Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Rahman Kaeh
Kuala Lumpur : Utusan Publications and Distributors, 1977
899.231 ABD m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan, Malaysia, 1976
899.231 HIK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Chulan
Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991
899.309 RAJ m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Brewer, Anthony
Jakarta: Teplok Press, 1999
320 BRE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, William Montgomery
Yogyakarta: Tiara Wacan Yogya, 1990
297.09 WAT k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kotan Y. Stefanus
Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1998
342.01 KOT k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliana
"Perancangan ruang publik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban akan ruang untuk beraktivitas dan bersosialisasi. Dalam perkembangannya, pembangunan ruang publik ini seringkali terpisah dari pemahaman lingkungan sekitarnya sehingga tidak terdapat kaitan antara ruang publik dan masyarakat di sekitarnya. Ruang publik yang tidak dimanfaatkan dengan benar akan kehilangan makna bagi masyarakat sekitarnya.
Pemahaman mengenai lingkungan sekitar ruang publik diperlukan agar dapat menciptakan ruang yang digunakan dan berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Skripsi ini membahas sejauh mana keberagaman dalam lingkungan sekitar ruang terbuka publik dapat mempengaruhi keberhasilan ruang publik. Khususnya yang dibahas adalah sejauh mana keberadaan mixed-use sebagai salah satu bagian dari keberagaman (diversity) mendukung keberhasilan taman sebagai salah satu ruang terbuka publik.
Dari analisis dua taman dengan lingkungan sekitar yang berbeda diketahui bahwa adanya guna yang dominan dalam suatu area memberi pengaruh terhadap ruang publik. Keberagaman guna lahan sekitar mendorong penggunaan akses di sekitar ruang publik. Pengguna yang beragam dari lingkungan sekitar mendorong penggunaan ruang publik untuk beraktivitas. Guna lahan yang dominan memberi pengawasan lebih terhadap keamanan dalam ruang publik dan area sekitarnya.
Pemahaman tentang kaitan antara keberagaman guna dengan keberhasilan ruang publik menjadi penting untuk dikaji agar diperoleh rancangan yang sesuai dengan keinginan masyarakat sekitar sebagai pengguna dan kebutuhan suatu area akan ruang publik.

Public space designed to meet urban citizen?s need of space used for activities and socialize. In the progress, designs of public space often separate from the understanding of the surroundings so that there is no connection between public space and the society around.
Understanding the environment around public space is necessary to design a space that can be use and functions as it should. This thesis is about how far diversity in an environment around open public space could influence the success of the public space. Especially the presence of mixed-use as one of the forms of diversity supports the success of a park as an open public space.
From the analysis of two parks with different surroundings, we can identify that dominant use in an area influence public space. Mixed-use of the surroundings encourage use of access around public space. Dominant use provides a more lookout to the public space and its surroundings.
Understanding the connection of diversity and the success of public space has become important to study so that we can acknowledge design suitable with citizens desire as users and an area needs of public space."
2008
S48435
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Andri Febru
"Mengubah fungsi sebuah bangunan menjadi fungsi yang berbeda dari sebelumnya merupakan permasalahan yang tidak mudah diatasi. Terlebih lagi apabila bangunan tersebut adalah bangunan cagar budaya dan fungsi yang selanjutnya adalah museum. Permasalahan yang saat ini muncul temyata keberadaan museum ini pun akhirnya malah memberi kesan bahwa museum itu adalah bangunan yang angker, sepi, tidak menghibur dan kumuh. Kenyataan menunjukan bahwa dengan ditetapkannya fungsi ini pada bangunan-bangunan tua di kota Jakarta khususnya di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum berhasil. Sesuai dengan pendapat Morris yang mengacu pada pendapat Ruskin, penggantian (replacement) dari bagian-bagian yang hilang dari sebuah bangunan haruslah terintergerasi secara harmonis dengan keseluruhan, tetapi di waktu yang sama harus dapat menjadi pembeda dari keasliannya sehingga restorasi tidak akan mempersalahkan bukti-bukti artistik atau sejarah. Sedangkan museum pada sebuah bangunan haruslah dapat bersifat mendidik sekaligus menghibur dan menyenangkan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk dapat mempelajari lebih mendalam dan lebih fokus terhadap obyek penelitian yaitu museum sebagai hasil adaptasi dari bangunan tua.
