Ditemukan 3099 dokumen yang sesuai dengan query
Faruk H. T.
Magelang: Indonesia Tera, 2000
305.4 FAR w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Endah Sricahyani Sucipto
"
ABSTRAKPengarusutamaan Gender (gender mainstreaming) merupakan upaya pemerintah untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (marginalisiasi, stereotype, subordinasi, kekerasan dan beban ganda). Pengarusutamaan gender ini seharusnya menjadi isu yang terintegrasi setiap tahapan di dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. Thesis ini menelaah penerapan nilai-nilai kesetaraan (gender) di dalam proses politik anggaran baik pada tingkat perencanaan maupun pada tingkat anggaran. Sekaligus menelaah pada program pemberdayaan perempuan yang ditandai dengan adanya implementasi kegiatan yang responsif gender beserta besaran alokasi anggarannya. Menganalisa proses yang terjadi di dalam politik anggaran dalam mempengaruhi kebijakan yang berdampak terhadap penempatan posisi perempuan dalam pembangunan. Kajian ini dilakukan melalui studi kebijakan dengan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang digunakan di dalam proses perencanaan dan penganggaran serta melalukan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan yang terlibat di dalam proses tersebut. Kajian dilakukan dengan mengambil Kota Kediri sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengarusutamaan gender di kalangan pemangku kepentingan masih dipahami sebagai isu parsial dan secara operasional diterjemahkan dalam kegiatan yang mendomestifikasi perempuan yang pada akhirnya menempatkan perempuan sebagai objek pembangunan
ABSTRACTGender Mainstreaming is goverment attempt effort to eliminate obstacles that prevent to achieve gender equality (marginalization , stereotypes , subordination , violence and multiple load ). Gender mainstreaming should be integrated on every stage development planning and budgeting. This study shows implementation of equality ( gender ) in the political process both at the level of the planning and budgeting and its impact on women's empowerment. These are performed by magnitude the programs and activities as well as of gender-responsive budget allocations. The study was conducted through policy studies by analyzing the documents used in the process of planning and budgeting, the data and deep interviews with stakeholders in the process. The data of this study is collected from official reports within Kediri Municipality (annual reports, meeting reports and others document). Specifically from Kediri Municipality and interview bisides that qualitative data is collected goverment staff, parliament members, CSO/MBO Activist and also women‟s as beneficiariest. This study faund that gender mainstreaming is still understood as a partial issue and interpreted related women domestification. That ultimately puts women as objects of development"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Jakarta: ILO, 2006
305.3 REP
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"Based on the findings of the 2006 ?Meaning of Work? survey, this article examines the relative ?life domain centrality? of work, family, leisure, community and religion across a representative sample of the Israeli labour force comprising 463 men and 446 women. While confirming that family centrality remained stronger among women than men, male and female respondents ranked work equally high, marking a departure from women's traditionally weaker preference for this life domain. Regression analysis identifies socio-economic factors that partially explain the attitudinal differences between men and women. Overall, the results suggest a growing risk of work?family conflict among Israeli women."
ILR 154:4 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"In Indonesia women remain at the bottom of the social stratification. Corruption in the country only worsens their position. In order to abolish corruption, investigating and covering it should be a continuous social movement. In this process women are important actors because they are the major victims of political oligarchy and also because women generally have higher ethical standard than men. Corruption is not a victimless crime, because many suffer the consequences of it. Among those victims are women who are socially marginalized. As a result the anti-corruption agenda is in line with the women's empowerment agenda and thus women should be considered important in fighting corruption. The anti-corruption movement should become part of the democratic movement, as well as helping in the right for women's rights. Therefore the improvement of the measurement instruments and anti-corruption strategies should include gender indicators. At the same time, the women's movement must also support the anti-corruption movement, especially to resist the oligarchy that not only raises public resources through corruption, but also marginalizes women in various fields."
