Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Badan Narkotika Nasional R.I. , 2006
361.1 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Muji Novrita Surahmi
"Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani merupakan pilot project kehadiran negara dalam penanganan anak dan perempuan terpapar terorisme. Penelitian ini meneliti tentang implementasi program deradikalisasi dengan studi kelembagaan pada pada Balai Handayani. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan subjek penelitian adalah warga binaan sosial ibu dan anak yang terpapar terorisme di Balai Handayani. Awalnya balai ini merupakan Panti Sosial dan bertransformasi menjadi Balai pada awal tahun 2018. Penelitian ini menemukan adanya celah dari tahapan awal deradikalisasi yaitu dari tahap identifikasi menuju tahapan resosialisasi. Teori Implementasi, Manajemen Organisasi Birokrasi dan Kerjasama digunakan dalam mengidentifikasi celah pada proses deradikalisasi yang berfokus pada kelembagaan BRSAMPK Handayani. Komunikasi, keterbatasan sumber daya baik anggaran dan sumber daya manusia, ketidakjelasan disposisi dan struktur birokrasi yang terfragmentasi menjadi hambatan resosialisasi berjalan secara optimal. Kerjasama yang diamati antara BNPT, Balai Handayani di bawah Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri ditemui pola kerjasama yang terjadi hanya setingkat koordinasi dan belum meningkat dalam tahap kolaborasi sehingga menjadi hambatan. Belum optimalnya resosialisasi ini memiliki dampak residivisme bagi mantan warga binaan sosial di BRSAMPK Handayani. 

The Handayani Social Rehabilitation Center for Children with Special Protection Needs (BRSAMPK Handayani) is a pilot project for the states participation in handling radicalized women and children. This thesis research is about the implementation of deradicalization program by institutional studies on Handayani Social Rehab Center. This Research utilizes qualitative method and the subject of the research are the fostered women and children that has been exposed to terrorism that are under Handayanis care. In the beginning, this social rehab center was a Social Home and transformed into a Rehab Center in the beginning of 2018. This research found that there is a gap between the beginning of deradicalization program which is from the identification phase toward resocialization phase. Implementation Theory, bureaucracy Management and Cooperation Theory are used in order to identify the gap in deradicalization process that focus in the institution of BRSAMPK Handayani. Communication, lack of resoursces, the unclear disposition and fragmented bureaucracy structure become a hurdle for the resocialization to optimally implemented. The Cooperation that happened between BNPT, Handayani/The Ministry of Social, The Ministry of Home Affairs only happens in coordination level and hasnt progressed into collaboration and thus it becomes a hurdle. The inoptimal resocialization has recidivism effect for former fostered person in BRSAMPK Handayani."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Terorisme, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Sumarno
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penanganan Rehabilitasi Sibolangit Centre dalam mencegah dan menangani korban penyalahgunaan napza. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa lembaga ini telah banyak membantu dalam proses penyembuhan korban penyalahgunaan napza, terlihat dari kondisi fisik klien menjadi sehat dan berat badan meningkat. Perubahan sosial sejak menerima pelayanan di dalam panti terlihat dari pemilikan banyak teman, mau berbagi informasi dan mengikuti kegiatan kelompok, perubahan yang terjadi pada mental spiritual, klien menaati aturan di lembaga, dapat memanfaatkan waktu luang, saling memotivasi diantara teman dan mempunyai semangat hidup lebih baik. Sibolangit centre telah merawat banyak korban penyalahgunaan napza dari berbagai tingkatan umur, mulai dari usia termuda 14 tahun dan tertua 37 tahun. Pada tahun 2013 merehabilitasi 68 klien, tahun 2014 merehabilitasi 65 klien dan pada tahun 2015 sebanyak 60 klien. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, seperti petugas administrasi, pekerja sosial, konselor, dokter, teman penerima program, bahkan keluarga dan masyarakat ikut ambil bagian di dalam melakukan perubahan klien. Direkomendasikan, Kementerian Sosial perlu lebih menginformasikan kepada masyarakat bahwa lembaga Sibolangit Centre sebagai tempat untuk membantu pemulihan korban penyahgunaan napza, sehingga diharapkan dapat memberi informasi kepada individu, keluarga ataupun masyarakat untuk datang kelembaga dalam rangka penyembuhan apabila dibutuhkan."