Dalam analisis penulis akan menggunakan metode pattern-matching dalam multiple case studies berupa penelusuran perubahan pola ruang dan elemen arsitektur lainnya serta membandingkan dengan contoh yang dianggap berhasil pada obyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa proses adaptive reuse memang telah dijalankan pada masing-masing museum itu. Perubahan yang paling terlihat adalah pada perubahan pola sirkulasi yang lebih cenderung menerus. Perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pola ruang. Tetapi perubahan itu tidak menimbulkan suasana baru yang membedakan antara yang lama dengan yang baru. Sedangkan cara untuk melakukan perubahan ini ternyata berbeda antara museum yang satu dengan museum yang lainnya. Hal ini disebabkan karena untuk masing-masing bangunan tersebut awalnya memiliki fungsi yang berbeda dan selanjutnya dijadikan sebagai museum dengan klasifikasi yang berbeda pula.
Penulis menyimpulkan bahwa proses Adaptive Reuse yang dijalankan pada bangunan-bangunan museum di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum maksimal. Adanya keinginan untuk mengkonservasi dan mewujudkan bangunan museum itu ternyata masih lebih besar keinginan konservasinya. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas citra dari museum itu sendiri di Indonesia yang justru berbeda dari museum di luar negeri.

Changing function of a building to be a different function than before is a problem that not easy to solve. Especially when that building has used to be a cultural preserve and then changed to be a museum. The problem now is a fact about the surrounding of the museum that becomes looks scary, quiet, and unpleasant. The reality, showed that old buildings functioning as a museum in Jakarta, especially in Taman Fatahillah area, were not too success. According to Morris that referred to Ruskin 's opinion, replacement of the missing part of a building has to be harmonically integrated with all, but at the same time must be different with the origin so the restoration will not falsify the artistic or historic evidences. In the other part museum as a building should be educative, and also enjoyable and fun. This research employee?s case controls studies because its goals is to study in depth and more focusing on the object, museum, as an adaptation from an old building.
In the analysis, I apply pattern-matching method in multiple case studies, which search the changing of space pattern and other architectural elements, and also compare it with an example that considered being success as a research object before. In this research I found that adaptive reuse process was already begun in each museum. The change that looked dominantly was the space pattern. But it still does not give any differences between the old and the brand new one. And the approach for the change between one museum and others is completely different. It is because each wilding used to have its own function before it become a museum with different classification too.
My conclusion is that Adaptive Reuse process, which is used in museums in Taman Fatahillah area, was not run maximize. The desire to conserve is bigger than to perform the museums itself it makes a decline of the museums image in Indonesia that a different situation precisely happened in others of these nations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwina Agreni
"Kota Padang Panjang sebagai kota terkecil di Propinsi Sumatera Barat memiliki sumberdaya alam yang terbatas. Kondisi topografi alamnya yang bergelombang semakin memperkecil ketersediaan lahan yang efektif untuk dimanfaatkan dalam pembangunan. Keterbatasan tersebut menjadi masalah dalam pengelolaan sumbedaya alam dan Iingkungan di daerah, dan juga dalam rencana penataan ruang wilayah. Tidak jarang dijumpai alokasi pemanfaatan yang kompleks pada satu kawasan alam yang menurunkan fungsi tertentu dari Iingkungan alamnya dan menimbulkan kerugian bagi kawasan disekitamya.
Salah satu kawasan alam yang dimanfaatkan secara bersama oleh masyarakat Padang Panjang adalah Kawasan Bukit Tui. Bukit ini memiliki kandungan batu kapur yang cukup potensial, sehingga berkembang kegiatan penambangan dan industri kapur. Sebagian wilayah Bukit Tui juga ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pemanfaatan Bukit Tui sebagai Kawasan Lindung, Kawasan Penambangan Batu Kapur dan Kawasan Industri Kapur ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Panjang melalui Perda Nomor 14 Tahun 1998. Diduga, pemanfaatan sebagai Kawasan Penambangan Batu Kapur dan Industri Kapur memberikan dampak yang berlawanan terhadap keberlangsungan fungsi Bukit Tui sebagai Kawasan Lindung. Saat ini sebagian areal Bukit Tui juga dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan wilayah pemukiman.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) memperoleh gambaran mengenai kegiatan pemanfaatan kawasan Bukit Tui menurut Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Padang Panjang; (2) memperoleh data dan informasi manfaat kawasan Bukit Tui, balk sebagai Kawasan Lindung, Kawasan Pertambangan maupun Kawasan Industri Kapur dan (4) mengkaji prioritas pengembangan dan pemanfaatan kawasan Bukit Tui ditinjau dari nilai manfaat yang diperoleh.
Penelitian ini adalah penelidan deskriptif. Metode yang digunakan gabungan dari kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai manfaat kawasan Bukit Tui menurut alokasi yang ditetapkan. Metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi Iingkungan dan pola pemanfaatan Bukit Tui, balk menurut yang ditetapkan dalam RTRW maupun menurut perkembangan aktual scat ini.
