Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhardi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996
384.55 SUH d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Silviliyana
"Target 8.6 SDGs memiliki tujuan yaitu secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang NEET (Not in Employment, Education, or Training) pada tahun 2020. Akan tetapi, capaian NEET secara global maupun nasional masih relatif tinggi, bahkan NEET perdesaan di Indonesia sejak tahun 2016 konsisten selalu lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara capaian nilai Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa tahun 2020 terhadap status pemuda perdesaan untuk menjadi bukan NEET, NEET aktif, ataupun NEET tidak aktif. Penelitian dilakukan terhadap 94.605 sampel individu yang tersebar pada 14.394 desa di seluruh Indonesia berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2020 dan Updating Podes 2020 dengan menggunakan metode analisis model regresi logistik ordinal multilevel. Secara umum, pemuda perdesaan didominasi oleh pekerja keluarga/tidak dibayar. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan capaian IKG suatu desa satu satuan signifikan menurunkan kecenderungan pemuda perdesaan untuk menjadi NEET (termasuk NEET aktif maupun NEET tidak aktif) serta kecenderungan menjadi NEET tidak aktif. Selain itu juga ditemukan bahwa kenaikan nilai IKG signifikan menaikkan peluang pemuda perdesaan untuk bekerja, namun sebaliknya menurunkan kecenderungan untuk sekolah ataupun pelatihan. Temuan tersebut mengarahkan pada adanya indikasi pemuda perdesaan terpaksa untuk bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar, serta terlihat pula dari lapangan usaha pertanian,perikanan, dan perkebunan, dan pekerjaan juga sektor informal yang mendominasi pemuda pekerja di perdesaan.

Target 8.6 SDGs has a goal of substantially reducing the proportion of young people who are NEET (Not in Employment, Education, or Training) by 2020. However, the achievement of NEET globally and nationally are still relatively high, even rural NEET in Indonesia since 2016 has consistently been higher than youth NEET in urban. This study aims to determine the relationship between the achievement of the Geographical Difficulty Index/Indeks Kesulitan Geografis (IKG) in 2020 and the status of rural youth to become non-NEET, active NEET, or inactive NEET. The study was conducted on 94,605 individual samples spread over 14,394 villages throughout Indonesia based on the results of the August 2020 Sakernas and Updating Podes 2020 using the multilevel ordinal logistic regression model analysis method. In general, rural youth are dominated by family/unpaid workers. The results of the analysis show that an increase in the IKG achievement of a village by one unit significantly reduces the tendency of rural youth to become NEETs (including active NEETs and inactive NEETs) and the tendency to become inactive NEETs. In addition, it was also found that the increase in the IKG score significantly increased the opportunities for rural youth to work, but on the contrary decreased the tendency to go to school or training. These findings lead to indications of rural youth being forced to work as family/unpaid workers, and can also be seen in the fields of agriculture, fisheries, and plantations, as well as the informal sector which dominates youth workers in rural areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Junaedi
"ABSTRAK
Riset ini bertujuan untuk mengeksplorasi motif pemilihan skema pembiayaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja PUAP, serta menguji apakah kinerja PUAP syariah berbeda dengan PUAP konvensional di Jawa Tengah. Menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan multiple regression dummy variable, 185 manajer LKMA PUAP menjadi responden penelitian ini dengan pendekatan purposive sampling. Hasil riset menunjukkan PUAP syariah dipilih karena motif pertimbangan agama (40,6%), sementara LKMA PUAP konvensional dipilih alasan praktis (35,3%) dan ekonomi (30,2%). Variabel bebas skema pembiayaan (Sharia), usia LKMA, jumlah anggota, usia dan pendidikan manajer, modal, biaya, kredit, utang, dan kawasan secara simultan berpengaruh nyata terhadap kinerja LKMA. Secara parsial, pengaruh setiap variabel bebas terhadap kinerja bervariasi. Dari sisi likuiditas (Quick Ratio) dan profitabilitas (NPM), kinerja PUAP syariah relatif lebih baik dari yang konvensional. Skema syariah hanya berkorelasi negatif dengan kinerja aktivitas (ATO). Dan, terhadap kinerja solvabilitas (DER), syariah dan konvensional tidak berpengaruh nyata.

