Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kompas, 2005
303.6 BBM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2005
665.5 BAH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tika Bisono
"Desa Gunung Cak adalah desa yang terletak di wilayah daratan dari Pulau Palmatak, di mana sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian- Mereka membuka kebun cengkeh, kelapa, sayur-mayur dan cabai. Hasil dari pertanian ini mereka jual ke pulau-pulau sekitar Pulau Palmatak bahkan hingga ke Tarempa. Namun kondisi pertanian ini tidak membuat taraf hidup mereka menjadi lebih sejahtera karena ternyata dalam perkembangannya biaya operasi jauh Lebih tinggi daripada hasil jual.
Hadirnya beberapa perusahaan di Pulau Palmatak, seperti ConocoPhiLLips, Travira dan Premier, memberikan harapan baru bagi masyarakat desa dengan terbukanya Lapangan pekerjaan baru. Beberapa dari mereka memang tampak telah merasakan dampak positif dari hadirnya perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari kondisi ekonomi yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya- Namun tidak sedikit warga yang masih dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Kebanyakan dari mereka adalah warga yang bekerja secara kontrak padahal mereka sangat tergantung pada pekerjaan tersebut Pekerjaan yang tidak rutin tersebut menyebabkan pendapatan mereka pun tidak tetap dan tersendat-sendat sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari secara pas-pasan.
Maslow, dalam teori “Hierarchy of Needs", mengatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, mencakup di dalamnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Jika kebutuhan mendasar ini belum terpenuhi, maka perhatian kita akan tingkat kebutuhan yang selanjutnya tidak akan muncul. Kondisi perekonomian sebagian besar masyarakat desa Gunung Cak, yang cenderung berada dalam kelas ekonomi bawah, menyebabkan prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan primer dan belum kepada hal-hal lain seperti kesehatan, sanitasi, kebersihan, pendidikan, dan nutrisi keluarga Sebagian besar warga desa Gunung Cak masih memiliki kebiasaan membuang hajat di hutan, kebun atau semak belukar di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini menimbulkan Lingkungan sekitar tempat tinggal yang tidak sehat dan higienis. Penyebab lain yang cukup signifikan adalah rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman mereka tentang arti kesehatan dan kebersihan. Namun, kebiasaan membuang hajat tidak pada tempatnya selama bertahun-tahun, kurangnya pemahaman tentang kesehatan, motivasi, dan perasaan tidak percaya pada kemampuan untuk membangun desanya sendiri, menyebabkan minimnya usaha warga untuk mengubah kondisi dan membangun jamban yang memadai bagi setiap warga masyarakat desa Gunung Cak.
Usaha pemberdayaan masyarakat desa berarti adanya proses keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh warga desa Gunung Cak dengan mau mengubah pemahaman tentang arti kesehatan dan kebersihan, mau belajar dari pengalaman yang Lebih maju dan positif, mau membentuk suatu organisasi masyarakat pengelola jamban rumah dan terlibat di dalamnya Serta mau mengubah perilaku buang hajat di kebun hutan menjadi di jamban rumah. Selanjutnya organisasi ini akan berfungsi sebagai penggerak dan pelaksana penerapan sistem sosialisasi warga desa, pembangunan dan pengelolaan jamban rumah di masyarakat. Sebelum intervensi diberikan, telah dilakukan baseline study untuk mengetahui pemahaman masyarakat akan kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan, kebiasaan masyarakat sehubungan dengan perilaku mereka dalam menjaga kebersihan dan kesehatan badan dan lingkungannya, kondisi politik, ekonomi, dan sosial masyarakat, kondisi kebersihan di desa Gunung Cak, penerimaan masyarakat tentang konsep pemberdayaan masyarakat, dan penerimaan masyarakat tentang konsep membuang hajat di jamban rumah.
Selanjutnya dibentuk organisasi penggerak yang menjadi pionir bagi berlangsungnya kegiatan intervensi di desa Gunung Cak tersebut. Organisasi tersebut kemudian menentukan tujuan yang ingin dicapai seperti menumbuhkan motivasi masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki kehidupannya secara mandiri; objek yang menjadi sasaran perubahan seperti perubahan perilaku buang hajat di hutan atau kebun menjadi buang hajat di jamban dan program-program yang akan dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan perubahan. Sasaran utama dari program intervensi ini adalah ibu-ibu RT03 dan tokoh pemuda. Kelompok ibu dipilih karena ibu biasanya adalah pihak yang paling berperan dalam mengatur kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk menjaga kesehatan anggota keluarga. Sementara tokoh pemuda memiliki pengetahuan dan pemahaman yang relatif lebih baik mengenai kesehatan dan sanitasi dibandingkan dengan orangtuanya karena faktor pendidikan dan pengalaman bekerja. Oleh karena itu tepat jika ibu-ibu dan tokoh pemuda dijadikan sasaran utama program ini karena mereka diharapkan bisa menjadi penggerak bagi warga lainnya untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan dan pentingnya memiliki jamban di rumah.
