Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrial
"Skripsi ini membicarakan enam masalah tasawuf yaitu Simbolik Huruf, Pembagian Hati, Pembagian Alam, Ajaran Martabat Tujuh, Nur Muhammad, dan Masalah Fana. Pengarang kitab ini adalah seorang ulama besar dari Aceh yang terkenal kealiman dan keluasan ilmunya. la hidup pada abad ke-18 dan merupakan satu dari empat besar' ulama Aceh yang turut mewarnai kehidupan tasawuf di Indonesia. Mereka itu adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry, dan Abdul Rauf Singkel.
Kitab karangan beliau ini terdiri dari sebelas halaman, terbundel bersama-sama karyanya yang lain dengan nomor Ml. 336 dan. Ml. 343. ...sendiri bernomor MI.336G, berasal dari bundel Ml. 336. Teks inilah yang digunakan penulis sebagai bahan tinjauan dan suntingan. Naskah tadi tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta. Tempat itulah satu-satunya penyimpan naskah tersebut.
Tujuan dari penguntingan dan tinjauan ini adalah untuk mengetahui isi yang terkandung di dalamnya, di samping sebagai salah satu upaya penyelamatan naskah lama agar tidak punah oleh waktu. Seperti kita ketahui bersama, naskah-naskah tersebut merupakan peninggalan sekaligus sumber untuk mengetahui pola kebudayaan serta pemikiran masa lalu.
Akal halnya tasawuf, sisi lain dari ajaran Islam ini perlu mendapat perhatian karena sejarah membuktikan bagian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Islam yang sumbangannya tidak kecil bagi agama itu sendiri di Indonesia. Terlebih lagi, persoalan tersebut diangkat dari karya seorang besar dan alim seperti Abdul Rauf Singkel dengan gelar yang diberikan masyarakat Aceh kepadanya: Tengku Syiah Kuala. Tentunya, telaah atas persoalan di atas dapat berguna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robianto
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah harus segera diselamatkan, karena bahannya tidak tahan waktu dan iklim tropis. Karya sastra ini juga perlu diketahui dan di_perkenalkan kepada masyarakat, karena banyak menyimpan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dan diterapkan kepada masyarakat sekarang. Syair pelanduk jenaka adalah sebuah syair yang digubah dari sebuah hikayat yang bernama Hikayat pelanduk jenaka. Setelah diteliti melalui jumlah dan susunan cerita, serta diksinya, dapat disimpulkan bahwa Syair Pelanduk Jenaka ini digubah dari Hikajat Pelandoek Djinaka of de Reinaert de vos der Maleiers voor pers bewerk yang diterbitkan Klinkert pads tahun 1885. Syair Pelanduk Jenaka adalah sebuah cerita binatang yang berbentuk syair. Sebagian orang masih beranggapan bahwa cerita binatang hanya merupakan cerita pengisi waktu dan pengantar tidur saja. Untuk menghapuskan anggapan yang salah itu, dalam penelitian ini dikaji aspek simbolisme dan isi cerita tersebut agar terlihat maksud dan tujuan, serta maknanya yang dalam bagi pembaca. Tokoh-tokoh dalam cerita Syair Pelanduk Jenaka adalah binatang-binatang. Binatang-binatang tersebut melambangkan manusia, misalnya pelanduk (Kancil) melambangkan rakyat kecil yang cerdik yang dapat hidup tanpa mendapat belas kasihan raja. Karena syair ini ditulis dalam bentuk perlambangan, maka syair ini disebut syair simbolik. Tema Syair Pelanduk Jenaka adalah kesadaran akan adanya kekuatan batin dibalik kelemahan fisik; kecerdikan. Amanatnya berupa pesan-pesan atau ajaran-ajaran moral, yaitu;(a) Rakyat kecil pun dapat berbuat separti raja asal mereka mempergunakan akal mereka. (b)Raja tidak bisa mengendalikan rakyatnya hanya dengan me_ngandalkan kekuatan dan kebesaran namanya saja. (c) Jangan memfitnah, menghasut, mengadu domba, dan menganiaya, (d) Masyarakat harus kritis terhadap keadaan yang sedang ter_jadi. Karena Syair Pelanduk Jenaka ini mengandung ajaran-ajaran yang mendidik, maka syair ini disebut syair simbolik didaktik. Syair pelanduk Jenaka berhasil sebagai karya sastra sim_bolik didaktik karena telah memenuhi persyaratan, baik dari segi pemilihan bahan dan cara penyajiannya, maupun tujuan yang hendak dicapai pengarangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeri Nurita
