Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frydenberg, Erica
London: Routledge, 1996
155.5 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
New York: Routledge, 2008
155.51 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Laksmi Sentari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kurniasih
"
ABSTRAK
Masa Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa,
dimana terjadi berbagai perubahan yang cepat dan dramatis dalam berbagai aspek
kehidupan individu. Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah perubahan
fisik, yaitu tercapainya kematangan organ-organ seksual yang menuntun pada
perubahan beberapa aspek yang lain, seperti aspek sosial, emosional , dan
kepribadian.
Kematangan organ seksual menyebabkan perubahan perilaku seksual,
yaitu mulai terjalinnya hubungan khusus antar jenis atau yang lazim disebut
?pacaran?. Pacaran pada remaja, meskipun mempunyai dampak yang positif
(merupakan salah satu tugas perkembangan remaja), seringkali juga membawa
masalah-masalah bagi remaja itu sendiri. Masalah yang dihadapi remaja
berpacaran tidak jarang menimbulkan tekanan bagi remaja yang bersangkutan
yang menuntut mereka untuk dapat mengatasinya. Masalah pacaran pada remaja
akhir, memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pada masa remaja
sebelumnya karena pada masa ini pacaran merupakan masalah yang serius bagi
remaja dengan telah dilibatkannya komitmen ke arah pernikahan. Kegagalan dan
keberhasilan remaja akhir dalam mengatasi masalah pacaran, selain dapat
mempengaruhi kesehatan mental remaja pada masa ini, juga dapat mempengaruhi
interaksi sosial atau hubungan dengan lawan jenis pada masa selanjutnya. Dengan
demikian, perilaku coping remaja dalam mengatasi masalah pacaran merupakan
hal yang perlu mendapatkan perhatian.
Carver (1989) membagi coping dalam tiga jenis, yaitu coping ?terpusat
pada masalah? , coping ?terpusat pada emosi, dan coping yang maladaptif (tidak
efektif). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas coping yang
dilakukan individu, salah satunya adalah dengan tersedianya dukungan sosial bagi
remaja yang sedang mengalami masalah/tekanan. Melalui dukungan sosial remaja
dapat belajar bagaimana cara mengatasi masalah. Selain itu, dukungan sosial itu
sendiri juga dapat meningkatkan perasaan positif pada diri remaja karena remaja
merasa dihargai dan diperhatikan oleh orang lain. Perasaan positif ini telah terbukti membantu individu dalam menghadapi dan mengatasi situasi yang
membangkitkan stres.
Dalam kehidupan sehari-hari, dukungan sosial ini dapat terwujud melalui
suatu komunikasi interpersonal yang efektif karena komunikasi ini mengandung
empat aspek, yaitu sikap asertif, empati, kemampuan mendengar aktif, dan
kesediaan untuk membuka diri (Pearson, 1983). Keempat aspek komunikasi ini
jika dapat terjalin antara remaja dengan orang tuanya dapat menciptakan
kedekatan remaja pada orang tua dan menimbulkan perasaan berharga, berarti dan
disayangi pada diri remaja. Komunikasi yang efektif antara remaja dengan orang
tua mengenai masalah pacaran, dapat membantu remaja dalam menghadapi
situasi yang menekan akibat masalah pacaran yang mereka hadapi sehingga
diharapkan remaja dapat memilih perilaku coping yang efektif.
Komunikasi Interpersonal dan perilaku coping tersebutlah yang akan
diteliti dalam peneltian ini. Penelitian ini dilakukan terhadap 55 orang remaja
akhir yang dipilih secara insidental. Alat yang digunakan berupa kuesioner
"Coping Scale " dari Caver, et.al. (1989) dan kuesioner yang menggali keempat
aspek komunikasi interpersonal seperti tersebut di atas.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komunikasi remaja-ayah cenderung
kurang efektif kecuali pada aspek ?sikap asertif? (tergolong cukup baik).
