Ditemukan 117116 dokumen yang sesuai dengan query
Anak Agung Gde Putra Agung
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999
959.86 GDE p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anak Agung Gde Putra Agung
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan, 1999
959.8 ANA p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Bali: Pustaka Larasan, 2006
959.86 SEA
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ide Anak Agung Gde Agung, 1921-1999
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989
959.802 IDE b
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Muhamad Rifky Astari
"Surat K45.84 disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia dan diberi judul Rencana Perjanjian antara Raja-Raja Bali dengan Pemerintah Kolonial Belanda pada 1838 dalam katalog arsip Kolonial Bali-Lombok dengan nomor urut 84. Surat K45.84 ditulis dalam aksara Arab-Melayu dan Belanda, serta membahas tentang wacana Raja Belanda untuk melakukan diplomasi dengan Raja Badung di tahun 1818. Penelitian dilanjutkan dengan membahas tujuh ciri tekstualitas pada surat K45.84. Dengan meneliti ketujuh ciri tersebut, terdapat wacana implisit Belanda untuk menguasai kerajaan. Oleh karena itu, terdapat permasalahan utama terkait bagaimana surat dapat dijadikan alat oleh Belanda untuk mendapatkan akses kekuasaan di wilayah yang akan dijajahnya? Dengan mengangkat permasalahan tersebut, terdapat beberapa pertanyaan, yaitu 1) bagaimana struktur surat K45.84? 2) bagaimana strategi Belanda dalam mendekati Kerajaan Badung dengan menggunakan unsur wacana pada surat K45.84? Penelitian dilakukan dengan pendekatan filologis—metode edisi teks—yaitu inventarisasi dan deskripsi, perbandingan, pilihan teks untuk edisi, susunan edisi, serta penerjemahan. Dengan analisis yang dilakukan, terdapat indikasi bahwa surat K45.84 dijadikan alat oleh Belanda untuk melakukan tindak kolonialisme dari jalur diplomasi.
Letter K45.84 is stored in the National Archives of the Republic of Indonesia and titled "Plan of Agreement between the Kings of Bali and the Dutch Colonial Government in 1838" in the archival catalog of Colonial Bali-Lombok with serial number 84. Letter K45.84 is written in Arabic-Malay and Dutch scripts, discussing the Dutch King's discourse on diplomatic efforts with the King of Badung in 1818. The research proceeds by examining seven textual characteristics in letter K45.84. By investigating these seven features, there is implicit discourse indicating the Dutch intention to control the kingdom. Therefore, a main issue arises regarding how the letter could serve as a tool for the Dutch to gain access to power in the region they intended to colonize. By addressing this problem, several questions emerge: 1) What is the structure of letter K45.84? 2) What strategies did the Dutch employ in approaching the Kingdom of Badung through the discourse elements in letter K45.84? The research is conducted using a philological approach— text edition method—comprising inventory and description, comparison, text selection for edition, edition arrangement, and translation. Through the analysis conducted, there are indications that letter K45.84 was utilized by the Dutch as a tool for colonial actions through diplomatic channels."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Khopipah Indah Lestari
"Bali adalah salah satu dari beberapa wilayah di Nusantara yang belum dapat dikuasai pemerintah kolonial Belanda hingga akhir abad ke-19. Faktor internal berupa perebutan kekuasaan antarkerajaan menjadikan wilayah Bali cukup sibuk dengan peperangan dari waktu ke waktu. Tidak terkecuali dengan Kerajaan Badung. Semakin majunya kegiatan perekonomian di Badung membuat pemerintah kolonial Belanda merasa khawatir akan posisinya yang dapat diambil alih kekuatan Eropa lainnya. Berbagai pendekatan berupa perjanjian-perjanjian terus dilakukan untuk dapat menempatkan Kerajaan Badung di bawah kuasa pemerintah kolonial Belanda seutuhnya. Penelitian ini membahas salah satu perjanjian tersebut, yaitu perjanjian yang tercantum dalam naskah Surat Perjanjian ML. 487. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan Kerajaan Badung dengan pemerintah kolonial Belanda dan upaya penghapusan hak tawan karang di Kerajaan Badung oleh pemerintah kolonial Belanda. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dengan metode penelitian filologi, yaitu pemilihan naskah, transliterasi, kemudian penelusuran latar belakang sejarah untuk membahas isi teks naskah. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk pengaturan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap Kerajaan Badung, yaitu pembatasan hubungan dengan bangsa Eropa lainnya, pembongkaran benteng, pengiriman bantuan perang, dan pengembalian orang jahat kepada pemerintah kolonial Belanda. Upaya pengapusan hak tawan karang kemudian menjadi senjata utama pemerintah kolonial Belanda dalam menaklukkan Kerajaan Badung seutuhnya.