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah perlu segera diselamatkan karena kondisi bahannya yang tidak tahan waktu dan iklim tropis, sehingga mudah rusak. Pene_litian yang mendalam terhadap isi naskah juga perlu dilakukan, karena di dalamnya tersimpan sistem nilai, adat -istiadat, dan alam pikiran leluhur kita pada masa lampau, yang dapat diambil dan diterapkan pada masa sekarang. Syair Bayan Budiman adalah karya sastra yang berben_tuk syair simbolik, karena tokoh-tokohnya adalah binatang (burung-burung). Burung-burung ini bertingkah laku seperti manusia. Setelah dilakukan analisis terhadap isi naskah, dapat disimpulkan bahwa tema Syair Bayan Budiman adalah tentang fikih atau hukum-hukum yang berlaku di dalam kehidupan umat Islam. Berdasarkan tema di atas dapat ditarik amanat berupa ajaran bahwa umat Islam hendaknya selalu mengamalkan ilmu agama dan menjalankan perintah-perintah Allah selagi hidup di dunia, sehingga di akhirat nanti tidak akan mendapat siksa neraka. Oleh karena Syair Bayan Budiman mengandung pelajaran akhlak yang mendidik, maka syair ini disebut syair.simbolik yang didaktis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Bachtum
"Cerita Damar Wulan sudah terkenal di mana-mana, terutama di kalangan masyarakat lama, khususnja di Jawa Timur. Menurut Soenarto Timoer dalam kata pengantarnya pada Damar Wulan Sebuah Lakon Wayang Kerucil. Cerita Damar Wulan merupakan suatu epos Java yang sangat popular. Orang mengena1nya melalui buku-buku bacaan atau pementasan-pementasan wayang kerucil, langendriya atau sandiwara. Dalam bentuk buku-buku pun telah banyak diterbitkan, baik dalam bahasa Jawa maupun dalam wujud terjemahan.
Penulis telah juga mengenal cerita Damar Wulan secara garis besar, baik melalui buku bacaan atau dari cerita orang. Tertarik pada judul naskah yaitu Sa'ir Damar Wulan, maka penulis pun ingin mengetahuinya secara lebih mendalam, terutama karena cerita Damar Wulan ini ditulis dalam bentuk syair. Sekaligus ingin mengetahui apakah cerita Damar Wulan yang sudah penulis kenal, baik melalui buku."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S10728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusro Edy Nugroho
"Wulang Putri (WP) adalah nama salah satu teks didaktik moralistik bagi wanita dalam kesusastreraan Jawa klasik. Dari sejumlah teks piwulang wanita, WP karya Nyi Adisara adalah salah satu dari sedikit teks didaktik yang yang lahir dari tangan wanita. Teks WP ditulis dalam bentuk fembcmg mencapai yang berisi tuntunan hidup bagi wanita yang hidup di lingkungan kraton Jawa khususnya pada kurun waktu akhir abad XIX. Karya yang ditulis oleh Nyi Adisara ini terbukti cukup banyak diminati pembaca sehingga banyak dilakukan penyalinan terutama oleh kerabat raja dan tersebar hingga ke kraton-kraton Jawa yang Iain di luar kraton Surakarta.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana memahami dan mengerti eksistensi karya sastra piwuiang karya seorang wanita Jawa pada kurun waktu kurang lebih satu abad yang lalu. Memahami sebuah teks yang lahir pada masa lalu, dengan bahasa dan latar belakang sosial yang berbeda, tentu saja tidak semudah memahami teks yang lahir pada dunia kekinian. Usaha untuk mengerti sebuah teks sastra Jawa klasik dengan segala latar belakang sosialnya selanjutnya dicoba dilakukan melalui pendekatan hermeneutika.