Sedangkan komunikasi antara remaja-ibu cenderung cukup efektif kecuali pada
aspek ?mendengar aktif' (tergolong kurang efektif). Coping yang sering digunakan
remaja untuk mengatasi masalah masalah pacaran merupakan jenis coping yang
efektif, yaitu coping ?terpusat pada masalah? dan coping ?terpusat pada emosi.
Sedangkan coping yang maladaplif (tidak efektif) merupakan perilaku coping
yang jarang dipilih remaja untuk mengatasi masalah pacaran. Komunikasi remaja-
ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketiga jenis coping yang
dilakukan remaja untuk mengatasi masalah pacaran. Sebaliknya., komunikasi
remaja-ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketiga jenis coping
yang dilakukan remaja untuk mengatasi masalah pacaran.
Berkenaan dengan hasil penelitian tersebut maka diharapkan orang tua
(ayah dan ibu) untuk lebih meningkatkan kemampuan mendengar aktif, bersedia
meluangkan waktu untuk mendengar keluhan anak, tidak mendominasi
pembicaraa. Dan untuk ayah, diharapkan untuk lebih meluangkan waktu, lebih
mengakrabkan diri dengan anak remajanya dan mencoba untuk lebih memahami
serta mengerti apa yang dirasakan dan diinginkan anak dan menerima anak apa
adanya.
Pada penelitian selanjutnya, ada baiknya dilakukan penelitian serupa pada
sampel anak bermasalah. Untuk kuesioner komunikasi ada baiknya diteliti pula
persepsi orang tua mengenai komunikasi remaja-orang tua untuk mendapatkan
perbandingan persepsi orang tua dan remaja terhadap komunikasi remaja-orang
tua. Selain itu, baik pada coping maupun komunikasi pengambilan data sebaiknya
dilengkapi pula dengan wawancara agar diperoleh gambaran yang lebih
mendalam dan terinci pada ke dua variabel tersebut.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Zarisma
"Penulisan ini berfokus terhadap masalah penyesuaian diri remaja bina asuh yang baru memasuki Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) terhadap aturan, kegiatan, teman dan pengasuh. Topik ini penting untuk karena remaja bina asuh yang belum berhasil menyesuaikan diri akan menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai LKSA. Penulisan dilakukan pada tahun 2021 pada masa pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka terhadap sumber literatur seperti jurnal, buku, dan penelitian terkait remaja yang melakukan penyesuaian diri di berbagai lembaga kesejahteraan sosial anak. Karya akhir ini menganalisis bagaimana penyesuaian diri dan perubahan perilaku serta faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri remaja bina asuh. Dari tujuh penelitian yang telah dianalisis, lima diantaranya menyatakan remaja dapat menyesuaikan diri dengan baik dan menunjukkan perubahan perilaku yaitu menaati peraturan dan kegiatan yang ada di LKSA, mampu berinteraksi dengan membangun hubungan yang harmonis dengan teman sebaya serta dapat menghormati pengasuhnya. Sedangkan dua penelitian menyatakan bahwa remaja bina asuh belum bisa menyesuaikan diri di LKSA dengan menunjukkan perilaku yang masih melanggar aturan dan tidak mengikuti kegiatan di LKSA. Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dan juga faktor eksternal yang memengaruhi remaja dalam menyesuaikan diri. Faktor internal terdiri dari karakteristik kepribadian, pengalaman mengatasi masalah dan kondisi emosi, inteligensi, konsep diri, self compassion. Adapun faktor eksternal-nya adalah jaringan dukungan pribadi yang terdiri dari dukungan keluarga dan teman sebaya, serta faktor sumber daya dan layanan

This research focuses on the problem of self-adjustment of adolescents to the rules, activities, friends and caregivers at the orphanages. This topic is important to analyze because adolescents who have not managed to adjust will show behavior which is not in accordance with orphanage’s norms and values. This study was conducted in 2021 during the COVID-19 pandemic. The research method used is literature review, where the writer analyzes various iteratures such as journals, books, and related reports to form a conclusion. This is done so that the authors can reach various data on how adolescents can make self- adjustments in various child social welfare institutions. First, the authors analyze how self-adjustment and changes in adolescent behavior while in social institutions. Then, the author analyzes what factors influence adolescent self-adjustment. Of the seven studies that have been analyzed, five of them stated that adolescents can adjust well and show behavioral changes, namely obeying the rules and activities