Yogyakarta: B2P3KS, 2016
300 JPKS
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suminto
"Penelitian ini menyoroti tentang pelaksanaan peranan para pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial penyandang cacat tubuh di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta. Permasalahannya adalah bahwa di dalam proses rehabilitasi sosial, para pekerja sosial memiliki posisi yang sangat strategis bagi terbentuknya penyandang cacat tubuh yang mandiri. Posisi strategis dimaksud adalah bahwa para pekerja sosial berwenang penuh untuk melakukan intervensi terhadap klien melalui berbagai peranan yang dimiliki. Peranan pekerja sosial itu sendiri dalam penerapannya mencakup berbagai aspek kehidupan yang sangat luas, yaitu meliputi: individu, keluarga, kelompok dan organisasi sosial masyarakat.
Konsep/istilah "peranan pekerja sosial" yang dipakai dalam penelitian ini, secara operasional pengertiannya mengacu pada ketentuan buku panduan pekerja sosial terbitan Departemen Sosial yang sampai sekarang masih dijadikan pegangan seluruh Pekerja Sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dukumentasi, wawancara dan observasi. Untuk setting penelitian ini dipilih sebanyak 41 orang sebagai informan yang terbagi dalam dua kategori, yaitu (1) 25 orang sebagai informan utama yang diambilkan dari para pekerja sosial di unit 1 seksi 1 instalasi yang secara teknis terlibat langsung di dalam proses rehabilitasi sosial, dan (2) 16 orang sebagai informan tambahan, yang terdiri dari 6 orang pejabat struktural (Kepala Seksi) yang terkait langsung dengan proses rehabilitasi sosial, serta ditambah 10 orang lagi informan dari klien yang sedang mengikuti rehabilitasi sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pekerja sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" telah berusaha melaksanakan peranannya menurut ketentuan buku panduan, namun tidak semua peranan tersebut dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan ada beberapa peranan di tingkat mikro (seperti: pencari informasi, evaluator, pembentuk opini, elaborator, pencatat teknisi prosedural, pengikut dan pengatur kompromi) dan di tingkat makro (peranan sebagai penggerak) tidak dapat/kurang relevan pelaksanaannya dalam kehidupan panti (seperti PRSBD). Peranan-peranan tersebut lebih relevan pelaksanaannya di luar panti. Misalnya, seperti yang dilaksanakan para pekerja sosial di kecamatan yang mendampingi kelompok masyarakat miskin dalam program Inpres Desa Tertinggal (IDT), atau Kelompok Usaha Bersama (KUBE) beberapa periode lalu.