Bali is one of several areas in Nusantara that the Dutch colonial government could not control until the end of the 19th century. During that time, Bali was quite busy because some internal wars from time to time. The Badung Kingdom is no exception. The advanced economic activities in Badung made the Dutch colonial government worried about its position that could be taken over by other European powers. They tried various approaches in the form of agreements to place the Badung Kingdom under the complete control of the Dutch colonial government. This study discusses one of the agreements, that is the one included in the manuscript of Surat Perjanjian ML. 487. The purpose of this study is to explain the dynamic of relations between the Badung Kingdom and the Dutch colonial government and the efforts to abolish hak tawan karang (Klip Recht) in the Badung Kingdom by the Dutch colonial government. To achieve these goals, the research was conducted using philological research methods, started from manuscript selection, transliteration, then tracing the historical background to discuss the contents of the text of the manuscript. The results show the forms of regulation imposed by the Dutch colonial government against the Badung Kingdom, there are relations restriction with other European nations, taking down the castle, helps for the war and sending back the army who did desertion. Abolishing hak tawan karang later became the main strategy of the Dutch colonial government in completely conquering the Badung Kingdom."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
"Berdasarkan pasal 23 UUD 1945, pengelolaan keuangan negara ditunjukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan non ekonomi merupakan dua elemen yang membentuk kemakmuran rakyat. Kajian ini ditujukan untuk menghubungkan antara audit keuangan dan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Badung, Tabanan dan Kota Denpasar Provinsi Bali. Metodologi deskriptif untuk menggambarkan hubungan antara audit keuangan dengan kesejahteraan rakyat melalui teknik komparasi dan scatter plot digunakan dalam kajian ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa indikator kesejahteraan ekonomi di Bali secara umum lebih tinggi dari rata-rata nasional. Selain itu dalam kajian ini dibuktikan bahwa secara empiris belum ada hubungan yang kuat antara audit keuangan khususnya dengan kesejahteraan rakyat. "
340 JTKAK 1:1 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Lombok yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan banyak potensi wisata menakjubkan. Di samping itu obyek wisata di NTB juga menyimpan sisi historis yang begitu menarik, unik dan memikat. Satu diantara obyek wisata dengan daya tarik sisi sejarah yang cukup unik adalah Taman Mayura di Cakranegara. Taman Mayura ini ternyata menyimpan banyak nilai seni, budaya dari sejarah Kerajaan Hindu di Pulau Lombok beberapa abad yang silam. Sebagai tempat yang bernilai historis Taman Mayura yang berlokasi di Pulau Lombok pada tahun 1907 pasca peristiwa puputan badung yang terjadi tahun 1906 di Bali dipilih sebagai tempat pengasingan Raja Badung yang kalah perang pada waktu itu. Raja Cokorda Alit Ngurah (Putra Mahkota) Kerajaan Badung berhasil diselamatkan, tetapi beliau akhimya diasingkan ke Lombok oleh pemerintah kolonial Belanda selama kurang lebih 10 tahun."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Shalihin Damiri, N.
Sidoarjo: Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, 2021
889.223 43 SHA b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Blyton, Enid
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2017
823.91 BLY c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library