatan kesejahteraan keluarga. Apabila diamatt, variabel-variabel pelaksanaan program KB dan peningkatan kesejahteraan keluarga, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, pengaruhnya terhadap ketahanan nasional adalah sangat bermakna (signifikan). Kebermaknaan pengaruh ini diduga ada alasan yang menyebabkannya. Yaitu faktor yang menentukan tumbuhan kesadaran ketahanan nasional adalah karena adanya upaya perbaikan pelaksanaan program KB (CPR dan TFR) yang tertangani/terkontrol dengan baik, di mana hal tersebut memberikan pengaruh pada penguatan kesejahteraan keluarga dengan lebih baik pula. Keadaan ini menunjukkan bahwa kalau faktor pelaksanaan Program KB dapat ditangani dengan baik, maka secara Jangsung dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Hingga akhirnya upaya peningkatan ksejahteraan keluarga menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian lebih baik pula untuk dapat menunjang peningkatan kesejahteraan keluarga dan Ketahanan Nasional para peserta KB.

Base on Population Regulation No. 10 Year 1992, the Familiy Planning Program is one efforts to increase awareness and community action irugh increase age of the first marriage, setting the fertilty, and increase the social welfare of the family.
The aims of this study are io know the Family Planning Program and correlation within some factors in DAS Ciliwung. This research population are all eligible in DAS Ciliwung and research sample are 200 Family/eligible couple take by purposive random sampling, with devide 4 district according.
This research focus on four varible, there are economic, educational level, TFR, and CPR. The question was ia it the true that Family Planning (TFR and CPR) increasing Family welfare in DAS Ciliwung?
Based on anatiysis and structural model from this research, show that model which get by base empiric, data have fulfil the classification. And with this jinding and from research model inspected really that that family planning and Jamily welfare strong enough and effective as determination in effort to increase national resilience or family resilience. What we get from this research basically with theories or results of other research. if we inspect the variable family planning and family welfare, in partial or simultance, influences toward national reasilience are very significant. These influences have reason, factor which determine good or bad of increase national resilience are the effort on CPR participants, TFR which have good control, that term give influences on strengthen better family welfare. That all about influences family planning factor ioward affectivity family economic related with increase family welfare on DKI Jakarta people. Otherwise the activities of influence toward family income as a factor of more attention in term af supporting increasing family welfare and influence toward national resilience of family planning acceptors.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaedi Pradja
"Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997. Dalam rangka merespon krisis ekonomi tersebut UNICEF melalui program JPSBK melakukan kegiatan revitalisasi posyandu dengan memberikan makanan tambahan vitadele untuk balita di posyandu sebanyak lebih dari 150.000 balita.
Untuk mengetahui dampak efektivitas revitalisasi posyandu dan pemberian vitadele terhadap status gizi balita maka Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (PPK-UI) bekerjasama dengan UNICEF melakukan penelitian di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli tahun 2002. Data yang di analisis untuk pembuatan tesis ini adalah bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh PPK-UI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orang tua, Nitadele dan penyakit infeksi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini cross sectional. Sampel adalah ibu balita yang mempunyai balita berumur 10-60 bulan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator BB/U dan TB/U, ditemukan balita gizi kurang masing-masing sebanyak 30,7% dan 29,0%. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan status gizi balita berdasarkan indeks TB/U adalah pendidikan ibu balita (p=0,001), pendidikan bapak balita (p=0,003), pekerjaan bapak balita (p),001), pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita (p=0.411) untuk TB/U. Sedangkan menurut status gizi indeks BBIU adalah pendidikan ibu balita (p=0.004) dan penyakit ISPA (p=4.001), Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dorninan untuk terjadinya status gizi kurang berdasarkan indeks TB/U adalah pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita dan menurut status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U adalah penyakit ISPA.
Ada dua Cara ibu balita untuk mendapatkan vitadele yaitu membeli dan gratis, kemudian sebanyak 19.6% ibu balita menerima vitadele tidak rutin. Persentase jumlah vitadele yang diterima selama program tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi balita, tetapi mempunyai kecenderungan persentase jumlah vitadele yang diterima semakin sedikit, maka jumlah balita status gizi kurang meningkat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anggota keluarga yang ikut mengkonsumsi vitadele adalah (1) balita bukan sasaran, (2) ibu, (3) bapak, dan (4) anggota keluarga lainnya. Konsumsi vitadele terbanyak adalah balita bukan sasaran (72,5%), kemudian dua anggota keluarga (16,4%), tiga anggota keluarga (7,3%) dan semua anggota keluarga ikut mengkonsumsi (3,8%). Jarak akhir menerima vitadele sarnpai dengan saat penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. tetapi mempunyai kecenderungan balita status gizi kurang meningkat dengan jarak akhir yang semakin melebar.