Di dalam penelitian ini juga terungkap bahwa profesionalisme pekerja sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" masih menjadi persoalan, karena sebagian besar dari mereka berlatar belakang pendidikan SLTP/SLTA/Sarjana Mudal Sarjana Non Profesi Pekerjaan Sosial (lihat Tabel 5). Di samping masalah ketidakprofesionalan, para pekerja sosial dalam melaksanakan peranannya juga dihadapkan berbagai kendala, seperti : faktor klien (tingkat kemampuar yang berbeda, sensitif, tidak disiplin, dll.), faktor birokrasi (kurang koordinasi), maupun sarana dan prasarana yang sudah tidak dapat mendukung kegiatan operasional dan belum mendapatkan ganti atau ditambah jumlahnya.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka yang dapat disarankan adalah agar pihak-pihak yang berkompeten melakukan upaya peningkatan profesionalisme para pekerja sosial, meminimalisir prosedur birokrasi yang cenderung berbelit-belit, serta diberikannya aksesibilitas seluas-luasnya bagi para eks klien (penyandang cacat tubuh) sehingga mereka menjadi mandiri dan dapat menjalankan aktivitas kehidupan dan penghidupannya secara layak sesuai amanat Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1997, pasal 1."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saefullah
"Fenomena jaringan sosial sebagai alat pencapaian tujuan pemenuhan atau peningkatan kebutuhan hidup petugas pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Bekasi diteliti untuk mendapatkan fakta dan makna jaringan. Hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemecahan masalah praktis terutama bagi petugas pemasyarakatan Lapas Bekasi.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan sasaran penelitian petugas pemasyarakatan sebagai subyek dan informasi jaringan sebagai obyeknya. Informasi digali melalui 5 orang petugas pemasyarakatan yang dipilih secara purposif berdasarkan pengalaman dan masa kerja kurang lebih 5, 10, dan 15 tahun. Sedangkan informasi pendukung digali melalui petugas pemasyarakatan lainnya dan warga binaan pemasyarakatan yang dipilih berdasarkan teknik snow-ball.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan terkait informasi tentang jaringan yang berupa ungkapan-ungkapan, dokumen, dan perilaku petugas pemasyarakatan. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi yang menggambarkan fakta jaringan beserta analisisnya.
Secara faktual jaringan sosial dalam penelitian ini merupakan alat yang biasa digunakan untuk mendapatkan sumber alternatif pendapatan bagi petugas pemasyarakatan. Petugas pemasyarakatan secara egosentrik terlibat hubungan intensif dengan dua atau lebih warga binaan untuk mencapai sumber daya yang dibutuhkan atau diinginkan. Jaringan sosial tidak hanya digunakan untuk mengatasi krisis ekonorni (keluarga) sebagaimana beberapa hasil dan analisis penelitian tetapi juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kondisi kesejahteraan mereka.
Tindakan petugas pemasyarakatan menggunakan jaringan sebagai alat mengikuti pola-po]a tindakan rasional instrumental (Weber). Suatu tindakan rasional yang berdasarkan pertimbangan untung dan rugi (Homans, Foa & Foa, 1973). Petugas pemasyarakatan mempertukarkan jasa atau tenaganya dengan sejumlah uang dengan warga binaan. Secara berulang, pertukaran ini telah menguntungkan pelaku jaringan, terutama petugas pemasyarakatan_ Kebiasaan penggunaan jaringan bagi petugas pemasyarakatan adalah pengulangan konsekwensi dari keuntungan yang dicapai (Ritter). Kebiasaan penggunaan jaringan ini juga sesuai dengan tindakan tradisional (Weber) tetapi rasional yang spekulatif. Terbukti bahwa meskipun jaringan penting terutama untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek, dalam jangka panjang jaringan justru telah memelihara ketergantungan petugas pemasyarakatan terhadap jaringan. Adanya peluang sumber daya dalam jaringan menyebabkan tindakan-tindakan spekulatif hingga mempengaruhi kondisi kesejahteraannya.

Phenomena of social network as the means in achieving the objective of fulfilling the life necessity of Penitentiary Employee of Bekasi Penitentiary is studied with intention of obtaining some facts and meaning of the network. The results obtained from the survey and written down in this thesis is expected to contribute the knowledge and practical problem solving methods, especially for the employees of Bekasi Penitentiary.
This research is based on the qualitative approach. The targets of this research are the employees as the subject and the network information as the object. Information collected from five (5) penitentiary's employees selected purposively based on their experience and tenure of more or less 5, 10, and 15 years. The supporting information is collected from the other penitentiary's employees and members of penitentiary who are selected on the snow-ball technique.
Data collection is performed through interview and observation on the information relating to the network in the form of statements, documents, and attitudes showed by the employees of penitentiary. Information on these results of research is presented in the form of narration in order to describe the facts relating to the network and its analysis.
Factually, the social network in this research is a means which is usually used in obtaining the source of alternative income for the penitentiary' employees. Egocentrically, the penitentiary' employees in involved in the intensive relationship with two or more educated member in order to obtain the expected human resources. The social network is applied not only in dealing with the economic crises, as it can be found at some other research results and analysis, but also in improving the welfare of the employees.
