Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Sinansari Ecip
Jakarta: Aksara Karunia, 2002
920.71 SIN e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ishaq Zubaedi Raqib
tidak diketahui kota terbit: tidak diketahui penerbit, 2009
923.2 ISH e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hartono Ahmad Jaiz
Jakarta: Darul Falah, 2003
923.1 HAR g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Penerangan, 1979
321.804 3 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Surjani W.N.
"Tiap masjarakat dinegeri mana sadja dan dari waktu apapun akan mempunjai tjiri-tjiri jang chusus. Tjiri-tjiri ini dapat kita kenal kembali melalui berbagai penjelidikan. Dalam hal ini lapangan kesusastraan dapat memberi sumbangan jang tidak ketjil didalam usaha untuk menghadirkan tjiri-tjiri atau watak itu kedalam kenjataan. Watak dan sifat masjarakat, suka-duka, kehidupan kepertjajaan, adat istiadat dan segala aktivitas kemasjarakatan dapat disalurkan melalui bidang ini. Begitu achirnja kita sampai pada suatu kesimpulan, suatu dalil jang dikemukakan oleh Hudson bahwa sastra itu adalah tjermin daripada kehidupan masjarakat atau djuga dikatakannja sebagai kritik terhadap suatu kehidupan masjarakat. Dengan sendirinja sebagai tjermin atau kritik kehidupan, kesusastraan mempunjai hubungan erat dengan masjarakat disekitarnja. Perubahan didalam susunan masjarakat, mengakibatkan suatu perubahan dan merupakan pula suatu bahan baru didalam pernjataan sastra. Bila bentuk_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S10893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ateng Winarno, compiler
Jakarta: Yayasan Metropolitan, 1993
R 352.24092 ATE k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ajeng Rembulan
"Latar Belakang : Disfungsi seksual dialami oleh 22-86% perempuan pada periode pascapersalinan. Alasan yang dikemukakan untuk menunda hubungan seksual adalah kekhawatiran mengenai nyeri perineum, perdarahan, dan kelelahan. Disfungsi seksual seringkali tidak disadari, baik oleh pasien maupun oleh klinisi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai fungsi seksual perempuan dalam waktu enam bulan setelah melahirkan spontan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan kuesioner female sexual function index (FSFI) yang didistribusikan di antara 47 responden dalam periode September-Desember 2012. Tiap hasil individu digunakan untuk menilai fungsi seksual secara umum dan disfungsi seksual per domain. Karakteristik responden kemudian dianalisis bivariat dengan disfungsi seksual.
Hasil : Dalam enam bulan setelah persalinan spontan, 44 responden (93,6%) telah memulai kembali aktivitas seksual. Dari 47 responden, 27 (57,5%) menderita disfungsi seksual. Nilai p untuk analisis bivariat antara kelompok usia, tingkat pendidikan, paritas, derajat robekan perineum, status menyusui dan disfungsi seksual secara berturut-turut, yaitu: 0,064; 0,437; 0,836; 0,761; 0,723.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan bermakna antara berbagai variabel yang dianalisis dengan disfungsi seksual, baik secara umum maupun per domain, dalam periode enam bulan pascapersalinan spontan.

Background : Sexual dysfunction is experienced by 22-86% women after giving birth. The reasons to delay resuming sexual intercourse is due to anxiety about perineal pain, bleeding, and fatigue. Sexual dysfunction is usually unnoticed either by patients or clinicians. This study was conducted to assess sexual function in women during six months period after spontaneous delivery.
Methods : This was a cross-sectional study using female sexual function index (FSFI) questionnaires which were distributed among 47 subjects during period of September-December 2012. Each individual results was assessed for general sexual function and per domain sexual dysfunction. Subjects characteristics were analyzed bivariately with sexual dysfunction prevalence.
Results : During six months after spontaneous delivery, 44 subjects (93.6%) had resumed sexual activity. Out of 47 subjects, 27 (57.5%) suffered from sexual dysfunction. P value for bivariate analysis between patients? age group, education level, parity, perineal rupture, breastfeeding and sexual dysfunction status were respectively 0.064; 0.437; 0.836; 0.761; 0.723.