in institution, being able to interact by building harmonious relationships with peers and being able to respect their caregivers. Meanwhile, two studies stated that adolescents have not been able to adjust with institution showing behavior that still violates the rules and does not participate in activities. This is caused by internal and external factors that affect adolescents in adjusting. Internal factors consist of personality characteristics, problem solving experience, intelligence, self concept, and self compassion. The external factor is a personal support network consisting of family and peer support, and resource and service factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vinesia Febrianti
"Saat duduk di kelas 12 SMA, siswa akan mendapatkan banyak tuntutan akademis yang dapat menyebabkan stres. Untuk mengatasi stres tersebut, diperlukan penggunaan coping yang tepat. Salah satu hal yang berhubungan dengan penggunaan coping adalah goal orientation yang dimiliki individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis goal orientation dengan gaya coping adaptif terhadap stres terkait sekolah pada siswa kelas 12 SMA. Adapun partisipan ini berjumlah 284 partisipan yang berasal dari SMA di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan dengan Achievement Goal Questionnaire-Revised dan Coping Across Situation Questionnaire-Revised. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mastery-approach goal r=0,219.

12th graders can have academic demands that will result in stress. A suitable coping style is needed to manage that stress. One of the factors that relate to an individuals coping style is their goal orientation. This study aims to find the relationship between type of goal orientation and adaptive coping style related to school related stress among 12 th graders. The participants of this study were 284 students from high schools in Greater Jakarta Area. The measurements used were Achievement Goal Questionnaire Revised and Coping Across Situation Questionnaire Revised. Based on this study, a significant relationship was found between mastery approach goal r 0,219, p 0,05 and performance approach goal r 0,147, p 0,05 with active coping. Thus, no relationship was found between mastery avoidance goal r 0,036, ns and performance avoidance goal r 0,092, ns with active coping, as well as between mastery approach goal r 0,046, ns , mastery avoidance goal r 0,010, ns , performance approach goal r 0,031, ns , and performance avoidance goal r 0,081, ns with internal coping. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
""Young people need to cope in a variety of settings, including school, home, peer groups and the workplace, and with a range of life problems such as examinations and parental divorce. This thoroughly revised and updated new edition of Adolescent Coping presents the latest research and applications in the field of coping. It highlights the ways in which coping can be measured and, in particular, details a widely used adolescent coping instrument. Topics include the different ways in which girls and boys cope, coping in the family, how culture and context determine how young people cope, decisional coping, problem solving and social coping, with a particular emphasis on practice. Each topic is considered in light of past and recent research findings and each chapter includes quotations from young people. While topics such as depression, eating disorders, self-harm and grief and loss are addressed, there is a substantial focus on the positive aspects of coping, including an emphasis on resilience and the achievement of happiness. In addition to the wide-ranging research findings that are reported, many of the chapters consider implications and applications of the relevant findings with suggestions for the development of coping skills and coping skills training. Adolescent Coping will be of interest to students of psychology, social work, sociology, education and youth and community work as well as to an audience of parents, educators and adolescents."--PUBLISHER'S WEBSITE."
New York: Psychology Press, 2008
155.51 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Purwina Laksmi Suntari
"Sekolah menengah umum (SMU) unggulan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tujuan akhir dari dikembangkannya SMU unggulan ini adalah untuk memperoleh generasi penerus bangsa yang berkualitas, mandiri dan mampu bersaing dalam era pembangunan di abad 21 mendatang.