Penilaian manfaat dari Kawasan Lindung mencakup nilai penyerapan karbon, nilai pengendali erosi dan nilai sumber air Tungku Sadah. Sedangkan nilai manfaat dari Kawasan Penambangan Batu Kapur dan Kawasan Industri Kapur didapat dengan analisis terhadap manfaat biaya dari masing-masing kegiatan. Penilaian terhadap nilai kerugian yang diderita petani padi sawah akibat dampak dari kegiatan penambangan dan industri kapur juga dihitung dan dikategorikan sebagai nilai ekstemal.
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut (1) Pemanfaatan Bukit Tui menurut RTRW Kota Padang Panjang (Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Padang Panjang Nomor 14 Tahun 1998) adalah sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Penetapan sebagai Kawasan Lindung adalah untuk kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat dan kawasan rawan bencana alam. Alokasi sebagai kawasan budidaya meliputi Kawasan Penambangan Batu Kapur dan Kawasan Industri Batu Kapur. Alokasi pemanfaatan tersebut memperlihatkan adanya kompleksitas pemanfaatan Kawasan Bukit Tui; (2) Pemanfaatan Kawasan Bukit Tui yang ditemui di lapangan saat ini berkembang dari apa yang telah ditetapkan dalam RTRW. Selain tetap dimanfaatkan sebagai Kawasan Lindung, Kawasan Pertambangan Batu kapur dan Kawasan Industri Kapur, Bukit Tui juga dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan, pemukiman, dan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam; (3) Nilai manfaat pertahun (keadaan perhitungan tahun 2005) yang diperoleh dari pengalokasian kawasan Bukit Tui sebagai Kawasan Lindung adalah sebesar Rp.5.432.423.739,6, meliputi nilai penyerapan karbon Rp.642.068.337.6, nilai pengendalian erosi Rp.84.319.200,- dan nilai sumber air bagi masyarakat Rp.1.982.858.202,- serta Rp.2.723.178.000,- bagi PDAM sebagai opportunity cast apabila sumber air Tungku Sadah tidak aria. Pengalokasian kawasan Bukit Tui sebagai Kawasan Pertambangan Batu Kapur mempunyai nilai manfaat pertahun sebesar Rp.502.841.575,76 dan sebagai Kawasan Industri Kapur sebesar Rp. 1.055.814.000,-. Kedua nilai tersebut adalah nilai manfaat sebelum dikurangi dengan nilai dampak yang ditimbulkan. Dampak dari kedua kegiatan adalah penurunan produksi padi sawah yang terkena aliran erosi dari areal penambangan dan Iimbah industri kapur . Nilai dampak tersebut dikategorikan sebagai nilai ekstemal yang ditanggung masyarakat dengan nilai sebesar Rp.45.491.225,-/tahun; dan (4) Prioritas pemanfaatan berdasarkan nilai manfaat terbesar dari Kawasan Bukit Tui adalah sebagai Kawasan Lindung. Untuk mempertahankan fungsi pelestarian Iingkungan dari kawasan tersebut secara menyeluruh adalah dengan meniadakan kegiatan budidaya yang merusak termasuk pertambangan dan industri batu kapur. Jika pemerintah daerah, dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, berketapan untuk tetap mengalokasikan pemanfaatan sebagai Kawasan Pertambangan dan Kawasan Industri Kapur di Kawasan Bukit Tui, maka harus diikuti dengan upaya pengelolaan dampak kedua kegiatan agar fungsi lndung dari kawasan tetap terpelihara dan dapat terhindar dari bencana alam yang pada akhimya akan merugikan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar (1) meninjau kembali pemanfaatan Kawasan Bukit Tui melalui penyusunan dan penyempumaan RTRW dengan ikut memperhatikan nilai manfaat dan nilai dampak yang ditimbulkan; (2) untuk keperluan penilaian manfaat dan dampak dari kegiatan pemanfaatan Bukit Tui diperlukan dukungan data yang akurat mengenai kondisi kawasan dan potensi pemanfaatannya; (3) menerapkan pola penambangan terkendali pada lokasi penambangan yang akan ditetapkan dalam RTRW Kota Padang Panjang yang akan datang; (4) pemerintah daerah diharapkan dapat segera memberlakukan ketentuan pengelolaan Iingkungan bagi kegiatan pemanfaatan kawasan yang menimbulkan dampak merugikan bagi Iingkungan alam dan masyarakat; (5) mencarikan altematif pemanfaatan dari sumberdaya alam yang ada di Kawasan Bukit Tui dengan memperhatikan karakteristik kawasan dan kelestarian fungsi Iingkungannya; dan (6) untuk keperluan pengelolaan kawasan Bukit Tui sebagai Kawasan Lindung, perlu kiranya pemerintah daerah mengalokasikan dana pengelolaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The main problem of rural development in Indonesia is related with coordination among the main actors and the focus of activities...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>