360 IFJ 1 : 1 (2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Halimatussadiyah
"Sejak tahun 1950-an, situasi permasalahan mengenai gender di Prancis mengalami transformasi yang sejalan dengan munculnya gerakan sinema Nouvelle Vague. Selain membawa pengaruh radikal terhadap industri sinema, Nouvelle Vaguejuga memproduksi film-film yang sarat akan isu-isu sosial, termasuk situasi perempuan yang dianggap sebagai objek, salah satunya dalam film Les Bonnes Femmes (1960) karya Claude Chabrol. Film ini mengisahkan pengalaman perempuan melalui perspektif empat tokoh perempuan yang intrik dengan perilaku dan persoalan hidup masing-masing dengan tujuan yang sama, yaitu memiliki sosok laki-laki dan mengharapkan cinta sejati. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan konstruksi perempuan dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui konsep kajian sinema oleh Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie (2018) yang didukung dengan teori identitas oleh Kathryn Woodward (2005) dan gagasan feminisme eksistensial oleh Simone de Beauvoir (1949). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film tersebut mengonstruksi eksistensi perempuan sebagai sosok yang membutuhkan pengakuan melalui cinta dan narsisme.
Since the 1950s, the situation of gender issues in France has been transformed in line with the emergence of the Nouvelle Vague cinema movement. In addition to bringing radical influence to the cinema industry, Nouvelle Vague also produced films that are full of social issues, including the situation of women who are perceived as objects, one of which is in the film Les Bonnes Femmes (1960) by Claude Chabrol. This film tells the story of women's experiences through the perspectives of four female characters who are intrigued by their respective behavior and life problems with the same purpose of having a male figure and expecting true love. Based on this background, this research aims to show the construction of women in the film. This research uses a qualitative method through the concept of cinema studies by Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie (2018) supported by identity theory by Kathryn Woodward (2005) and the idea of existential feminism by Simone de Beauvoir (1949). The results of this study show that the film constructs the existence of women as a figure who needs recognition through love and narcissism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Milha Nur Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi gender dan berbagai situasi yang dihadapi oleh perempuan dalam lingkungan budaya Papua pada novel Isinga. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif deskriptif dengan data-data yang bersumber dari novel Isinga. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi teori mengenai sastra, relasi gender dan sistem patriarki. Teori tersebut digunakan untuk mengetahui secara mendalam mengenai relasi gender dan sistem patriarki yang terdapat di dalam novel Isinga. Hasil pembahasan mengungkapkan mengenai relasi gender yang setara dan tidak setara yang dilihat melalui relasi antar tokoh di dalam novel Isinga. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan berbagai situasi kehidupan yang sulit, seperti beban pekerjaan, tuntutan perihal anak, kekerasan dalam rumah tangga, keadaan menyerah dan bangkit dari keterpurukan yang dihadapi oleh perempuan di dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany.
This study aims to show gender relations and women's situation in Papua's cultural surroundings through the novel Isinga. This study uses a descriptive qualitative method, and the data is collected from the Isinga novel. To find out deeper about gender relations and the patriarchal system contained in the novel, a parallel theory related to literature, gender relations, and the patriarchal system is used. These theories will provide a deeper understanding of the novel's theme. Through this analysis, both equal and unequal perspectives of gender relations are revealed from the relation between characters in Isinga. Moreover, this study reveals several difficult situations women faced in Isinga, such as heavy workload, demands regarding children, domestic violence, and various adversity circumstances."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Stefhany Azzahra
"Permasalahan terhadap ketimpangan peran gender yang menaruh perempuan pada posisi sekunder kerap terjadi di Eropa pada akhir abad kesembilan belas hingga awal abad kedua puluh. Banyak perempuan mengalami berbagai bentuk diskriminasi dan marginalisasi, terutama dalam memilih pekerjaan. Hal tersebut digambarkan dalam sebuah film berjudul Paula. Sebagai perempuan muda yang hidup di Jerman pada akhir abad kesembilan belas, tokoh utama bernama Paula Becker harus melalui berbagai konflik untuk mendapatkan posisi di dunia seni yang masih didominasi oleh laki-laki. Dalam mencapai tujuannya, Paula Becker membuat strategi agar karyanya mendapat pengakuan. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori The Second Sex dari Simone de Beauvoir dan teori Semiotika oleh Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bentuk perjuangan pelukis perempuan dalam memperjuangkan aspirasinya. Hasil penelitian menunjukkan bentuk marginalisasi yang dihadapi oleh seniman perempuan serta melihat bentuk strategi yang dilakukan untuk mendapatkan pengakuan di dunia seni Eropa pada akhir abad kesembilan belas. Bentuk marginalisasi yang dihadapi oleh seniman perempuan diperlihatkan saat tokoh Paula tidak memiliki kuasa penuh akan hidupnya sendiri dan eksistensinya sebagai pelukis tidak dianggap oleh orang-orang di lingkungannya. Hal ini mendorong Paula untuk membuat sebuah inovasi berupa lukisan self-portrait nude dengan aliran ekspresionisme sebagai strategi untuk mendapatkan posisi di dunia seni Eropa.