ABSTRACT
The objective of this research is to explore the motives in selecting financial scheme for rural agribusiness development (PUAP), to learn about the factors that affected the PUAP performance, to assess the difference in the performancebbetween the conventional PUAP and the sharia PUAP in Central Java, utilizing qualitative and quantitative method with a dummy variable multiple regression approach, 185 LKMA PUAP managers becomes the research responded with purposive sampling approach. Research shows that PUAP Sharia was chosen for a religious consideration (40.6%), while conventional PUAP LKMA was selected based on practical reasons (35.3%) and economy (30.2%). Free financing schemes (sharia) variable, LKMA age, number of members, managers age and education, capital, cost of credit, debt, and region are simultaneously and significantly affected the LKMA performance. Partially, the effect of each independent variable on the performance are varies. From the liquidity (quick ratio) and profitability (NPM) point of view, the sharia PUAP has shown a better performance than the conventional PUAP. The Sharia scheme only showed a negative correlation to the performance of the activity (ATO). While on the performance of solvency (DER), the sharia and the conventional shows no real effect."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Soemandoyo
"ABSTRAK
Tesis ini ditulis berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2006 terhadap tayangan televisi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui representasi perempuan dan bagaimana konstruksi realitas sosial tentang seks di televisi dalam tiga tayangan berformat investigative yaitu "Fenomena" (Trans TV), "Hiitam Putih" (Indosiar) dan "Sisi Gelap" (Lativi) . Ketiga program tersebut sering ditegur Komisi Penyiaran Indonesia (KP1) karena menonjolkan unsur seksual serta berkesan cabul.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif feminis. Metodenya dengan analisis wacana mengadopsi metode analisis yang dikemukakan oleh Rahmi Rizal (2004). Metode ini menghubungkan antara dimensi teks, konteks sosial dan kognisi sosial. Analisis teks yang dilakukan adalah dengan analisis pembingkaian (framing) model Pan dan Kosicki yang telah disesuaikan dengan mengacu pada dimensi pembingkaian itu sendiri, yaitu seleksi dan penonjolan. Analisis dilakukan per adegan (scene).
Pada tayangan 'Fernomena The Journey' episode "Sang Lelaki", konstruksi realitas atas seks difokuskan pads pengungkapan pentingnya keperkasaan lelaki dalam hal hubungan seksual. Makna keperkasaan laki-laki pada akhirnya berkorelasi dengan hubungan kekuasaan yang represif yang menempatkan perempuan selaku objek. Usaha "Sang Lelaki" untuk membuat dirinya perkasa adalah bagian dari peneguhan ideologi patriarki laki-laki. Tayangan 'Hitam Putih' episode "Pesona Hiburan a/a Thai", konstruksi realitas terfokus pada seks sebagai bagian dari faktor pendukung pariwisata di Thailand. Perempuan menjadi objek yang tak terpisahkan dari proses komodifikasi dan transaksi bisnis seks. Tayangan 'Sisi Gelap' episode "Seks Pinggir Jalan", menunjukkan bahwa perempuan dikonstruksikan sebagai objek. Terbukti dari bingkai yang dihasilkan yakni perempuan adalah objek pelampiasan seksual kaum lelaki, baik dalam posisi sebagai kekasih maupun pekerja seks komersial yang ada di pinggir jalan. Perempuan tidak mampu bargaining dalam mengambil posisi. Di sisi lain, stasiun menampilkan realitas sosial dengan mencoba berlindung dibalik ketaatan pada etika dan peraturan dengan melakukan rekayasa, manipulasi dan trik-trik. Ketiga tayangan yang diteliti hadir pada konteks sosial dimana tayangan seks semakin marak ditayangkan di televisi swasta. Reaksi sosial muncul dari masyarakat dan lembaga penyiaran seperti KPI.