Social Security Net (JPS BK) is one of efforts by government in health area to reduce impact of economic crisis since 1997. in order to response this crisis, UNICEF through JPSBK program conduct the revitali7a-ion program of posyandu by giving food supplement vitadele for 150.000 under fives.
To find out effectiveness posyandu revitalization and vitadele distribution to nutritional status of under five, Center of Health Research University of Indonesia (PPKUI) by cooperation with UNICEF conducting research in 4 provinces such as, West Sumatra. West Java, Center of Java and East Java, which carried out at June and July 2002. Data which analyzed by this study is part of that research.
This study objective is to find out factors that related to nutritional status of under-five such as under-five's characteristics, parent's characteristics, vitadele and infectious disease. This study used cross sectional design. Sample is mothers who have under-five aged 10-60 month.
Results of the analysis using indicator BB/U and TB/U, found there are under-fives under nutrition 30.7% and 29,0%. Factors which have relation with nutritional status of under-five based on TB/U index is mother education (p=0,041), Father Education (p=0,003), Father Occupation (p =0,401), mother knowledge about monitoring under-five's growth (p O,011). While based on index BBIU are mother education (p-0,04) and acuter respiratory disease (p=0,001), from multivariate analysis the most dominant factor of under nutrition based on index TB/U is mother knowledge and based on index BB/U is acute respiratory disease.
Mother could get vitadele free or buying, 19,6% under-fives not received vitadele routinely. Percent number vitadele accepted during program has no significant relation with under-five's nutritional status, but tend fewer accepted percent vitadele could increase under-fives with under nutrition. Result of this study showed that there are non target which consume vitadele such as, non target under-five, mother, father, and other family member. The most consumed vitadele is non target under-five (72.5%). Two family member (16.4%), three family member (7.3%) and all family member (3.8%). time range from end for accepting vitadele to starting time of this study have no significant relation, but there is increasing in under-five's nutritional status if more range of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaukey, David
Princenton: Princenton University Press, 1961
301.321 YAU f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Putri Oktaviany
"Overweight tidak hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga di negara berkembang padahal overweight dapat menyebabkan terjadinya diabetes di kemudian hari. Menurut Riskesdas 2010, prevalensi overweight di Indonesia pada anak usia 13-15 tahun sebesar 2,5%. Asupan gizi makro memiliki pengaruh yang cukup besar dalam terjadinya overweight.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi makro, aktivitas fisik, jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, dan durasi tidur dengan overweight pada siswa SMPN 68 Jakarta tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 99 responden yang terdiri dari siswa-siswi kelas 7 dan 8. Mereka dipilih dengan metode multi stage random sampling. Data penelitian diperoleh dari pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan, food recall untuk asupan makanan, food frequency questionnaire untuk frekuensi konsumsi fast food, dan kuesioner untuk aktivitas fisik serta durasi tidur.
Hasil penelitian ini adalah sebanyak 35,4% responden mengalami overweight dan hasil bivariat yang menggunakan uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak dengan overweight. Perlu diberikan edukasi kepada siswa mengenai makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang.

Overweight was not only become problem in developed country, but also in developing country whereas overweight can lead to diabetes later. Based on Riskesdas 2010, prevalence of overweight in Indonesia at the age of 13 – 15 years old is 2,5%. Macronutrient intake had a very important role in the process of overweight.
This research objectively investigated relationship between macronutrient intake, physical activity, gender, fast food consumption frequency, and sleep duration with overweight on junior high school students of 68 junior high school Jakarta 2013.
This research was a quantitative study with cross sectional study. Subjects for this research are 99 of 7th and 8th grade students. They were selected by multi stage random sampling method. The data of this research were obtained by antropometri measurement of weight and height, food recall for food intake, food frequency questionnaire for frequency of fast food consumption, and questionnaire for physical activity and sleep duration.
Based from the results, 35,4% respondents had overweight and from analyzes data by chi square test, there was significant relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, and fat intake with overweight. It is important to give education to students about the food that they eat should have good nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Magdalena
"Penelitian ini membahas tentang gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pegawai Kementerian Perindustrian. Status Gizi erat hubungannya dengan status kesehatan. Dengan dukungan gizi yang optimal, maka akan mendukung pegawai terhindar dari kesakitan dan non-produktivitas. Faktor-faktor yang diteliti yakni karakteristik individu, perilaku, dan konsumsi makanan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan design studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator status gizi, wawancara, dan pengisian kuesioner mandiri.
Hasil penelitian ini menghasilkan rata-rata IMT pegawai Kementerian adalah 26,88 kg/m2. Nilai IMT ini menunjukkan rata-rata pegawai Kementerian Perindustrian tergolong status gizi lebih. Faktor-faktor yang diketahui bermakna adalah umur, status pernikahan, kebiasaan mengemil, asupan energi, dan asupan karbohidrat.
Para pegawai diharapkan mulai mengontrol status gizinya melalui asupan makanan, misalnya dengan memilih jenis cemilan yang rendah kalori dan tinggi serat.