Problems with unequal gender roles that put women in a secondary position were common in Europe in the late nineteenth and early twentieth centuries. Many women experienced discrimination and marginalization, especially in choosing a job. This is depicted in a movie called Paula. As a young woman living in Germany at the end of the nineteenth century, the main character named, Paula Becker, must go through various conflicts to get a position in the art world, which men still dominate. In achieving her goals, Paula Becker makes strategies so that her work will be recognized. This research is analyzed using Simone de Beauvoir's The Second Sex Theory and Roland Barthes' Semiotics theory. The purpose of this research is to see the form of struggle of female painters in fighting for their aspirations. The research results show the forms of marginalization faced by female artists and the strategies to gain recognition in the European art world at the end of the nineteenth century. The marginalization faced by female artists is shown when Paula's character does not have complete control over her own life, and people in her environment do not consider her existence as a painter. This encourages Paula to create an innovation in the form of nude self-portrait paintings with expressionism as a strategy to gain a position in the European art world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ketut Shinta Savita Dewi
"Penerapan sistem kekerabatan patrilineal di Bali berimplikasi pada konstruksi gender di masyarakat yang tidak adil bagi perempuan Bali. Penomorduaan hingga triples roles pada perempuan menjadi fenomena yang nyata di lingkungan masyarakat Bali. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana perempuan dewasa muda Bali menunjukkan konformitas terhadap konstruksi gender pada masyarakat Bali atau keberanian untuk melakukan perubahan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk menggali dinamika kompleks antara perempuan Bali dan konstruksi gender di masyarakat, serta bagaimana penghayatan perempuan Bali dalam melakukan perubahan. Penelitian ini melibatkan 10 partisipan perempuan dewasa muda Bali yang memiliki tingkat modernitas berbeda-beda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh partisipan merasa belum memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan terhadap ketidakadilan konstruksi gender di masyarakat. Meskipun begitu, terdapat optimisme pada perubahan di masa depan oleh generasi muda.
The implementation of the patrilineal kinship system in Bali has implications for gender construction in society that is unfair to Balinese women. The subordination and triple roles of women has become a real phenomenon in Balinese society. This research aims to see the extent to which young adult Balinese women show conformity to gender construction in Balinese society or the courage to make changes. This research was conducted using qualitative method to explore the complex dynamics between Balinese women and gender construction in society, as well as how Balinese women perceive change. This research involved 10 young adult Balinese female participants who had different levels of modernity. The results of this research show that all participants felt they did not have the power to make changes to the injustice of gender construction in society. However, there is optimism about future changes by the younger generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Windy Pujiatmiko
"Penelitian ini membahas tentang ciri-ciri bahasa pria dan wanita yang terdapat pada salah satu topik dalam forum website nationaalgezondheidsforum.nl. Nationaalgezondheidsforum.nl adalah forum online yang membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis tanggapan- tanggapan responden pria dan wanita yang terdapat dalam topik : "IK WIL VIJF KILO KWIJT" dan mengaitkannya dengan ciri-ciri bahasa pria dan wanita berdasarkan teori perbedaan bahasa pria dan wanita dari Dede Brouwer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dan bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan ciri-ciri bahasa pria dan wanita yang ditemukan pada tanggapan-tanggapan di forum tersebut. Setelah dianalisis terungkap bahwa ciri-ciri bahasa laki-laki yang paling sering ditemukan adalah adanya gaya bahasa yang menunjukkan unsur ketegasan dan jalan pikiran pria yang logis, sedangkan ciri-ciri bahasa perempuan yang ditemukan adalah penggunaan unsur emosi atau perasaan pada pernyataannya dan mengaitkan masalah dengan aspek kehidupan sehari-hari.
This research talks about the characteristics of the language of men and women found in the responses of nationaalgezondheidsforum.nl website. The Nationaalgezondheidsforum.nl is an online forum that discusses about health. In this research, the writer tries to analyze the responses of "IK WIL VIJF KILO KWIJT" and connect them with the features of the language of men and women based on the theory of differences between the language of men and women from Dede Brouwer. This research uses the qualitative and the quantitative method, which is aimed to explain the features of the language of men and women through their responses. The responses are then analysed based on the theory of Dede Brouwer. Concluding the research, men tend to be more assertive and think logically, while women tend to express their emotion through their responses and linking problems with daily life aspects. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library