Hasil program ini menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu munculnya pemahaman yang lebih baik dan dalam mengenai kebersihan dan kesehatan, terbentuknya organisasi masyarakat pengelola jamban mmah dan sistem pengelolaannya, adanya perubahan perilaku masyarakat desa Gunung Cak dalam membuang hajat, terjadinya proses belajar pada masyarakat desa terhadap pengalaman program jamban rumah, baik pengelolaan sdm, sistem dan operasional, muncul kepercayaan diri warga akan kemampuan diri sendiri dan timbulnya motivasi untuk mengembangkan diri dan lingkungannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Yvonne Triyoga Hoesodoningsih
"Fokus penelitian ini adalah untuk memahami kekuasaan yang implisit dalam politik ritual di Pondok Ranggon dikonstruksi oleh relasi dualitas pelaku seni pertunjukan dan pelaku ritual hajat bumi dengan struktur masyarakat Jakarta. Untuk dapat memahami kekuasaan itu bekerja, penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dielaborasi dengan etnokoreologi Konstruksi kekuasaan pada penelitian ini bermuara pada transformasi dan komodifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan transformasi pada seni pertunjukan Topeng Betawi, seni pertunjukan Wayang Golek, seni pertunjukan Tanjidor, seni pertunjukan Ondelondel serta terdapat transformasi pada proses ritual hajat bumi Pondok Ranggon meliputi ritual awal dan akhir dari Arak-arakan serta transformasi Baritan. Komodifikasi terjadi pada seni pertunjukan Topeng Betawi, seni pertunjukan Wayang Golek, seni pertunjukan Tanjidor, seni pertunjukan Ondel-ondel serta komodifikasi pada proses ritual hajat bumi Pondok Ranggon yang melingkupi Komodifikasi ruang sarana dan prasarana, Komodifikasi Panjat Pinang serta Komodifikasi Paradoks.
Temuan penelitian ini memperkaya teori-teori strukturasi Anthony Giddens dengan memaparkan contoh kasus relasi dualitas pelaku dengan struktur, yaitu relasi dualitas pelaku seni pertunjukan serta pelaku ritual hajat bumi Pondok Ranggon dengan kondisi struktur masyarakat Jakarta yang mengkonstruksi kekuasaan. Temuan penelitian ini juga memperkaya pemahaman mengenai batas-batas dualitas, yaitu dengan menunjukkan bahwa relasi dualitas pelaku dengan struktur yang mengkonstruksi kekuasaan hadir dan sekaligus memproduksi transformasi dan komodifikasi.

This research focus to understand implicit power in ritual politic located in Pondok Ranggon constructed by duality relation between performing art actor and Hajat Bumi ritual actor with structure of Jakarta society. To conceive how such power works, this research utilizes ethnographic method elaborated with etnochoreology. Power construction in this research results transformation and commodification.
Research results show transformation in Topeng Betawi performing art, Wayang Golek performing art, Tanjidor performing art, Ondelondel performing art and also occurred in the Hajat Bumi ritual process including initial and the end of Arak-arakan also Baritan transformation. Commodification can be found in Ondel-ondel performing art along with Hajat Bumi ritual process Pondok Ranggon consist of Facility Room Commmodification, Panjat Pinang Commodification, and also Paradox Commodification.
