Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dube, S.C.
Bombay: Tata McGraw-Hill, 1971
301 DUB e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boudon, Raymond
France: Presses Universitaires de France, 1971
301 BOU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Arief Nugroho
"Penelitian ini membahas bagaimana koperasi sebagai organisasi melakukan strategi dalam menghadapi tekanan lingkungan dengan melakukan studi kasus di Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa pengurus KKGJ serta studi dokumen-dokumen sekunder. Hasil penelitian ini menemukan bahwa setidaknya ada tiga dimensi lingkungan organisasi disekitar KKGJ yang memberikan pengaruh dan menjadi perhatian saat ini, diantaranya dimensi hukum, ekonomi dan teknologi. Dampaknya KKGJ dihadapkan dengan Bank DKI sebagai kompetitor yang sangat kuat. Strategi yang dilakukan oleh KKGJ cenderung melakukan konformitas karena posisinya yang tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur lingkungan eksternal. KKGJ berupaya untuk berkompromi (compromise) dengan hanya memenuhi sebagian tuntutan institutional.

This study discusses how the co-operative as an organization perform strategy in dealing with environmental pressure by conducting case study at Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ). This study using qualitative methods, by conducting in-depth interviews with some KKGJ board and document study of secondary documents. The results of this study found that there are three dimensions of organizational environment around KKGJ that give influence and attention recently, legal conditions, economic conditions, and technological conditions. The impact is KKGJ faced with Bank DKI as a very strong competitor. The strategy undertaken by KKGJ tend to performs conformity because of its position which has no power to regulate the external environment. KKGJ attempts to compromise by only fulfilling some institutions pressures."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fossati, Diego
"The ISEAS - Yusof Ishak Institute commissioned a nationwide survey in Indonesia, called the Indonesia National Survey Project (INSP) to enhance understanding of economic, social, and political developments in Indonesia. President Joko Widodo's approval rating hovers at around 68 per cent, and respondents generally think that the President has made improvements to the economy, although there are concerns with the price of necessities and job-seeking prospects. The Widodo administration scores well in infrastructure development, which is its signature policy thrust. Roads, education and electricity supply remain the top priorities for respondents, while corruption is still considered the most important problem facing Indonesia today. Some key issues that have emerged during the Jakarta gubernatorial election, such as punishing blasphemy against Islam and voting a Muslim leader into office, receive significantly high support from respondents, suggesting that these issues have currency beyond Jakarta and the election. On the political front, state institutions, especially the Army, are more highly trusted than politicians. Key elements of Indonesia's political infrastructure, such as democracy, Pancasila, and decentralization are supported by an overwhelming majority of respondents. Indonesians identify strongly with Indonesia and consider traditional economic partners such as Malaysia, Japan, Singapore and ASEAN to be most important for Indonesia."
Singapore: ISEAS Publishing, 2017
e20521505
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Estihandayani
"Peran modal sosial yang dimiliki oleh komuniti RW 012 ternyata berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan administrasi, neighborhood management dan pemberdayaan masyarakat. Ketidakadaan peran pemerintah dalam mengelola komuniti dari sisi sosial-budaya menyebabkan kemunculan agen perubahan yang bertindak menggantikan pemerintah dalam rangka meningkatkan solidaritas dan mutu pelayanan administrasi dan neighborhood management. Karakteristik sosial, budaya dan ekonomi masyarakat; sumber daya; dan aktivitas komuniti berperan penting dalam menentukan dasar neighborhood planning dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat. Keberhasilan komuniti menjadi pembelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan modal sosial komuniti, membangun sistem administrasi pelayanan dan manajemen lingkungan yang berkelanjutan.

