Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alma Mandjusri
"Kata-kata onomatope cukup banyak digunakan dalam kegiatan bahasa di Indonesia, baik dalam langgam bahasa sehari-hari maupun dalam langgam bahasa sastra, dan pembahasan mengenai kata-kata onomatope kebanyakan berkisar pada masalah fonologis dan semantik, sementara gejala-gejala lain di luar bidang tersebut kurang mendapat perhatian. Pembahasan mengenai kata-kata onomatope dalam skripsi ini ditujukan untuk melengkapi deskripsi kata-kata onomatope bahasa Indonesia dalam bidang morfologi dan sintaksis. Analisis dalam bidang morfglogi ditujukan untuk mencari kaidah-kaidah morfologis yang berlaku pada onomatope, khususnya proses pemhentukan onomatope sebagai kata, disertai dengan analisis morfofonemik yang timbul akibat proses tersebut, sedang analisis dalam bidang sintaksis ditujukan untuk menempatkan kata-kata onomatope dalam penggolongan kelas kata bahasa Indonesia. 1. Onomatope sebagai kata terbentuk melalui proses morfologis, berupa (1) afiksas&; (2) reduplikasi; (3) terdapatnya bentuk-bentuk lain yang memiliki arti berulang-ulang atau jamak, tetapi secara morfologis tidak bisa digolongkan sebagai reduplikasi. 2. Prefiks pada onomatope mempunyai fungsi tertentu sebagai unsur pembentuk akar onomatope menjadi sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata atau lebih. 3.Dalam proses pembentukan kata, khususnya proses afiksasi, terjadi perubahan morfofonemik berupa proses asimilasi yang tidak bersifat mutlak tetapi manasuka. 4. Reduplikasi pada onomatope terdiri atas tiga tips: (1) reduplikasi penuh berupa gabungan antara prefiks dengan morfem dasar; (2) reduplikasi penuh dengan perubahan fonem; (3) bentuk-bentuk lain. 5. Onomatope sebagai kata tidak bisa dimasukkan ke kelas interjeksi, tetapi bisa digolongkan ke (1) kelas nomina; dan (2) kelas ajektiva"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S10805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1994
499.221 5 HAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007
499.221 5 HAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
499.221 5 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989
499.221 5 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hadi
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
499.221 SYA k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Syaiful Mukhtar
Ambon: Kantor Bahasa Maluku Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
499.225 2 ADI f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Djohan
"ABSTRAK
Bahasa Belanda merupakan bahasa yang memegang peranan cukup panting dalam sejarah Indonesia, Masa kolonialisme Belanda di Indonesia yang berlangsung selama tiga setengah abad telah mengakibatkan adanya kontak bahasa yang kemudian memacu terjadinya proses pemungutan kata. Terdapat sekitar 5000 kata pungutan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia yang popular dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya terdapat sekitar 400 kata pungutan bahasa Indonesia dalam bahasa Belanda yang walaupun tidak semuanya popular digunakan oleh masyarakat Belanda, kata-kata tersebut secara jelas tertera dalam kamus besar bahasa Belanda Van Dale Groot Woordenboek der Nederlandse Taal (1999: Cetakan XIII).
Kontak yang terjadi antara bahasa Indonesia dan Belanda merupakan akibat dari adanya hubungan sejarah antara Indonesia dan Belanda yang bermula pada tahun 1596 yang kemudian mengakibatkan pada masa-masa selanjutnya banyak orang Belanda yang berbahasa Indonesia dan orang Indonesia yang berbahasa Belanda sehingga kemudian terjadi proses pemungutan kata antara kedua bahasa.
Perbedaan struktur tata bahasa Indonesia dan tata bahasa Belanda mengakibatkan disesuaikannnya beberapa kata pungutan bahasa Indonesia ke dalam sistem bahasa Belanda. Penyesuaian yang terjadi dapat merupakan penyesuaian morfologis, penyesuaian fonologis, atau penyesuaian semantis.

"
2001
S15814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Mediana
"Bahasa Indonesia mengenal adanya kata penyanding. Kata ini berfungsi mendampingi kata lain dan bersifat melengkapi kata yang didampingi. Jumlah kata penyanding cukup banyak, namun beberapa ahli tata bahasa meramalkan bahwa pada akhirnya kata penyanding ini akan diabaikan atau bahkan akan lenyap dari pemakaian di dalam bahasa Indonesia. Terhadap kata seperti ini, para ahli tata bahasa menggolongkan dan memberi nama secara berbeda-beda. Adanya pendapat yang me_ramalkan bahwa makin lama frekuensi pemakaian kata penyan_ding akan berkurang dan adanya penggolongan serta penamaan yang berbeda tersebut mendorong untuk mengetahui kata pe_nyanding lebih lanjut. Sumber data utama yang dipergunakan adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia. Data-data ini kemudian dianalisis pemun_culannya pada tiga majalah terbitan 1987. Selain itu ditin_jau juga secara sintaktis dan semantis. Data-data lain yang berupa kumpulan dari tinjauan berbagai ahli tata bahasa kemudian diklasifikasi. Hasilnya, ternyata ada kata penyan ding tertentu yang cukup sering muncul, ada pula yang muncul untuk hal-hal tertentu saja bergantung pada konteksnya. Secara sintaktis dapat diketahui bahwa keterikatan ka_ta penyanding dengan kata-kata lain yang didampingi ada yang erat ada yang longgar. Ikatan yang erat adalah antara kata ini dengan numeralia sehingga membentuk frase numeralia. Secara semantik dapat diketahui bahwa sebelum menjadi kata penyanding ada tahapan makna yang harus dilalui, makna harfiah, makna kiasan, sampai akhirnya menjadi makna sebagai kata penyanding. Selain itu, dapat pula diketahui bahwa an_tara kata penyanding dengan kata yang didampingi haruslah terdapat kolokasi makna. Berdasarkan kedua tinjauan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata penyanding: 1. masih dan tetap akan dipergunakan; mengalami tahapan makna 2. tidak mutlak keberadaannya, kecuali bila numeralia yang didampingi berbentuk morfen se- klitika 3. baru dapat ditentukan kelas katanya setelah bergabung dengan numeralia. Sebelumnya kata ini dapat berasal dari nomina, verba, ataupun bentuk-bentuk prakategori 4.hanya dapat diketahui kolokasinya dengan cara menghafal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>