Representasi perempuan yang tampil dalam tiga tayangan mengindikasikan perempuan sebagai pihak yang tersubordinat, inferior atau pihak yang didominasi dan terobjektifikasi. Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan - sebagai bentuk wahana transmisi ideologi patriarki dan merupakan aktualisasi ideologi dalam tayangan televisi. Padahal, ketiganya adalah produk jurnalistik yang sudah sewajamya disusun dengan pendekatan kaidah jurnalistik yang baku, tidak melanggar etika dan norma serta disepakati bersama sebagai sebuah produk intelektual."
2007
T 20741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Nika Sarmuria
"Meningkatkan kemampuan diri atau kemandirian masyarakat (to give ability) dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan dan meningkatkan ?partlsipasl masyarakat", sehingga berhasiI atau tidaknya suatu kebijakan dapat dinilai dari partisipasl masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat baik mental maupun emosional dalam setlap mhapan kegiatan P2KT untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan kebijakan serta turut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut serta memberl kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambllan keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan prasarana yang dlbangun.
Tesis Ini bertujuan untuk menggambarkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2KT di Kecamalan Siantar Serta untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang menjadl faktor penghambat dan faktor pendorong pardsipasi masyarakat dalam peiaksanaan P2KT tersebut.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pemilihan informan menggunakan teknik purposive samphhg untuk menentukan informan yang memahami toplk penelitian yaitu Ketua Pelaksana Kabupaten, Kepala Bappeda, Camat Siantar, Pangulu, Tim Teknis Lapangan, Pimpro, Bendpro, Fasililabor Desa, Fasilitator Kecamatan sena Masyarakat yang semuanya berjumiah 20 informan. Lokasi Penelitian yaitu di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
Peneliian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2KT di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ini mengacu pada pendapat dari teori Sastropoetro, Abe, Ife, Adi. Secara garls besar dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyamkat terwujud dalam pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) di Kecamatan Siantar. Bentuk parlisipasi masyalakat berupa uang, bahan bangunan, tenaga, sumbangan pikiran yaitu pendapat dan masukan Serta upaya masyarakat dalam rapat untuk mempengaruhi keputusan yang diambll serta inisiatif membentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP) sebagai wadah proses pembelajaran bag! masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara prasarana yang telah dibangun. Dimana program P2KT berbeda dengan program-program sebelumnya.
Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) bersifat bottom up. Hal ini dibuktikan dengan keterllbatan masyarakat/partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap peialsanaan sena tahap pemanfaatan dan perneliharaan. Telah terjadi transfer daya (transfer of power) kepada masyarakat baik berupa pengetahuan maupun keterampilan sehingga self-sustain capacity mulai meningkat. Sistem perencanaan yang bersifat bottom up juga telah diterapkan sehingga masyarakat mempunyai peranan yang besar dalam pengambilan keputusan.
Dalam mewujudkan partisipasi masyarakat terdapat beherapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yang terbagl alas dua bagian yaltu penghambat dan pendorong. Faktor penghambat terdirl dari kurangnya keterampilan dan keahlian masyarakat, tlngkat pemahaman masyarakat tenlang P2KT yang beragam, kurangnya rasa percaya diri, kesenjangan persepsi antara pelaku program. Sedangkan faktor pendukung yaitu pendidlkan, pengalaman berorganisasi, dukungan tokoh masyarakat serta keciinya intervensl pemerintah.