Conclusion : There was no significant difference between various variables analyzed and sexual dysfunction, either general or per domain, in six months period after spontaneous delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny
"Latar Belakang: Angka kematian ibu dan neonatus di Indonesia masih tinggi dan masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu faktor penyebabnya adalah banyaknya penolong persalinan yang tidak mampu melakukan asuhan persalinan sesuai standar walaupun telah dilakukan pelatihan klinik Asuhan Persalinan Normal. Beberapa penelitian menunjukkan terdapatnya penurunan pengetahuan setelah kurun waktu tertentu dari pelatihan.
Tujuan: Untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan dan implementasi pada bidan praktek dalam enam bulan setelah mendapat pelatihan klinik APN.
Metode: Desain yang digunakan adalah kohort prospektif yang dilakukan selama enam bulan sejak dilakukannya pelatihan klinik APN yaitu dari bulan Agustus-November 2013 sampai bulan Februari-Mei 2014 di P2KS Jakarta dan di masing-masing tempat bidan praktek. Data diolah dengan SPSS versi 20.
Hasil: Dari 44 subyek; 99,7% berpendidikan Diploma 3 dan 88,9% berusia 21-30 tahun. Skor median pengetahuan APN sebelum, segera setelah dan enam bulan setelah pelatihan adalah 69,4; 93,9 dan 77,6 (sebelum vs enam bulan setelah pelatihan p<0,001 dan segera setelah vs enam bulan setelah pelatihan p<0,001). Jumlah subyek yang kompeten sebelum, segera setelah dan enam bulan setelah pelatihan pada keterampilan persalinan normal adalah 27,3%; 77,3% dan 68,2% ( sebelum vs enam bulan setelah pelatihan p<0,001 dan segera setelah vs enam bulan setelah pelatihan p=0,289); pada keterampilan resusitasi bayi baru lahir adalah 9,1%; 84,1% dan 61,4% (sebelum vs enam bulan setelah pelatihan p<0,001 dan segera setelah vs enam bulan setelah pelatihan p=0,002) dan pada keterampilan pemeriksaan bayi baru lahir adalah 27,3%; 77,3% dan 70,5% (sebelum vs enam bulan setelah pelatihan p<0,001 dan segera setelah vs enam bulan setelah pelatihan p=0,375). Ketersediaan alat dan bahan sebelum pelatihan 95,64% dan enam bulan setelah pelatihan 98,66% (p <0,001).
Kesimpulan: Didapatkan peningkatan bermakna pengetahuan dan keterampilan enam bulan setelah dengan sebelum pelatihan namun pengetahuan enam bulan setelah menurun bermakna dengan segera setelah pelatihan. Sedangkan untuk keterampilan enam bulan setelah dengan segera setelah pelatihan didapatkan hasil yang berbeda-beda yaitu untuk keterampilan persalinan normal dan pemeriksaan bayi baru lahir tidak didapatkan perbedaan namun untuk keterampilan resusitasi bayi baru lahir didapatkan penurunan bermakna. Ketersediaan alat dan bahan persalinan enam bulan setelah pelatihan meningkat bermakna dibandingkan sebelum pelatihan.

Background: The maternal and neonatal mortality rate in Indonesia is stil high and far from the target of Millenium Development Goals (MDGs) in 2015. One of the contributing factors is the substandard delivery care from birth attendants even though they have been trained for Normal Delivery Care. Several studies have shown decrease of knowledge some time after the training.
Aim: To assess knowledge, skill, and implementation on practicing midwives six months after Normal Delivery Care training.
Methods: This is a prospective cohort study conducted for six months since Normal Delivery Care training; from August-November 2013 until February-May 2014 in P2KS Jakarta and the respective midwife’s field of service. Data was processed and analyzed with SPSS 20.
Results: We obtained 44 subjects; 99.7% were from Diploma 3 education level and 88.9% were aged 21-30 years. The median knowledge score of Normal Delivery Care before, immediately after, and six months after training are 69.4; 93.9 and 77.6 (before vs immediately after p<0.001 and immediately after vs six months after p<0.001). The number of ompeten subject before, immediately after, and six months after training on normal delivery skill are 27.3%; 77.3% and 68.20% (before vs immediately after p<0.001 and immediately after vs six months after p=0.289); on neonatal resuscitation skill are 9.1%; 84.1% and 61.4% (before vs immediately after p<0.001 and immediately after vs six months after p=0.002) and on neonatal examination skill are 27.3%; 77.3% and 70.5% (before vs immediately after p<0.001 and immediately after vs six months after p=0.375). Materials and equipments available before training are 95.64% and 98.66% six months after training (p<0.001).
