Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Amir
Djakarta: Gunung Agung, [1953]
780.9 AMI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Tarida S.
"Musisi adalah orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989; (\v\vw.wikipedia.org). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa menjadi seorang musisi perlu memiliki keterampilan bermusik. Keterampilan bermusik tidak hanya diperoleh karena bakat musik, tetapi juga diperoleh karena pengalaman, tugas, motivasi, dan proses belajar yang mendukung (Sloboda, 1994b). Perbedaan suatu keterampilan bermusik itu dapat dilihat dari peforma musik, seperti performa musik pada musisi klasik dan musisi jazz. Perbedaan yang mendasar dari kedua musisi itu adalah improvisasi, yaitu penuangan ide atau mood yang terjadi secara spontan. Musisi klasik dituntut untuk memainkan partitur komposisi secara tepat dan akurat. Ekspresi musik dituangkan melalui improvisasi berupa interpretasi dari komposisi itu harus terpaku pada notasi musik. Sedangkan musisi jazz diharapkan melakukan improvisasi untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan teknik musik (Reimann, 2003). Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran respon musik terhadap rangkaian melodi pada musisi piano klasik dan musisi piano jazz. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi terhadap tujuh subjek penelitian yang terdiri dari tiga musisi piano klasik dan tiga musisi piano jazz. Pedoman wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respon musik yang dikemukakan oleh Copland (1955), Wingell (1983), dan Denecke (1997) yang terdiri dari respon fisik (respon yang berhubungan dengan gerak tubuh), respon musik tingkat sensori atau respon afektif (respon yang berhubungan dengan perasaan yang muncul pertama kali tanpa berpikir), respon musik tingkat asosiatif (respon musik yang berhubungan dengan imajinasi, memori, dan pengalaman masa lalu), respon musik tingkat ekspresif (respon musik yang berhubungan dengan kekuatan ekspresif atau makna dari musik), respon musik tingkat musikal (respon musik yang berhubungan dengan kesadaran terhadap musik dan yang terjadi di dalam musik itu sendiri). Respon musik yang akan dilihat adalah respon musik ketika mendengarkan rangkaian melodi dan respon musik ketika menampilkan performa musik. Selain itu, penelitian ini juga hendak melihat performa musik yang ditampilkan oleh musisi klasik dan musisi Jazz. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki persamaan dalam memberikan respon fisik dan respon musik tingkat sensori atau respon afektif. Persamaan ini diungkapkan oleh masingmasing musisi mengenai hal-hal yang mereka rasakan yang berhubungan dengan kedua respon musik tersebut ketika mendengarkan rangkaian melodi dan ketika menampilkan performa musik dari rangkaian melodi. Selain itu, hasil lain yang ditemukan adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki perbedaan dalam memberikan respon musik tingkat asosiatif, respon musik tingkat ekspresif, dan respon musik tingkat musikal. Ketiga respon musik ini adalah respon musik yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi dari dua respon musik sebelumnya, karena tidak hanya sekedar menikmati musik saja. Hal ini menunjukkan bahwa musisi klasik memiliki imajinasi, ekspresi, dan pengamatan terhadap musik yang berbeda dengan musisi jazz sehingga tidak mengherankan mereka memiliki gaya performa musik yang berbeda. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera-video. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian persepsi musik pada musisi yang memiliki keahlian bermain instrumen musik lain. Saran praktis dari penelitian ini adalah sebaiknya dikembangkan pengajaran musik mengenai kemampuan mendengarkan musik dan memberikan respon musik yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memiliki tingkat musikalitas yang baik."
2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti musisi dalam industri musik live performance di Villa Sanctus Bali. Pertunjukan tersebut bertujuan untuk memberikan pelayanan dan hiburan kepada tamu. Pengamatan awal menunjukkan bahwa para musisi di sana dapat memberi suasana hikmat pada acara wedding ceremony dan suasana santai di acara hiburan. Para musisi berasal dari latar belakang pendidikan formal dan otodidak. Walaupun dengan latar belakang yang berbeda tetapi mereka bisa bermain dengan kompak. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menyingkap fenomena mususi berpendidikan formal dan musisi otodidak, dengan mengadakan studi kasus pada musisi yang bekerja di Villa Sanctus Bali. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan jawaban yaitu; pertama bagaimana bentuk industry musik di Villa Sanctus Uluwatu Bali, kedua bagaimana metode musisi dalam bermain musik di Villa Sanctus Uluwatu Bali, ketiga bagaimana pengembangan musikalitas dari musisi yang ada di Villa Sanctus Uluwatu Bali."