This study discusses about the overview and the factors that affect the nutritional status of Ministry of Industry?s employees. Nutritional status is closely related to health status. With optimal nutritional support, it will support employees to avoid pain and non-productivity. Factors examined in this study was the individual characteristics, behaviors, and consumption of food.
This research was quantitative research using cross-sectional study design. Data were collected by using a measurement of Body Mass Index (BMI) as an indicator of nutritional status, interviews, and questionnaires.
This results show that the BMI average was 26.88 kg/m2. The BMI values indicate that the average of Ministry of Industry?s employees classified overweight. Factors such as age, marital status, snacking habit, energy intake, and carbohydrate intake were statistically significant.
It was suggested to employees to start controlling their nutritional status through food intake, for example by choosing the low calories and high fiber snack.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanti
"

Abstrak

 

Unmet need KB merupakan kondisi perempuan aktif seksual yang ingin menunda atau membatasi kehamilan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Penelitian ini mengkaji determinan sosiodemografik unmet need di Indonesia. Pengukuran unmet need menggunakan data SDKI 2017 dengan cara non-kalender yang mendasarkan pada status penggunaan kontrasepsi saat survei (11,7%), sedangkan cara kalender mendasarkan status penggunaan kontrasepsi dalam kurun waktu 69 bulan jelang survei (14,7%). Perbedaan sekitar 3% ini menyangkut tambahan hampir 1,6 juta perempuan berisiko kehamilan tidak diinginkan. Indonesia dengan konteks angka putus pakai kontrasepsi relatif tinggi, pengukuran unmet need KB cara kalender lebih sesuai dibanding cara non-kalender. Penguatan konseling oleh tenaga kesehatan, penataan pola pelayanan KB yang lebih sesuai diperkotaan, pemerataan pelayanan KB di seluruh wilayah Indonesia dan menjangkau masyarakat miskin diharapkan dapat menurunkan unmet need KB.

 


Abstract

 