Tujuan penelitian ini yang mula-mula adalah menghadirkan suntingan teks WP karya Nyi Adisara dan selanjutnya mencoba mengerti isi ajarannya dengan cara membuka tabir maknanya dalam dua tingkat pemahaman, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teks WP yang pada mulanya beljumlah 13 naskah, namun karena adanya perbedaan versi naskah yan cukup jauh maka hanya 9 naskah saja yang dikaji dalam penelitian ini. Kesembilan naskah itu meripakan naskah yang diyaldni dapat dikelompokkan ke dalam satu versi dan diberi nama WP versi Nyi Adisara
Hasil penelitian terhadap teks WP karya Nyi Adisara menunjukkan bahwa secara gramatikal teks piwulang itu dapat diinterpretasikan sebagai sebuah wacana nasihat yang dituturkan dalam sebuah kalimat panjang tentang sikap hidup yang harusnya dimiliki oleh wanita, khususnya para putrl kraton Surakarta yang hidup di akhir abad XIX. Sementara secara psikologis gagasan Nyi Adisara dalam teks WP dapat ditafsirkan sebagai produk pengajaran bagi wanita yang tidak semata-mata menonjolkan ketrampilan mempercantik diri secara fisik saja, namun lebih dari im seorang wanita, putri kraton tentunya, harus marnpu rnengendalikan did terhadap sifat-sifat buruk manusia dan menjalankan rapabrata hingga dilimpahi rahrnat oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran yang disampaikan oleh pengarang Iebih rnenekankan pada usaha pembentulckan kepribadian wanita secara ideal untuk menyikapi situasi dan zaman yang sangat tidak memihak pada kepentingan wanita_ Nyi Adisara menyarankan agar wanita seialu cermat dalam hidup, bemsaha selalu berintrospeksi, Serta mampu mengendalikan hati dari dorongan-dorongan nafsu indrawi. Teks WP merupakan kata hati seorang wanita Jawa yang berusaha menyikapi zaman dengan bahasa batin yang sangat halus, menyiapkan generasi penerusnya agar mampu meredarn nafsu indrawi dan mendekatkan did kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Wulang Putri (Teachings for Women) is one of didactic moralistic texts, in Javanese classical literature, for women. Out of many texts of teachings for women, WP written by Nyi Adisara was born from a female?s hands. WP texts are written in the form of macapat (a specific kind of song) which contain guidance for life for women living in Javanese Palaces, particularly during the period of late 19 century. This work of Nyi Adisara attracts a fairly big number of readers that it had been copied quite considerably by royal families and had also spread over Javanese Palaces other than Surakarta palace.
The main issue in this study was how the existence of a work of teachings written one century ago by a Javanese woman can be understood. Understanding a text which was born in an ancient time and which has different language and social background is certainly not as easy as understanding texts born in present time. To understand this
Javanese classical work with all of its social background, then a hermeneutic approach had been used.
This study was intended first to present a Nyi Adisara?s WP text and then to disclose their meanings in two types of understandings, i.e. grammatical and psychological interpretations.
The data source used for this study was initially 13 WP texts. However, because there were quite significant differences in the versions of' the texts, only 9 texts were reviewed in this study. These nine texts can be conceived as having properties that allow the grouping of them into one single version called Nyi Adisara?s version of WP.