Application of network by the penitentiary's employees constitutes a way which follows the pattern of rational instrumental action (Weber). This is a rational action which is based on the profit-loss consideration (Homans, Foa & Foa, 1973). The penitentiary's employees exchange their service and effort with an amount of money. Repeatedly, this exchange has benefited the network personnel, especially the penitentiary's employees. The application of network by the penitentiary's employees is the repetition of consequence of the achieved benefit (Ritter). The application of network is also in accordance with the traditional action (Weber), however, this is speculatively rational. Despite the network is important, particularly in fulfilling the short-term necessity, it is also very beneficial for long-term, since it can control the dependence in the network has resulted in some speculative actions. Therefore, this will much affect their welfare.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvina Dewanti
"Skripsi ini membahas tentang peran Petugas Kemasyarakatan dalam melaksanakan Pembebasan Bersyarat terhadap Klien Pemasyarakatan. Penelitian dilakukan dengan melihat bagaimana peran Balai Pemasyarakatan dalam proses pelaksanaan pembimbingan untuk mencegah pengulangan kejahatan atau disebut reoffending. Penelitian berfokus untuk mencegah Klien Pemasyarakatan melakukan reoffending pada kasus narkotika dan kasus penggelapan uang dengan faktor ekonomi dengan menggunakan social control theory yang terdiri dari social bond dan containment, dan social reintegration serta desistance lalu dengan menggunakan model risk, need dan responsivity sebagai upaya untuk mengarahkan Petugas Kemasyarakatan dengan memperkuat pembimbingan dan memberikan kebutuhan yang Klien perlukan untuk mencegah melakukan reoffending. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam semi terstruktur dengan Petugas Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Klas II A Bogor dan Klien Pemasyarakatan. Hasil yang ditemukan bahwa proses pembimbingan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah reoffending belum terpenuhi dengan maksimal. Hal ini disebabkan belum adanya standarisasi pembimbingan yang berfokus pada pencegahan reoffending, sehingga menimbulkan Klien yang berpotensi berisiko tinggi tidak ditangani secara maksimal.

This thesis elaborates the role of Probation Officer in putting probation on probationer. Research was conducted with the perspective of Correctional Centre?s role in checking on probationers in a probationary period in order to prevent them from committing a crime again or with a renowned term called ?reoffending?. The research mainly focuses on preventing probationers from reoffending in narcotics cases and embezzlement cases with economic factors using terms of risk, need, and responsiveness in an attempt to give guidance for probation officer with strengthening the process while in a probationary period and giving probationers what they need as to prevent them from reoffending. Research method is qualitative which is applied in the profoundly semi-structured interview with the probation officer of Correctional Centre in Bogor and the probationer. The result of research is elaborated that the process while in a probationary period in order to prevent probationer from reoffending has not been fully maximized. It is all caused by the absence of competent probationary process that focuses on reoffending prevention, so it will lead to a very high risk when the probationer is not fully assisted.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palijama, Fientje
"Sebagai warga Negara Indonesia, maka kedudukan, hak dan kewajiban anak cacat adalah sama dengan warga negara lainnya (normal). Oleh karena itu peningkatan peran para penyandang cacat dalam pembangunan nasional sangat penting untuk mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
Masalah anak cacat tidak dapat dipisahkan dari hakekat pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Upaya penanganan masalah anak cacat perlu mendapat perhatian yang intensif baik oleh pemerintah, masyarakat, lembaga sosial. Di Kota Ambon banyak anak yang mengalami masalah sosial (khususnya anak cacat) sementara hanya terdapat satu panti sosial. Peran dan tanggung jawab Panti Sosial Bina Asih Leleani menjadi penting dalam upaya merehabilitasi kondisi fisik dan mental dari penyandang cacat.