Adapun saran yang dikemukakan dalam tesis ini yaitu bagi Pemerintah Kabupaten Simalungun mengingat masih kurangnya keahlian dan keterampiian masyarakat, dimana pelaksanaan P2KT berkaltan dengan pembangunan prasarana seperti membangun sarana air bersih, pembatuan jalan dan sebagainya, yang membutuhkan keahlian khusus dari pelaku program untuk melaksanakannya, maka perlu diadakan upaya peningkatan SDM di masa yang akan datang. Langkah yang paling strategis dan praktis adaiah dengan menekankan peningkatan tersebut melalui kegiatan pelatihan teknis yang dibutuhkan dalam pelaksanaan P2KT, yakni dengan mengikutsertakan seluruh masyarakat dalam pelatihan teknis di kabupaten ataupun melalui pembuatan petunjuk teknis yang Iangsung berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan P2KT, bukan hanya perwakilan saja. Kemudian dalam hal tingkat pemahaman masyarakat yang beragam, hal ini tidak lepas dengan peiaksanaan sosialisasi, maka untuk ke depannya perlu ditingkatkan dengan cara, sosialisasi di lakukan terus menerus dalam lahapan kegiaian. Bagi masyarakat memang partisipasi masyarakat sudah besar dalam pelaksanaan P2KT, namun masih ada masyarakat yang tidak terlihat sama sekali, maka perlu dilakukan pendekatan oleh pemerintah maupun tokoh masyarakat terhadap masyarakat yang tidak teriibat melalui ajakan kepada telangga alaupun kerabat keluarga tersebut untuk memberikan pengeriian dan pemahaman tenlang P2KT.
Sementara dalam hal pengembangan KPP sebaiknya tehnik pendamplngan terhadap masyarakat tetap dilakukan walaupun keglatan sudah selesai serla mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa prasarana yang sudah ada merupakan langgung jawab masyarakat untuk merawat dan memeliharanya, bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Khusus prasarana yang dipemntukkan bagi kepentingan umum agar pelesiariannya diprogramkan oleh pemerintah nagori melalui APB Desa dengan dukungan Kabupaten Upaya pengembangan tersebut hendaknya terlihat dalam kebliakan daerah daiam bentuk pmgram kabupaten setiap tahun, yang didukung oleh pemerintah propinsi dan fasllitasi pemerintah baik berupa dana dan pendukung lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yumiko M. Prijono
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1983
321.8 YUM d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fukutake, Tadashi
Jakarta: Gramedia, 1989.
307 725 FUK nt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Empowerment and legal assistance to the poor and fighting against corruption in order to search for justice for rural communities in Indonesia; cases and case studies."
Jakarta: Justice for the Poor Project, the World Bank, 2006
345.023 KEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabela Fikriyya
"

Masyarakat lokal memiliki pengetahuan mengenai ekologi dan pengelolaan sumber daya alam, termasuk masyarakat Jawa di Lereng Gunung Slamet. Lanskap yang dikenali oleh masyarakat lokal relatif beragam. Dokumentasi pengetahuan lokal dan pengelolaan sumber daya dapat dikaji melalui etnoekologi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis keanekaragaman dan karakteristik satuan lanskap yang dimanfaatkan oleh masyarakat, (2) mengungkapkan nilai kepentingan satuan lanskap dan jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, (3) mengungkapkan cara pengelolaan satuan lanskap berdasarkan kearifan masyarakat, dan (4) menganalisis struktur komunitas di setiap satuan lanskap. Penelitian dilakukan di Desa (1) Ragatunjung, (2) Cipetung, dan (3) Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara semi terstruktur, Focus Group Discussion (FGD), Pebble Distribution Method (PDM), dan analisis vegetasi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada 8 informan kunci dan 83 responsden yang ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling. Data pemanfaatan satuan lanskap diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Method (PDM) yang dianalisis menggunakan Local User’s Value Index (LUVI). Data analisis vegetasi d diolah dengan menentukan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kekayaan (DMg), Indeks Kemerataan (e’), dan Indeks Kesamaan (IS). Masyarakat Lereng Gunung Slamet mengenal sembilan jenis satuan lanskap yaitu, perawisan (pekarangan), wanah (hutan produksi), majegan (kebun), sabin (sawah), kubang buyut (kawasan rencana hutan lindung), perkebunan teh, Cagar Alam Telaga Ranjeng, tanah bengkok, dan