Jumlah SMU unggulan untuk tiap-tiap propinsi berbeda-beda. DKI Jakarta sendiri memiliki 6 buah SMU unggulan, seperti yang telah ditetapkan oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta. Keenam SMU unggulan tersebut adalah SMUN 8, SMUN 13, SMUN 78, SMUN 70, SMUN 81 dan SMUN 68.
Adapun seleksi masuk SMU unggulan ini dilakukan dengan cara menjaring siswa yang memiliki NEM SMP yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut memiliki prestasi yang tinggi.
Dengan bersekolah di SMU unggulan, seorang siswa akan menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi. Seperti adanya label positif dari guru, orang tua ataupun masyarakat terhadap siswa, suasana belajar yang kompetitif di dalam kelas, kewajiban untuk mengikuti program pengayaan serta tingkat kesulitan soal ulangan umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan soal untuk SMU non unggulan.
Di satu sisi, situasi-situasi yang telah disebutkan di atas memiliki dampak yang bersifat positif dan bermanfaat karena merangsang perkembangan aspek intelektual dari para siswa. Tetapi di sisi lain, situasi tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau masalah bagi para remaja yang bersekolah di sana. Misalnya, padatnya jam belajar mengajar di suatu SMU unggulan dapat menyebabkan siswa menjadi tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk beristirahat ataupun melakukan hal-hal yang disukai oleh mereka. Situasi tersebut juga dapat menimbulkan perasaan tertekan pada diri mereka karena adanya tuntutan untuk memenuhi label dan harapan dari orang lain ataupun dari diri sendiri untuk berprestasi sebaik mungkin.
Masalah-masalah yang harus dihadapi oleh siswa SMU unggulan seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin dapat menimbulkan stres, yang menyebabkan mereka berusaha untuk mengatasinya dengan sejumlah perilaku tertentu yang disebut sebagai perilaku coping. Dalam hal ini, stres terjadi bila situasi atau kondisi yang terdapat di SMU unggulan dinilai melebihi kemampuan coping yang dimiliki siswa untuk berespon. Stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping yang efektif akan berpengaruh terhadap kesehatan siswa secara langsung serta kesehatan fisiologis dan psikologis mereka di masa mendatang. Terlebih lagi, para remaja memiliki kecenderungan untuk mempergunakan perilaku coping terpusat emosi saat menghadapi masalah. Padahal perilaku. coping ini hanya dapat mengurangi stres untuk sementara waktu dan dapat membuat remaja tidak berusaha untuk menghadapi dan mengatasi masalah yang dialami secara langsung.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat gambaran stres dan perilaku coping pada siswa SMU unggulan yang merupakan aset negara yang sangat berharga. Sehingga dapat diperoleh masukan-masukan yang bermanfaat guna mencegah timbulnya stres yang berlebihan pada diri mereka ataupun penanggulangan terhadap siswa yang mengalami stres serta meningkatkan penggunaan perilaku coping terpusat masalah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Penelitian eksploratif ini dilakukan terhadap 127 siswa kelas I dan II SMUN 70. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan mempergunakan kuesioner stres dan kuesioner perilaku coping -COPE SCALE-.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan hahwa dari 127 responden terdapat 60 siswa (47.2%) dengan tingkat stres tinggi. Adapun sumber stres terbesar pada diri mereka adalah dimensi prestasi. Untuk menghadapi situasi di sekolah yang dirasakan dapat menimbulkan stres, mereka cenderung mempergunakan perilaku coping terpusat emosi.
Adapun saran-saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian serupa di berbagai SMU unggulan dengan melibatkan siswa kelas I, II dan III serta melengkapinya dengan wawancara yang bersifat mendalam. Selain itu ada baiknya dilakukan pula penelitian mengenai dampak dari stres terhadap diri siswa, mengingat stres tidak selalu berdampak positif, tetapi ada pula yang bersifat negatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scott, Ruth
London: Raoutledge, 1998
155.5 SCO a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>