The review on these WP texts of Nyi Adisara. shows that grammatically these texts of teachings can be interpreted as advises presented in a long sentence illustrating the attitudes in life that should be adopted by women, particularly the royal females of Surakartan palace of late 19 century. Psychologically, Nyi Adisara?s ideas contained in her WP texts can be interpreted as the products of teachings for women. According to Nyi Adisara, women should not just emphasize the skills in showing OE their bodily beauties, but should also be able to refrain themselves from bad conducts and undergo tapabrata (a hermeneutic conduct), in order that the God will always bless them. The teachings conveyed by Nyi Adisara emphasize more on attempts that should be made by women for establishing ideal personalities suitable for acting on the situations and eras not favorable for the interests of women, Nyi Adisara recommends that women should always be careful in life, sensible, introspective and able to refrain from the temptations of sensory desires. WP texts constitute the voices of the deepest heart of a Javanese woman trying to act on her era by using the finest inner body language and to prepare her younger generations who should be able to control their sensory desires and to keep close to the God.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T4916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hartati Budhiman
"ABSTRAK
Naskah Ml. 192 belum pernah digarap dan memiliki beberapa keunikan, sebab mengandung motif-motif yang sesuai dengan pelipur lara. Kecuali itu, memuat nama tokoh Harun ar-Rasyid dan Abu Nawas, serta beberapa _pantun_ Arab. Penelitian bertujuan untuk (a) menentukan apakah Ml. 192 merupakan naskah satu-satunya dari HHD, (b) mencari jawaban apakah hikayat ini termasuk pelipur lara atau tidak, dan (c) memcoba menetapkan kedudukan HHD dalam sastra Melayu. Metode yang digunakan adalah metode edisi biasa untuk alih aksara. Penulisan alih aksara disesuaikan dengan EYD. Beberapa perkecualian dilakukan untuk mendekati naskah asli. Tinjauan filologis menentukan, bahwa dari 26 katalogus naskah Melayu, 3 di antaranya menyebutkan adanya HHD di satu tempat, yaitu Museum Nasional. HHD memuat beberapa _pantun_ Arab dan kata-kata yang menunjukkan rona keislaman. Tinjauan histories membahas motif; pengaruh, dan rona keislaman yang terdapat dalam HHD. Pembahasan yang dikaitkan dengan teori tentang sastra hikayat dan pelipur lara dapat menentukan kedudukan HHD dalam khasanah sastra Melayu. Kesimpulan penelitian ini adalah, HHD merupakan codex unicus. Kecuali itu HHD tidak termasuk ke dalam pelipur lara, tetapi termasuk genre sastra hikayat yang berasal dari Arab/Parsi. _Pantun_ Arab yang terdapat di dalam hikayat ini menarik untuk dikaji oleh mereka yang berminay menyelidiki sastra Arab. Nama tokoh Harun ar-Rasyid dan Abu Nawas dapat didjadikan bahan penyelidikan hikayat lain yang memiliki latar yang sama, dikaitkan dengan ada tidaknya maksud tertentu dari penulisan hikayat ini. Daftar pustaka: 48 buku/artikel (1736_1984).

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Solihat
"Di Museum Nasional Jakarta, terdapat dua buah naskah, Srifa' al-Qulub (SQ), yang masing-masiag, berkode ML. 115B dan ML. 339B. Kedua naskah ini telah saya perbandingkan dengan mengikutsertakan sebuah naskah SQ berbentuk facsimile' dalan BKI 104. Hasil yang diperoleh dari perbandingan tersebut menunjukkan bahwa ML. 115B dianggap sebagai naskah yang lebih baik bila dibandingkan dengan dua naskah lainnya. Oleh karena itu, ML. 115B inilah yang saya pilih sebagai naskah suntingan dalam skripsi ini. Kitab SQ ini merupakan salah satu karangan Nuruddin Ar-Raniri yang ringkas dan pendek. Isinya tentang pengetahuam tasawuf. Di dalamnya dijelaskan pengertian kalimat syahadat, kalimat tayyibat_, masalah