The social capital role in local community play an important role in improving quality administrative services, neighborhood management and community empowerment. Lack of government?s role in managing the local community in terms of socio-cultural planning, has led to ?agents of change? appearance who act as their local community leader to replace government presence to increase solidarity, quality of administrative services, and neighborhood management. Social, cultural, and economic characteristics; resources; and social activities in communities play an important role in determining the basis of neighborhood planning in increasing community participation. The success story from this local community become a lesson learned for related stakeholders to utilize social capital in every local community by generating a sustainable administrative, and neighborhood management system.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saefudin
"Pada satu sisi orang Indonesia menganggap dirinya sebagai bangsa yang religius. Namun pada sisi yang Iain, pada tataran praksis, ada indikasi terjadinya degradasi moral dan juga meningkatnya sekularisme. Tindakan yang dapat dikategorikan non-religius atau indikasi rendahnya religiositas ini, ternyata tidak hanya terjadi di kalangan orang tua, tetapi juga di kalangan anak-anak/remaja. Keadaan ini menarik dan penting untuk diperhatikan mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa. Di samping itu menurut Erik H. Erickson pada fase remaja seorang individu menghadapi krisis identitas, suatu fase perkembangan yang sangat penting, yang akan mempengaruhi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pertanyaan yang muncul dan menjadi permasalahan penelitian adalah seberapa besar pengaruh agen-agen sosialisasi agama (yaitu: keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya) dalam membentuk religiositas remaja (usia 13-17 tahun) yang selama ini dilakukan?
Penelitian ini bertujuan, pertama, ingin mengetahui pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja. Kedua, ingin mengetahui perbedaan pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja dari sisi denominasi gereja, jenis kelamin dan jenis sekolah.
Variabel dependen yang diangkat dalam penelitian ini adalah religiositas remaja. Religiositas (religiosity atau religious commitment atau religious involvement atau religiousness) yang dimaksudkan di sini adalah kepercayaan dan tingkah laku individu dalam kaitannya dengan hal yang bersifat supernatural dan/atau nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Pengukuran religiositas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengadopsi indikator-indikator yang dikembangkan oleh Joseph E. Faulkner dan Gordon F. DeJong, yang bersumber dari dimensi-dimensi religiositas yang dikembangkan oleh Charles Y. Glock dan Roodney Stark. Dalam penelitian ini diangkat empat dimensi religiositas yaitu: keyakinan (ideological/belief), praktek religius (ritualistic), pengalaman (experimental) dan pengetahuan (intellectual).

Indonesians view themselves as religious people. However, in reality, lndonesians are experiencing a period of moral degradation and increased secularism. These phenomena not only occur among adults, but also among teenagers, the future generation. As Erik H. Erickson suggests, during adolescence, an individual is undergoing identity crisis, a critical phase which will influence on later development. In such an impressionable state, teenagers are influenced by their families, churches, schools and peers groups. The questions, then, is how these groups shape teen religiosity (age 13 to 17).
This research has two goals. First, it investigates the influences of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity. Secondly, it explores different kinds of influence of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity with respect to church denomination, gender and school types.
The dependent variable in this research is teen religiosity. Religiosity (or religious commitment) in this research is understood as individual belief or behavior connected to moral and godly matters. The quantitative indicators adopted to measure religiosity was developed by Joseph E. Faulkner and Gordon F. DeJong as found in the religiosity dimensions cultivated by Charles Y. Glock and Roodney Stark. The four dimensions of religiosity are belief (ideological), religious practices (ritualistic), experience (experimental) and knowledge (intellectual)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T21164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Zico Gabriel
"Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan pengamatan secara tidak terlibat. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan dalam cara kedua tipe penghuni yang ada di RSTA dalam memaknai RSTA. Penghuni pemilik di satu sisi memaknai rumah susun yang mereka tempati di RSTA sebagai tempat bermukim (dwelling) mereka. Dwelling memiliki makna secara sosiologis, yakni tempat dimana individu tinggal, bermukim, berinteraksi dengan sesama penghuni dan membentuk komunitas warga RSTA. Di sisi lain, penghuni pengontrak memaknai RSTA hanya sebatas sebagai shelter mereka. Shelter sendiri bermakna naungan secara fisik semata atau sebatas tempat berteduh dan beristirahat, bukan tempat untuk menyatu dan menjadi bagian dari komunitas warga RSTA. Temuan selanjutnya menunjukkan bahwa para penghuni pemilik dikarenakan memaknai RSTA sebagai dwelling, yakni tempat bermukim mereka, mengembangkan keterlekatan komunitas yang cenderung kuat dengan permukiman RSTA, terlihat sebagian besar dari mereka memiliki sense of belonging yang kuat sebagai "warga RSTA" dan juga bersifat mengakar dalam kelompok arisan atau kelompok pengajian di permukiman RSTA. Sedangkan, para penghuni pengontrak dikarenakan hanya memaknai RSTA sebatas sebagai shelter, yakni tempat berteduh semata, keterlekatan komunitasnya cenderung lemah. Kondisi ini dapat dilihat dari kehidupan sosial para penghuni pengontrak yang jarang mengenal tetangga di sebelah rumahnya dan sebagian besar dari mereka juga tidak memiliki sense of belonging yang kuat sebagai "warga RSTA" karena sebagian besar dari mereka hanya "numpang tidur" di RSTA.