Dalam kaitan itulah, peran dan tanggung jawab Panti Sosial Bina Asih menjadi penting untuk menyelenggarakan proses pembinaan dan pengasuhan anak yang dimasukan dalam proses rehabilitasi. Dalam proses rehabilitasi dibutuhkan adanya prinsip-prinsip pengasuhan yang dikemukakan oleh Hurlock yaitu (1).keakraban, (2).kepedulian, (3). kemandirian, (4). kedisiplinan dan (5).kestabilan emosi.
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah (1). Bagaimanakah prinsip pengasuhan dalam proses rehabilitasi anak cacat, (2). Apa hambatan dalam melaksanakan proses rehabilitasi anak cacat pada Panti Sosial Bina Asih Leleani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pengasuhan dalam proses rehabilitasi anak cacat, dan mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan rehabilitasi. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Lokasi tempat penelitian berada di Ambon yakni Panti Sosial Bina Asih Leleani. Alasan Panti Sosial tersebutl adalah karena di Ambon hanya ada satu panti dan panti ini menjalankan praktek pekerja sosial anak cacat. Jumlah informan yang di PSBAL adalah 4 orang dan orang tua dari anak asuh 4 orang.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian prinsip pengasuhan anak cacat dalam prakteknya di Panti Sosial Bina Asih Leleani Ambon, dapat dilaksanakan :
1. Terciptanya suasana yang akrab dan atau harmonis antara para pengasuh dan anak anak cacat.
2. Prinsip kepedulian baik di dalam panti maupun di luar panti (rumah orang tua) pada hakekatnya turut memberikan kontribusi yang positif untuk upaya kemandirian bagi anak-anak cacat.
3. Upaya mencapai kemandirian ini dapat dilihat melalui sikap dan kemauan anak untuk berusaha serta peningkatan keterampilan kerja menurut bakat yang disandang anak-anak cacat.
4. Demikian pula tercapainya kemandirian anak-anak tersebut, disebabkan karena adanya disiplin yang mengalami peningkatan melalui unsur kepatuhan terhadap aturan-aturan termasuk norma dan sanksi yang diberikan bagi anak-anak cacat dalam menjalankan setiap bentuk kegiatan pembinaan dan pengasuhan di dalam panti sosial bina asih leleani.
5. Akan tetapi pada prinsip kestabilan emosional terkesan bahwa para pengasuh masih memiliki sikap yang sering marah dalam menghadapi anak-anak pada saat pelaksanaan kegiatan pembinaan di dalam panti. Kesan yang bermunculan inilah jika tidak ditanggulangi akan berpengaruh terhadap upaya merehabilitasikan kondisi fisik dan mental dan anak-anak cacat di lingkungan Panti Sosial Bina Asih Leleani.
Faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi di Panti Sosial Bina Asih Leleani, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Disamping ada hambatan dari dalam seperti lemahnya sumber daya manusia
2. Hambatan dari luar seperti kurangnya dukungan dari sistim-sistim sumber terkait dalam mendukung kegiatan pengasuhan di Panti Sosial Bina Asih Leleani."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didim Abdul Adzim
"Tesis ini membahas hubungan antara peran pekerja sosial dengan minat klien dalam mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel yang dibuat dalam jenis distribusi frekuensi/tabel. Sedangkan analisis bivariat menggunakan analisis korelasi Kendal Tau (τ). Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan positif dan signifikan antara peran pekerja sosial dengan minat klien dalam mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial dari penilaian masing-masing ke-59 responden dengan tingkat kekeliruan 1%.

This thesis explores the relationship between the role of the social worker with client interest in participating in social services and rehabilitation programs at Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, Pasar Rebo, East Jakarta. This study is a quantitative descriptive design. Mechanical analysis of research data using univariate and bivariate analysis. Univariate analysis is an analysis of the variables that are made in the frequency distribution types/tables. While the bivariate analysis using correlation analysis Kendal Tau (τ). The results were obtained no positive and significant relationship between the role of a social worker with an interest in participating in client service programs and social rehabilitation of the assessment of each 59th respondent with 1% error rate."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T38636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>