Unmet need for family planning is a condition of sexually active women who want to delay or limit pregnancy but do not use contraception. This study examines the unmet need for sociodemographic determinants in Indonesia. Unmet need measurement uses IDHS 2017 by the non-calendar method which is based on the contraceptive use status during the survey (11.7%), while the calendar method is based on the status of contraceptive use within 69 months prior to the survey (14.7%). This difference of around 3% concerns the addition of nearly 1.6 million women at risk of unwanted pregnancy. In Indonesia with relatively high contraceptive discontinuation rate, the unmet need for family planning in the calendar method is more appropriate than the non-calendar method. Strengthening counseling by health workers, structuring patern family planning services that are more appropriate in urban areas, equitable distribution of family planning services throughout Indonesia, and reaching the poor are expected to reduce unmet need for family planning. 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sahibul Falah
"ABSTRAK
Program Perbaikan Gizi telah berkembang dengan pesat, baik dilihat dari cakupannya maupun luasnya jangkauan program tersebut. Pada Pelita V, kebijaksanaan program ini ditekankan pada peningkatan kualitas program. Dengan demikian diperlukan suatu manajemen program yang baik, termasuk perencanaan program yang lebih baik pula.
Berdasarkan mekanisme perencanaan "bawah atas" (bottom up planning), Dati II dituntut untuk lebih berperan dalam siklus perencanaan Nasional. Masukan dari Dati II menjadi penting bagi perencanaan Provinsi dan Tingkat Pusat. Sebagai suatu sistem, maka kualitas usulan rencana dari Dati II akan mempengaruhi kualitas usulan rencana keseluruhan secara Nasional.
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang perencanaan Program Perbaikan Gizi adalah kurang baiknya kualitas usulan rencana tanunan program tersebut pada Daerah Tingkat II.
Memandang perencanaan sebagai suatu sistem, maka kualitas usulan rencana tahunan program sebagai output perencanaan akan dipengaruhi oleh faktor input dan faktor proses. Adapun faktor input tersebut adalah Struktur Organisasi Perencanaan, Kemampuan Tenaga Perencana, Ketersediaan Informasi, Adanya Petunjuk Pelaksanaan, Tersedianya Waktu dan Jadwal Perencanaan serta Tersedianya Dana dan Fasilitas untuk perencanaan. Sedangkan faktor proses adalah Koordinasi Perencanaan, Pendelegasian Wewenang, Bimbingan Perencanaan, Keterlibatan Staf dan Pelaksana Program serta Penggunaan Metode Perencanaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Faktor Input dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II, serta hubungan Faktor Proses dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Penelitian ini merupakan survei deskriptif dan analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di 9 Dati II Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih karena mempunyai Program Perbaikan Gizi yang cukup lengkap dari segi penanggulangan masalah gizi maupun dari segi jenis sumber pembiayaan yang meliputi APBN, APBD maupun APBD II.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Siklus Perencanaan tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II Provinsi Jatim, mengikuti siklus perencanaan tahunan kesehatan yang telah diatur dan dibakukan. Namun berjalannya siklus ini tergantung dari berfungsi tidaknya Tim Perencana dalam menjalankan mekanisme kerja proses penyusunan usulan rencana tahunan tersebut. Walaupun siklus perencanaan tahunan kesehatan telah dibakukan.. tetapi masih belum sinkron sepenuhnya dengan siklus perencanaan pembangunan di Dati II. Keadaan ini ditunjukkan oleh ketidaksesuaian antara batas waktu penyelesaian dokumen usulan rencana tahunan kesehatan dengan diselenggarakannya Rakorbang Tk II. Rakorbang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan selesainya dokumen usulan rencana tahunan kesehatan. Sedangkan dokumen tersebut merupakan bahan pembahasan dalam Rakorbang Tk II, yang dibahas dalam Rakorbang baru merupakan Dokumen Pra usulan yang datangnya dari Tk Kecamatan, dimana Pra Usulan tersebut belum sempat dibahas oleh Tim Perencana Kesehatan.
Wadah organisasi Perencanaan, dalam bentuk Tim Perencana yang bersifat fungsional, kurang dapat menampung fungsi dan beban tugas perencanaan. Keadaan ini diperburuk lagi dengan tidak adanya kejelasan mekanisme kerja Tim dan uaraian tugas masing-masing anggota Tim serta ketidak jelasan mengenai sumber pembiayaan untuk proses penyusunan rencana tersebut. Selain itu belum jelasnya petunjuk pelaksanaan penyusunan rencana tahunan dan informasi mengenai dasar penentuan kegiatan yang dibiayai dari APBN, APBD dan Bantuan Luarnegeri tidak jelas kriterianya. Hal ini menyebabkan Tim Perencana membuat usulan kegiatan-kegiatan yang sama dengan tahun yang lalu. Namun demikian ketersediaan informasi untuk penyusunan analisis situasi telah tersedia di sebagian besar Dati II.
Tingkat Pengetahuan Sikap dan Praktek (PSP) yang berkaitan dengan perencanaan dari Tim Perencanaan menunjukkan perlunya peningkatan. 22,2% Tim dengan katagori baik, 44,5% katagori cukup dan 33,3% dengan katagori kurang. Hal ini berkaitan dengan kurang memadainya bimbingan perencanaan dari tingkat provinsi maupun dari Pemda Tk II.