Conclusion: There was a significant increase on knowledge and skills six months after training compared to before training, however there was a significant decrease on knowledge six months after training compared to immediately after training. There were varying results on Normal Delivery Care skills six months after training compared to immediately after training; there was no significant difference on normal delivery and neonatal examination skills, but there was a significant decrease on neonatal resuscitation skill. Availability of materials and equipments six months after training increased significantly compared to before training.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Fauzan
"Latar Belakang
Jumlah penderita HIV pada pengguna narkoba suntikan saat ini semakin meningkat. Demikian juga dengan infeksi yang menyertainya (misalnya hepatitis C dan tuberkulosis paru). Sejak tahun 1996 ARV dinyatakan bermanfaat sebagai salah satu terapi yang efektif pada penderita HIV, karena dapat menurunkan mobiditas dart mortalitas, sehingga perhatian terhadap pengobatan ARV pads penderita HIV semakin ditingkatkan. Sampai saat ini belum ada dilaporkan penelitian mengenai respon pengobatan ARV pada penderita HIV di Indonesia.
Tujuan
Mengetahui respon pengobatan ARV selama enam bulan pada penderita HIV dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Metodologi
Studi cross sectional retrospektif dengan besar sampel 139 orang penderita HIV yang memenuhi kriteria inklusi yang datang berobat RSCM dan RS Kanker Dharmais Jakarta antara bulan Januari 2004 sampai Maret 2005. SampeI dikumpulkan dari data rekam medik.
Hasil
Pada penelitian ini didapatkan hasil gambaran demografi jenis kelamin laki-laki 95% dan wanita hanya 5%. Kelompok umur terbanyak usia kurang dari 30 tahun sebanyak 81,3%. Infeksi yang menyertainya didapatkan infeksi hepatitis C sebanyak 64,0% dan tuberkulosis paru 44,6%. Respon pengobatan positif 91,4%, respon pengobatan komplit 70,5%, respon Minis 1,4%, respon imunologis 20,1%, dan tidak respon pengobatan 8,6%. Efek samping pengobatan ARV didapatkan sebanyak 93,5% dan status hidup sesudah pengobatan ARV 6 bulan sebanyak 97,1%, sedangkan mortalitas hanya 2,9%. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat didapatkan faktorfaktor yang mempengaruhi respon pengobatan ARV pada penderita HIV secara dominan adalali hitung limfosit CD4 > 50/rnm3 dengan OR sebesar 0,13 (p),003 dengan IK 95% 0,03-0,60).
Simpulan
Respon pengobatan ARV pada penelitian ini tinggi (91,4%). Hanya faktor hitung limfosit CD4 >50/mm secara dominan berpengaruh dan secara statistik terdapat hubungan bermakna dengan respon pengobatan ARV.

Background
Recently, the number of HIV patients and IVDU are increasing. As well as other confounding infections (eg.hepatitis C and pulmonary tuberculosis). Since 1996, ARV has been declared as one of the most effective treatment in HIV patients, reduce morbidity and mortality_ Therefore treatment using antretroviral has caught much attention to developed. Until now there has not been reports any study about the response to ARV treatment in HIV patients in Indonesia
Objective
To investigate proportion of response to antiretroviral treatment for six month in HIV patients and risk factors that influence.
Methodology
Study design was cross sectional retrospective study on 139 HIV patients who fullfiled inclusion criteria were conducted in RSCM and RSK Dharmais Jakarta from January 2004 to March 2005. We collected data from medical records of patients.
Result
From this study we found the demographic characteristic male (95%) more prevalent than female (5,0%). Majority age group less than 30 years old (81,3%). Confounding infection were hepatitis C (64%) and pulmonary tuberculosis (44.6%). The positive response to treatment (91.4%), complete response (70.5%), clinical response (1.4%), immunological response (20,1%), and no-response to treatment (8.6%). Adverse reaction led by ARV are found 93.5%. The mortality after 6 months ARV treatment only 2.9% cases end up with death. After bivariat analysis, we found the predominant influencing factors response to ARV treatment in HIV patients, which is the lymphocyte count CD4 > 50/mm with OR= 0.13 (p=0.003, CI 95% 0.03-0.60).
Conclusion
The response to ARV treatment in this study is high 91,4%. The lymphocyte count CD4 501mm3 is only the dominant influencing factors and showed statistically significant relation with response to ARV treatment in HIV patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>