Research product enrich Anthony Giddens? structure theories with explaining an example of duality relation between actor and structure, in this case relation between performing art actor and Hajat Bumi ritual actor with structure of Jakarta society, constructing power. Result of this research enlighten also duality boundaries, specifically showing that duality relation between actor and structure constructing power exist and simultaneously producing transformation and commodification."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2169
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronal Ridho`i
"ABSTRAK
Salah satu tujuan ideal dari perubahan tata guna lahan adalah pembangunan dan pemerataan wilayah. Tujuan tersebut diupayakan dalam program Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Gerbangkertosusila di Jawa Timur. Program tersebut seharusnya dapat mengembangkan wilayah-wilayah di sekitar Kota Metropolitan Surabaya. Kenyataannya, program ini belum mencapai tujuan dan banyak menimbulkan permasalahan bagi daerah terdampak program, salah satunya Sidoarjo. Tulisan ini dimaksud untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan dan dampak industrialisasi di Sidoarjo akibat implementasi program SWP Gerbangkertosusila. Dengan mengambil studi kasus SWP Gerbangkertosusila dan menggunakan metode penelitian sejarah (melalui pembacaan arsip, surat kabar, dan berbagai literatur), tulisan ini membuktikan bahwa SWP Gerbangkertosusila memang tidak memeratakan daerah sekitar Surabaya. Tulisan ini menunjukkan bahwa program tersebut malah membuka eksploitasi lahan di sekitar Kota Metropolitan Surabaya sebagai pusat perkembangan di Jawa Timur. Berdasarkan tulisan ini, pemangku kebijakan diharapkan mampu lebih menitikberatkan perencanaan penggunaan lahan bagi pembangunan wilayah Sidoarjo dan sekitarnya di masa yang akan datang."
Kalimantan: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, 2018
900 HAN 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sahur
"Keseimbangan lingkungan hidup di Tolongano karena tersedianya sistem pengaturan air (pare'), sehingga data dilaksanakan penganekaragaman dalam pemanfaatan lahan dan jenis tanaman. Keanekaragaman dalam pemanfaatan lahan disertai usah-usaha pencegahan terjadinya pengrusakan lingkungan, mendukung kestabilan dan kualitas lingkungan. Cara bertani dari Orang Bugis, tersebut, telah diambil alih oleh Orang Kaeli sebagai model pengetahuan dalam mengelola dan memanfaatkan lahan pertanian dan sumber daya lingkungan di Tolongano. Keberadaan Orang-Orang Bugis sebagai pemukim perintis, telah memberi corak lingkungan hidup di Tolongano, di mana pemanfaatan sumber daya lingkungan menjadi lebih intensif tetapi keseimbangan dan kualitas lingkungan tidak rusak (kerusakan lingkungan dapat ditekan).
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitas dan kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan wawancara, pengamatan terlibat (partisipant observation) dan menggunakan alat bantu camera dan tape recorder. Metode kuantitatif, digunakan kuesioner. Selain itu diadakan juga pencatatan riwayat hidup beberapa responden Orang Bugis (sebagai golongan pendatang) dan golongan Orang Kaeli (sebagai golongan penduduk asli). Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara optimal tentang interaksi antara migrasi spontan Orang Bugis dengan lingkungan hutan dan lingkungan sosial di Tolongano. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shavira Sekar Narindrani
"Kepuasan hidup merupakan salah satu variabel penting yang dapat memengaruhi banyak faktor dalam tahapan perkembangan remaja. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kepuasan hidup adalah hubungan dengan saudara kandung. Hubungan saudara kandung dianggap krusial dalam tahap perkembangan remaja meskipun masih terabaikan dalam penelitian dan praktik psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara siblings relationship (affection, hostility dan rivalry) dengan kepuasan hidup remaja awal. Peneliti juga ingin melihat hubungan antara data demografis yang terkait dengan siblings relationship yaitu birth order dan jarak usia. Responden penelitian terdiri dari 102 remaja awal berusia 10-15 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Siblings Relationship Inventory dan Satisfaction with Life Scale adapted for Children. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara dimensi affection dan hostility dengan kepuasan hidup remaja awal namun tidak terdapat hubungan pada dimensi rivalry. Peneliti menemukan birth order hanya memiliki hubungan dengan dimensi rivalry dan tidak ada hubungan dengan dimensi affection dan hostility. Peneliti tidak menemukan hubungan antara jarak usia dengan seluruh dimensi siblings relationship.