This research uses a qualitative method in collecting the data using in-depth interview and observations made in the Tanah Abang Flat. The findings of this research suggest that there is a differnce in the way the two types of residents that live in Tanah Abang flat. The residents which are flat owners on one hand, are those that perceive the meaning of Tanah Abang flat as their dwelling place. Dwelling has a sociological meaning, as in a place where people live, dwell, interact with the other residents and become part of the Tanah Abang flat community. On the other, the flat renter only give meaning to Tanah Abang flat as their shelter. Shelter in itself has a shallow meaning, only a psychological structure in where people rest and find shelter. The next finding of this research suggest that because the flat owners give meaning to Tanah Abang flat as their dwelling, they form a rather strong community attachment with the Tanah Abang flat, both physically and socially. This strong community attachment can be seen as most of the flat owners have a strong sense of belonging as the "Tanah Abang Flat Residents" and also by their rootednes in social and religious groups that are formed in the Tanah Abang flat community. On the other hand, the flat renters, as a result of giving meaning to Tanah Abang flat as only their shelter, form a rather weak community attachment, especially to the social environment of Tanah Abang flat. This condition can be seen as most of the flat renters have a very shallow social life in the Tanah Abang flat community, most of them have no knowing of who their next door neighbors are and they also dont have a strong sense of belonging as the "Tanah Abang Flat Residents". Most of the flat renters only perceive Tanah Abang flat as a house where they can "rest at night".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahadiah Nur Maisaroh
"ABSTRAK
Perempuan, khususnya yang berkeluarga, memiliki tantangan lebih daripada lakilaki
dalam mencapai kedudukan tinggi di bank yang memiliki tuntutan kerja yang
tinggi. Tantangan tersebut adalah batasan kultural dimana istri harus mengikuti
keputusan suami dan bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga.
Maka menjadi menarik untuk mengetahui bagaimana perempuan berkeluarga
mampu berkarir di bank sambil menjaga relasi dengan suami. Dengan
menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mewawancarai secara mendalam
tiga pasangan menikah yang istrinya menjadi senior manager di bank sehubungan
dengan fleksibilitas dan kohesivitas hubungan mereka. Secara umum perempuan
berkarir masih belum dapat terlepas dari internalisasi nilai kultur dan agama yang
mengedepankan pembagian peran dan tanggung jawab tradisional. Ketiga
pasangan itu memiliki pemaknaan yang berbeda tentang standar hubungan yang
fleksibel dan yang kohesif. Dalam manifestasinya, dinamika relasi terjadi karena
adanya adaptasi dari situasi karir istri. Pola relasi pasangan pertama berubah dari
chaotic connected menjadi flexible cohesive. Pada pasangan kedua perubahan
terjadi dari rigid connected menjadi structured connected, sementara pada
pasangan ketiga berubah dari chaotic disengaged menjadi flexible cohesive.

ABSTRACT
Women, particularly married women, have challenges more than men in
achieving a superior position in bank that has high demands to they employee.
The challenge is cultural limitation where the wife must follow husband’s
decision and fully responsible in household affairs. Then it become interesting to
see how a married women capable of doing her career in the bank while
maintaining her relation with husband. By using qualitative method, this research
interview three married couple whose wife being senior manager in a bank about
flexibility and cohesion of their relationships. In general, career women still can’t
detached from internalization of the cultural and religious value that assure the
division of traditional role and responsibility. All three couple have different
meaning about standards of flexible and cohesive relation. In their manifestations,
the dynamics of relation occur because adaptation of wives’s career situation.
Relation pattern of first pair has changed from chaotic connected to flexible
cohesive. On the second pair, change happened from rigid connected to structured
connected, while on the third couple the relation transform from chaotic
disengaged to flexibly cohesive."
2014
S53094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calhoun, Craig J.
New York: McGraw-Hill , 1994
301 CAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Durkheim, Emile
London: Macmillan, 1982
301.01 DUR r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>