mukasyafat atau makrifat, dan masalah. berzikir. Dilihat dari segi bahasa yang dipergunakan, pengaruh bahasa Arab tampak jelas dalam bahasa Melayu yang diperguna_kan dalam teks SQ. Pengaruh tersebut dapat dilihat dalam pemakaian kosa kata, ungkapaa, morfologi, dan sintaksis. Menurut pengarangnya, kitab SQ ini ditulis sebagai reaksi bantahan terhadag faham wujudiyyat. Yang, dimaksud faham wujudiyyat di sini ialah faham sufi yang dianut oleh kelompok Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani. Faham ini dianggap menyesatkan oleh Nuruddin karena telah menyalahtafsirkan pengertian kalimat la ilaha illa l-lahu. Perbedaan mendasar antara faham wujudiyyat dengan Nuruddin ialah dalam.soal hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Kaum wujudiyyat berpendapat, bahwa Tuhan dan makhluk.-Nya merupakan satu wujud (wahdat al-wujud), dalam arti Tuhan terkandung dalam diri makhluk. Oleh karenanya, menurut faham ini seorang sufi dalam,penghayatan transendentalaya dapat menyatu dengan Tuhan (ittihad).Nuruddin menolak faham wujudiyyat tersebut. Menurutnya, wujud Tuhan itu berbeda dengan mujud makhluk. Wujud Tuhan itu wujud Hakiki atau wujud yang sebenar-benarnya, sedang_kan wujud makhluk adalah.wujud ma'jazi atau wujud _bayangan_. Oleh karena itu, menurut Nuruddin, seorang sufi dalam penghayatan transeadentalnya hanya sampai pada batas mukasyafat yakni batas 'penyaksian' bahwa tidak ada yang.dilihatnya ke-cuali Allah. Pengertian mukasyafat ini jelas berbeda dengan ittihad, yakni perasaan menyatunya diri dengan Tuhan. Syifa al-Quluh artinya 'Obat Penentram Hati'. Secara tersirat Nuruddin bermaksud ingin meneatramkan suasana kego_yahan iman dan kesesatan umat. Ia mengajaknya untuk kembali ke ajaran tasawuf yang 'benar' menurut pandangannya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah
"Kajian mengenai perbandingan bentuk dan isi teks Hikayat Nabi Mengajar Ali dengan kisah Dewaruci bertujuan untuk mengetahui isi teks Hikayat Nabi Mengajar Ali, melihat keparalelan teks tersebut dengan kisah Dewaruci, serta mendeskripsikan simbol-simbol yang ada di dalam teks Hikayat Nabi Mengajar Ali. Tujuan ini didasarkan pada banyaknya simbol yang ada di dalam teks yang digunakan untuk menuangkan ajaran, sehingga jika kita menangkap makna kata secara denotatif maka tidak akan sampai pada maksud teks yang sebenarnyrya sastra Jawa klasik yaitu Dewaruci. Oleh karena itu penggarapan skripsi ini didasarkan pada metode analisis komparatif dan deskriptif. Dengan metode tersebut maka diketahui bahwa teks Hikayat Nabi Mengajar Ali berisi ajaran tasawuf yaitu ajaran untuk menjadi manusia sempurna dengan cara mampu melalui tahapan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat sehingga bisa dekat sekali dengan sang Pencipta. Selain itu simbol-simbol yang ada selalu disejajarkan dengan keempat tahapan tersebut. Dengan mendeskripsikan simbol-simbol tersebut kemudian memperbandingkan dengan Dewaruci diketahui bahwa keduanya memang tampak sejajar, pertama dari segi bentuknya sama-sama menggunakan tokoh murid dan guru yang di dalam bersuluk sangatlah penting, kedua kesamaan ajaran yang hendak disampaikan yaitu menyajikan konsep manusia sempurna. Manusia yang dianggap sempurna adalah manusia yang mampu mendekati Tuhannya dengan melewati keempat tahapan tersebut.a. Selain itu, isi teks tampaknya mirip dengan ka"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hikmah