Koordinasi perencanaan Program Perbaikan Gizi secara lintas program terutama dengan program yang akan dilaksanakan di Posyandu, telah dilaksanakan oleh sebagian besar Tim. 33,3% Tim belum melakukan koordinasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan belum baiknya fungsi dan mekanisme kerja dari Tim Perencanaan. Sedangkan koordinasi perencanaan secara lintas sektoral yang merupakan ciri dari Program Perbaikan Gizi, belum berjalan sebagai mana mestinya. Forum koordinasi seperti Rakorbang TK II dan Rapat Badan Pelaksana Perbaikan Gizi Daerah (BP2GD), belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk Koordinasi lintas sektoral perencanaan tahunan Program Perbaikan Gizi. Keterpaduan lintas sektoral baru tercermin pada tahap keterpaduan perencanaan operasional kegiatan. Hal ini dilakukan setelah masing-masing program atau sektor menerima DIP/anggarannya.
Faktor input : Struktur Organisasi Perencanaan, Pengetahuan, Sikap dan Praktek (PSP) Tim Perencana, Ketersediaan Informasi, Kejelasan Petunjuk Pelaksanaan serta Tersedianya Waktu dan Jadwal Perencanaan mempunyai hubungan yang erat dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Faktor PSP Tim Perencanaan serta Ketersediaan Informasi Perencanaan merupakan dua Faktor Input yang hubungannya paling erat dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Kelima Faktor Proses yaitu Koordinasi Perencanaan, Pendelegasian Wewenang, Bimbingan Perencanaan, Keterlibatan Staf dan Pelaksana Program dan Penggunaan Metoda Perencanaan mempunyai hubungan yang erat dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Faktor Penggunaan Metoda Perencanaan dan Bimbingan Perencanaan merupakan dua Faktor Proses yang hubungannya paling erat dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan fungsi perencanaan di Instansi Kesehatan Dati II. Upaya tersebut antara lain memperjelas uaraian tugas dan mekanisme kerja Tim yang dikaitkan dengan Surat Keputusan pembentukan Tim tersebut. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perencanaan bagi Tim Perencana dan Koordinator Gizi melalui bimbingan perencanaan. Perlunya disusun Juklak Penyusunan Rencana Tahunan yang dapat dimengerti oleh Tim Perencana. Dalam penyusunan ini sebaiknya melibatkan/dibahas bersama Tim tersebut dalam forum konsultasi yang ada. Ketersediaan Informasi perencanaan perlu ditingkatkan terutama yang menyangkut kriteria penentuan anggaran dan kegiatan yang dapat dibiayai dani APBN, APBD I, APBD II dan Bantuan Luar Negeri. Selanjutnya untuk waktu jangka panjang perlu pemikiran lebih lanjut mengenai pembentukan Unit Perencanaan dalam bentuk struktural di Dinas Kesehatan maupun di KanDepKes Dati II, untuk menampung fungsi dan tugas perencanaan yang bebannya semakin berat serta adanya kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan otonomi yang lebih besar dibidang kesehatan pada Dati I.I.
Diperlukan peningkatan Koordinasi perencanaan lintas program dan lintas sektoral, dengan lebih memfungsikan forum koordinasi yang telah ada seperti Rapat Tim Perencanaan, RakerKesDa, Pertemuan Konsultasi Koordinator Gizi. Rakorbang Tk II dan Rapat BP2GD. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Lorensimaya
"Unmet need adalah proporsi wanita usia subur dalam status kawin yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meskipun mereka menyatakan ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi kelahiran. Persentase unmet need di Indonesia tahun 2012 adalah 11 persen, angka ini masih perlu untuk diturunkan sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di tahun 2014, yaitu 6,5 persen dan target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yaitu lima persen. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian kebutuhan pelayanan KB tidak terpenuhi di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan desain studi potong lintang.
Hasil menunjukkan bahwa total kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah 11,4 persen. Tujuh persen untuk membatasi kelahiran dan empat persen untuk menjarangkan kehamilan. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah umur wanita, jumlah anak hidup, jumlah anak ideal, wilayah tempat tinggal, pendidikan suami, pengetahuan tentang kontrasepsi, dan diskusi suami istri tentang KB. Faktor yang paling berhubungan terhadap kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah diskusi suami istri tentang KB.

Unmet need is the proportion of women of childbearing age in marital status were not using contraception even though they said they want to spacing or limiting births. The percentage of unmet need in Indonesia in 2012 was 11 percent, this proportion still needs to be decreased in accordance with the target of the National Medium Term Development Plan in 2014 is 6,5 percent and target of Millennium Development Goals (MDGs) in 2015 is five percent. The aim of the study is to describe unmet need for family planning in Indonesia and factors related to it. Data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 were used for univariate, bivariate and multivariate analysis with the design of cross-sectional study.
The results showed that the total of unmet need for family planning in Indonesia is 11,4 percent, seven percent for limiting births and four percent for spacing births. Factors associated with unmet need for family planning in Indonesia is woman's age, number of living children, ideal number of children, region of residence, husband's education, knowledge of contraception, and discussions couple about family planning. Most related factor to the case of unmet need for family planning in Indonesia is discussions couple about family planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1996
612.3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>