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rahmat Purwanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian proses yang
dialami oleh beberapa musisi jazz, dari mereka kecil hingga dewasa, proses ini
kemudian membuat sebuah karakter tersendiri yang dimiliki oleh musisi tersebut,
yakni, sebuah karakter yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ?jazzy people?,
atau orang-orang yang bermain musik dengan nge-jazz.
Dalam menjelaskan serangkain proses tersebut, penelitian ini membahas
profil masing-masing informan (musisi jazz) dengan rinci. Data diperoleh dari
kegiatan sehari-hari informan, yang diceritakannya kembali kepada peneliti.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam
terhadap para informan, dan melakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka
(participant observation).
Beberapa proses yang dialami setiap musisi ini kemudian menjadi data
yang akhirnya diolah dan dianalisa, dan menghasilkan kesimpulan, yakni masing-
masing musisi mengalami pola penanaman kebudayaan yang berbeda yang
berpengaruh terhadap musik mereka, yang akhirnya menjadikan mereka musisi
jazz.
Pola-pola penanaman kebudayaan yang ditemukan dari penelitian ini
antara lain adalah, pola pengenalan musik sejak dini oleh keluarga si musisi, juga
karena faktor lingkungan dimana dia berada, dan pola penanaman kebudayaan
yang terjadi karena adanya kesempatan dan keseriusan dalam diri musisi jazz
tersebut.
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi
musisi jazz itu melewati beberapa proses panjang dalam kehidupan mereka. Tidak
bisa dikatakan bahwa musisi itu bisa menjadi seorang yang ?jazzy? hanya karena
faktor keluarga saja, tetapi juga karena faktor-faktor lain, yang diantaranya adalah
institusi formal, dan lingkungan.

ABSTRACT
This study aimed to see how a series of processes experienced by some
jazz musicians, from their early years into adulthood, where this process later
create a character that is owned by the musician, that is, a character called by
people as "jazzy people", or people who play jazz music.
In explaining the series of processes, this research discusses the profile of
each informant (jazz musicians) in detail. The data was obtained from the daily
activities of informants that were shared to the researcher.
The research was conducted within a period of about one and a half years,
and to collect the data, the researcher used in-depth interviews with informants
and also performs daily activities with them.
The processes experienced by each musician was later was used as the
data that eventually was processed and analyzed, and lead to the conclusion that
each musician experienced different pattern of enculturation, which influenced
(affected) their music, and in the end made them become jazz musician.
Enculturation patterns found in this research include introducing music to
the musician from their early childhood by their family, influence by their
environment, and the opportunity and seriousness of the jazz musicians
themselves.
Based on this research, it was concluded that, a jazz musician went
through long and different processes in their lives. We can not say that a musician
could become a 'jazzy' only because of family factor, but also, the existence of
other factors such as the formal institution, and environment."
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Panji Mursetyo
"[Tesis ini membahas tentang agregator musik dan musisi/band: eksplorasi model bisnis dan kesepakatan bisnis yang dicapai dalam industri komunikasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Proses komunikasi awal, lalu ketahap negosiasi sampai akhirnya tercapai kesepakatan bisnis dalam bentuk kontrak diantara pihak creator/musisi/band dengan agregator musik atau perusahaan penyedia konten masih menjadi cara satu-satunya dalam mencapai
kesepakatan dan dalam hal ini kesepakatan bisnis yang berdasar hukum. Cara yang mungkin dianggap masih konvensional meskipun secara model bisnis yang dijalankan oleh perusahaan penyedia konten adalah model bisnis digital yang menghasilkan produk berbentuk digital dan mendistribusikan juga secara digital;This thesis discusses aggregator music and musicians/band: the exploration of business
model and a business deal reached in communication industry. The study was qualitative research design with case studies. The study concluded the communication process which are negotiation and then a business deal with contract signing between musician/band/creator with music agregator/content provider company is the only thing
that matter to reached a law based business deal. This way assumed as a conventional way eventhough the agregator/content provider business model is digital model, which means, they produce digital format product and distribute it in a digital way too, This thesis discusses aggregator music and musicians/band: the exploration of business
model and a business deal reached in communication industry. The study was qualitative
research design with case studies. The study concluded the communication process which
are negotiation and then a business deal with contract signing between
musician/band/creator with music agregator/content provider company is the only thing
that matter to reached a law based business deal. This way assumed as a conventional
way eventhough the agregator/content provider business model is digital model, which
means, they produce digital format product and distribute it in a digital way too]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan
"Pada tahun 2021, Presiden Joko Widodo menanda tangani Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik. Dikarenakan beberapa peraturan yang dinilai bermasalah, berselang 5 bulan kemudian, Aliansi Musisi dan Pencipta Lagu Indonesia atau AMPLI resmi berdiri dan secara tegas menolak PP No. 56 Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam guna meraih data primer, dan mengurasi data sekunder melalui peraturan, situs daring dan media sosial. Penelitian ini mengidentigikasi AMPLI sebagai kelompok kepentingan menggunakan konsep dari Janda, Berry, Goldman & Hula (2011), pembentukan kelompok politik dengan Disturbance Theory oleh Truman (1951), dan strategi kelompok kepentingan menggunakan konsep lobbying dari Keefe, Abraham, Flanigan, Jones, Ogul & Spanier (1983). Temuan dari penelitian sejauh ini mengidentifikasi bahwa AMPLI sebagai kelompok kepentingan telah melakukan strategi direct & indirect lobbying. Indirect lobbying sendiri terbagi menjadi 4 (empat) kategori: grassroots lobbying, constituent pressures, political campaign, dan citizen participations, di mana AMPLI menjalankan keempat indirect lobbying tersebut sebagai strateginya. Akan tetapi direct lobbying yang dilakukan oleh AMPLI kurang optimal karena tidak memiliki kontak langsung dengan legislator terkait. Kemenkumham beserta DJKI kemudian merevisi dan menerbitkan Permenkumham No. 9 Tahun 2022 sebagai Peraturan Pelaksanaan PP No. 56 Tahun 2022 yang baru dan telah memenuhi tuntutan AMPLI meski secara parsial, karena AMPLI bukan satu-satunya faktor penyebab Permenkumham No. 20 Tahun 2021 direvisi.

In 2021, President Joko Widodo signed Government Regulation of the Republic of Indonesia (PP) Number 56 of 2021 concerning Management of Song and/or Music Copyright Royalties. Due to several regulations that were considered problematic, five months later, the Alliance of Indonesian Musicians and Songwriters or AMPLI was officially established and firmly rejected PP No. 56 of 2021. This research uses a qualitative method with in-depth interview techniques to collect primary data, and curate secondary data through regulations, online sites and social media. This study identifies AMPLI as an interest group using the concept of Janda, Berry, Goldman & Hula (2011), formation of political groups with Disturbance Theory by Truman (1951), and interest group strategy using the concept of lobbying from Keefe, Abraham, Flanigan, Jones, Ogul & Spaniers (1983). The findings from the research so far identify that AMPLI as an interest group has carried out a direct & indirect lobbying strategy. Indirect lobbying itself is divided into 4 (four) categories: grassroots lobbying, constituent pressure, political campaigns, and citizen participation, where AMPLI implements these four indirect lobbies as its strategy. However, direct lobbying by AMPLI was not optimal because AMPLI did not have direct contact with the relevant legislators. Kemenkumham and DJKI then revised and published Permenkumham No. 9 of 2022 as the new Implementing Regulation of PP No. 56 of 2022 and has fulfilled AMPLI's demands even if partially, because AMPLI is not the only factor causing Permenkumham No. 20 of 2021 revised."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christ Billy Aryanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan subjective well-being antara musisi dan non-musisi. Sampel penelitian ini merupakan musisi dan non-musisi yang dibagi berdasarkan aktivitas musikal yang dilakukan sepanjang hidupnya (Hanna-Plady & MacKay, 2011) berusia 18 ? 40 tahun yang berjumlah 123 orang. Musisi merupakan individu yang sudah memiliki pengalaman bermain musik selama 10 tahun secara teratur dan pernah mengikuti pendidikan musik formal berjumlah 55 orang. Nonmusisi merupakan individu yang tidak bisa bermain musik, tidak bisa membaca not balok, dan tidak pernah menerima pendidikan musik secara formal berjumlah 68 orang. Subjective well-being diukur menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985) untuk mengukur evaluasi kognitif dan Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, dan Tellegen (1988) untuk mengukur evaluasi afektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musisi memiliki tingkat subjective wellbeing yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan non-musisi.

The objective of this study is to know the subjective well-being comparison between musician and non-musician. Participants of this study is musician and non-musician which is divided based on the musical activity throughout their lifespan (Hanna-Pladdy & MacKay, 2011) aged 18 - 40 years with the amounts of 123 participants. Musician is a person who had played a musical instrument on a regular basis for at least 10 years and joined formal musical training with the amounts of 55 participants. Non-musician is a person who had never played music, cannot read music notes, and never received formal musical training with the amounts of 68 participants. Subjective well-being was measured using the Satisfaction with Life Scale (SWLS) developed by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985) to measure cognitive evaluation and Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) developed by Watson, Clark, and Tellegen (1988) to measure affective evaluation. The result showed that the musicians have a higher level of subjective well-being significantly than non-musicians."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali, Syed Ameer
Jakarta: Pembangunan, 1956
297 ALI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>