"Naskah Risalah Tabayyana Al-Tariga Ala Allahi Ta'ala (disingkat RTAAT) merupakan naskah tunggal (codex unicus) yang hanya terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah ini bernomor MI. 458. Kondisi naskah RTAAT sangat memprihatinkan karena banyak kertas yang sudah bolong-bolong sehingga tulisan sulit terbaca. Naskah RTAAT merupakan naskah yang tergolong sebagai sastra kitab atau tasawuf kitab karena naskah ini berisi ajaran tasawuf yang cenderung wahdat al-wujud. Tujuan penelitian ini adalah menyajikan suntingan teks, mendeskripsikan ajaran wahdat al-wujud, dan mendeskripsikan ajaran martabat tujuh dalam naskah RTAAT. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode edisi biasa, sedangkan untuk mendeskripsikan ajaran wahdat al-wujud dan ajaran martabat tujuh digunakan metode analisis deskriptif dengan tinjauan pustaka. Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa naskah RTAAT merupakan naskah yang berisi ajaran wahdat al-wujud karena diungkapkan penyatuan antara manusia dan Tuhan. Salah satunya berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Hadis tersebut mengungkapkan penyatuan yang terjadi antara manusia dan Tuhan. Di sisi lain, hadis tersebut membuat manusia menyadari kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia. Hal lain dapat dilihat dari kata-kata tersurat yang terdapat dalam naskah RTAAT, antara lain Ana Al-Haq, Insan itulah Allah, atau Akulah Allah itu. Kata-kata tersebut berhak diucapkan sufi ketika dalam keadaan fana. Kata-kata tersebut bermaksud untuk mengungkapkan keesaan Allah. Oleh karena ajaran yang diungkapkan dalam RTAAT merupakan ajaran sulit karena mengungkapkan hal yang rahasia, maka penyalin atau pengarang menyatakan bahwa perlunya bimbingan dari guru yang telah disempurnakan makrifatnya. Naskah RTAAT juga menyebutkan nama lima orang ulama, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Ibnu Arabi, Ali Ai-Muttagi, dan Abdul Qadir Jailani. Tiga ulama pertama merupakan ulama yang beraliran wahdat al-wigud. Dua ulama terakhir merupakan ulama pendukung dan tidak beraliran wahdat al-wujud. Kemungkinan nama tersebut disatukan untuk mendamaikan ajaran wahdat al-wujud dan memberikan pemahaman yang baik terhadap ajaran wahdat al-wujud, walau diikuti dengan ucapan-ucaan rahasia. Selain itu, naskah RTAAT juga menyebutkan ajaran martabat tujuh yang meliputi ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam ruh, alam misal, alam ajsam, dan alam insan. Ajaran ini dijelaskan dalam bentuk kiasan. Martabat ahadiyat disebut sebagai martabat zat Allah karena Allah masih dalam sesuatu yang tersembunyi. Martabat wahdat disebut sebagai martabat sifat Allah karena Allah sudah berkehendak dan belum menampakkan diri-Nya. Martabat wahidiyat disebut martabat alma Allah karena Allah sudah mulai bernama. Martabat alam ruh, alam misal, alam ajsam, dan alam insan disebut sebagai fa'al Allah karena Allah mulai beraktivitas dalam menciptakan alam semesta, termasuk manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Priscila Fitriasih
"Fath al-Rahman (W9 code as in the National Library) is a translation from Arabic to Malay language. It is the work of Zakariyya al-Ansari, who became the inspiration for the writing of Malay Sufi from the 17th century to the 19th century.
This research aims to analyze the von de Wall text kept at the National Library in Jakarta. The text was completed in 1280 H or in 1863 M in Tanjung Pinang, Riau.
This text discusses Sufism, which believes in maqamat, eternity, syariat, tarikat, and hakikat. This thesis argues that contain sufi, teachings to direct one's life towards eternity based on Koran and hadits.
The thesis compares Sufism in Fath al-Rahman to Kitab Patahulrahman. The result of the research shows some similarities and differences. The similarities lie on the discussion of the eternity issue referring to syar'i teaching. The difference is on the focus of the narrative. Fath al Rahman basically describes the way of shaping good morale and spiritual guidance based on syar'i teaching, while the text of Kitab Paturahman elaborates the universe creation based on the teaching of Ibn Arabi who followed falsafi teaching.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>