tuk (sumber air). Wanah merupakan satuan lanskap terpenting bagi masyarakat karena merupakan ruang utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup dengan nilai di Desa Ragatunjung (31,27), Desa Cipetung (53,55), dan Desa Pandansari (28,17). Oryza sativa L. memiliki nilai kepentingan tertinggi di dua satuan lanskap Desa Ragatunjung yaitu, sabin (22) dan wanah (12), sedangkan pada majegan adalah Syzygium aromaticum L. (6,68). Brassica oleracea L. memiliki nilai kepentingan tertinggi di dua satuan lanskap Desa Cipetung yaitu, majegan (4,20) dan pemukiman (3,5), sedangkan pada wanah adalah Zea mays L. (11,38). Solanum tuberosum L. memiliki nilai tertinggi di setiap satuan lanskap di Desa Pandansari yaitu, wanah (10,33), majegan (6,80), dan Rencana Hutan Lindung (RHL) (4,13). Pengelolaan satuan lanskap dilakukan dengan menerapkan sistem agroforestri untuk lahan kering dan terasering untuk lahan basah. Analisis struktur komunitas dapat dilihat pada Indeks Keanekaragaman berkisar antara 1,57—28,9 yang termasuk dalam kategori sedang yang menunjukkan bahwa lanskap tersebut dalam kondisi stabil. Indeks Kekayaan di lokasi penelitian berkisar antara 11,82—28,8, sedangkan Indeks kemerataan berkisar antara 0,11—0,92. Indeks kesamaan wanah dan majegan merupakan yang tertinggi yakni 62,67 yang termasuk kategori tinggi.


The local communities have various ecological knowledge and natural resources including, the Javanese ethnic on the slopes of Mount Slamet. The landscape recognized by local communities is relatively diverse between one region and another. Documentation of local knowledge and resource management can be studied through ethnoecology. This study aims to (1) analyze the diversity and characteristics of landscape unit utilized by these communities, (2) reveal the importance of the landscape unit and plant species used by the community, (3) reveal the way the unit is managed by the community based on community wisdom, and (4) analyze the structure community in each landscape unit. The research was conducted in (1) Ragatunjung, (2) Cipetung and (3) Pandansari Village, Paguyangan District, Brebes Regency, Central Java. Data collection was carried out by observation, semi-structured interviews, Focus Group Discussion (FGD), Pebble Distribution Method (PDM), and vegetation analysis. Semi-structured interviews were conducted with 8 key informants and 83 responsdents selected by purposive sampling and snowball sampling. Landscape utilization data were obtained through Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Method (PDM) which were analyzed using Local User's Value Index (LUVI). Vegetation analysis was Performed on each landscape unit and processed by determining the Importance Value (INP), Diversity Index (H '), Richness Index (DMg), Evenness Index (e'), and Similarity Index (IS). The slopes of Mount Slamet community were categorized into nine types of landscape units namely, perawisan (yard), wanah (production forest), majegan (gardens), sabin (rice fields), kubang buyut (protected forest plan area), tea plantations, Telaga Ranjeng Nature Reserve, tanah bengkok and tuk (water sources). Wanah was the most important landscape unit in the community, due to its usefulness in meeting the needs of the residents Ragatunjung (31.27), Cipetung (53.55), and Pandansari (28.17). Oryza sativa L. has the highest importance in the Sabin (22) and wanah (12) Ragatunjung Village, while Syzygium aromaticum L. had the highest in majegan (6.68). Brassica oleracea L. has the highest importance value in the two landscape units of Cipetung Village, namely, majegan (4.20) and settlements (3.5), while in the wanah is Zea mays L. (11,38). Solanum tuberosum L. had the highest value in each landscape unit in Pandansari Village, both in wanah (10.33), majegan (6.80), and Protection Forest Plan (RHL) (4.13). Management of the landscape unit is carried out by applying an agroforestry system for dry land and terracing for wetlands. Analysis of community structure can be seen on the Diversity Index ranges between 1.57—28.9, and showed a significant stability, placed in the medium category. The Species Richness at the research site ranged from 11.82—28.8, while the Evenness Index ranged from 0.11—0.92. Lastly, for wanah and majegan was the highest of the Similarity Index (62.67) and placed in the high category.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>