Life satisfaction is one of the important variables that can influence many factors in the stages of adolescent development. One of the factors that can affect life satisfaction is the relationship with siblings. Sibling relationships are considered crucial in the developmental stage of adolescence although they are still neglected in psychological research and practice. This study aims to determine the relationship between siblings relationship (affection, hostility and rivalry) and life satisfaction in early adolescents. Researchers also want to see the relationship between demographic data related to siblings relationships (birth order and age gap). Respondents consisted of 102 early adolescents aged 10-15 years. The measuring instruments used are Siblings Relationship Inventory and Satisfaction with Life Scale adapted for Children. The result of simple regression analysis shows that there is a significant positive relationship between the dimensions of affection and hostility with life satisfaction in early adolescents, but there is no relationship in the dimension of rivalry. Researcher found that birth order only had a relationship with siblings rivalry and no relation with siblings hostility and rivalry. Researcher did not find any relationship between age gap and every dimension in siblings relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Herawati
"Benzene merupakan bahan yang bersifat karsinogenik bagi manusia. Crude Oil dan produk-produknya merupakan sumber pajanan benzene yang cukup besar sehingga pekerja di kilang pengolahan minyak dan instalasi BBM memiliki risiko tinggi terpajan benzene. Pajanan benzene dapat diketahui melalui pengukuran metabolit benzene. S-phenylmercapturic acid (S-PMA) merupakan metabolit benzene yang spesifik sebagai biomarker monitoring pekerja yang terpajan benzene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar S-PMA dalam urin antara pekerja Kilang dan Instalasi BBM serta faktor lain yang berhubungan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional comparative yang membandingkan kadar S-PMA urin endshift antara responden kilang dan instalasi BBM. S-PMA diekstraksi dari urin dan dianalisis menggunakan Liquid Chromatography (LC). Sampel dipilih secara stratified proportional random sampling.
Hasil: Jumlah sampel sebanyak 50 orang untuk masing-masing lokasi. Kadar SPMA urin pekerja Kilang berada pada rentang 2,82-489,12 ug/g kreatinin dengan nilai tengah 29,41 ug/g kreatinin, sedangkan di Instalasi BBM berada pada rentang 0,45-58,47 ug/g kreatinin dengan nilai tengah 3,10 ug/g kreatinin. Kadar S-PMA secara signifikan berhubungan dengan lama kerja per hari, jenis pekerjaan (ORc=2,72; CI95% 1,175-6,318), lokasi kerja (ORAd=10,59; CI95% 3,481-32,207), dan sumber pajanan benzene lain diluar pekerjaan (ORAd=3,02; CI95% 1,103-8,253) sedangkan status gizi, merokok dan penggunaan APD masker tidak ada hubungan dengan kadar S-PMA urin.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar S-PMA antara pekerja Kilang dengan Instalasi BBM. Pekerja Kilang memiliki risiko sepuluh kali lebih tinggi mendapatkan kadar S-PMA urin diatas nilai BEI (Biological Exposure Index) dibanding pekerja di Instalasi BBM. 62% responden di kilang dan 12% responden di instalasi BBM memiliki kadar S-PMA urin diatas nilai BEI.

Benzene is a substance that is carcinogenic to humans. Crude Oil and its products are a source of benzene exposure is large enough so that workers at oil refineries and fuel installations have a high risk of exposure to benzene. Exposure to benzene can be determined by measuring benzene metabolites. Sphenylmercapturic acid (S-PMA) is a specific metabolite of benzene as a biomarker monitoring of workers exposed to benzene. This study aims to determine the differences in the levels of S-PMA in urine refinery and fuel instalations respondents and factors associated with higher levels of S-PMA.
Method : This study was a cross-sectional comparative study that compared the levels of S-PMA urine endshift between respondents refineries and fuel installations. Sphenylmercapturic acid (S-PMA) extracted from urine and analyzed using Liquid Chromatography (LC). Samples selected by stratified proportional random sampling.
Result : The total sample of 50 for each location. Levels of S-PMA refinery respondents were in the range 2.82 to 489.12 ug / g creatinine with a median value 29.41 ug / g creatinine, whereas in the installation of the fuel is in the range from 0.45 to 58.47 ug / g creatinine with a median value of 3.10 ug / g creatinine. Levels of S-PMA was significantly related to length of exposure per day, type of work (ORc=2,72 ;CI95% 1,175-6,318), location of work (ORAd=10,59; CI95% 3,481-32,207) and other sources of exposure outside of work (ORAd=3,02; CI95% 1,103-8,253) while nutritional status, smoking and the use of PPE mask no association with levels of S-PMA urine.
Conclusion : There are differences between the levels of S-PMA with the installation of fuel refinery workers. Refinery workers have ten times higher risk of getting urinary levels of S-PMA on the value of BEI (Biological Exposure Index) compared to workers in the fuel installation. 62% of respondents in the refinery and 12% of respondents in the installation of the fuel had higher levels of urinary S-PMA above the BEI value."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T41580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>