Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82348 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rawung, Josephine Imelda Wiesye
"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan keletakan medalion di Percandian Panataran. Medalion adalah ragam hias berbentuk lingkaran atau oval, yang di dalamnya dipahatkan suatu obyek atau figur dalam bentuk relief. Medalion di percandian Panataran dipahatkan dalam bentuk relief tinggi dan berselang-seling dengan panil relief cerita Ramayana seperti di candi Induk serta menembus ruang dalam candi dan berselang-seling dengan arca tokoh seperti di candi Naga. Di dalam medalion tersebut dipahatkan sejumlah hewan yang terdiri dari berbagai jenis, yaitu mamalia, unggas, reptil, dan hewan mitos. Di candi Induk Panataran salah satu hewan rnitos yaitu hare dipahatkan dalam medalion yang letaknya mengapit tangga nark candi dan pada bagian awal dan akhir kisah Ramayana. Penempatan medalion berhiaskan hare tersebut selain sebagai pembatas panil relief cerita dan penunjuk awal dan akhir rangkaian relief cerita Ramayana, kemungkinan juga dimaksudkan agar orang yang membaca relief cerita tersebut untuk melakukan yoga. Pemahatan hewan-hewan dalam medalion di candi Induk Panataran sangat mungkin dimaksudkan (1) untuk menghormati dewa dan dewi yang dilambangkan dengan adanya penggambaran hewan-hewan yang berhubungan dengan dewa atau dewi, misalnya sebagai vahana atau atributnya, (2) penggambaran berbagai jenis hewan pada percandian tersebut merupakan perlambangan dewa Siva sebagai Penguasa Hewan."
1996
S11894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niesa Izza Kumala
"Skripsi ini membahas makna ragam hias Naga di Percandian Panataran. Ragam hias Naga yang menjadi objek penelitian di percandian ini berjumlah 34 ragam hias. Pencarian makna ditelusuri dengan beberapa tahapan, yakni deskripsi bentuk dan keletakan, yang dilanjutkan dengan analisis untuk mengelompokkan ragam hias Naga. Setelah mendapatkan kelompok-kelompok ragam hias Naga, penelitian dilanjutkan dengan interpretasi makna menggunakan pendekatan semiotik. Acuan yang dipakai untuk mencari makna ragam hias Naga adalah literatur-literatur agama Hindu dan Buddha yang memuat tokoh Naga. Hasil penelitian memperlihatkan ragam hias Naga di Percandian Panataran dianggap penanda dan pengharapan kesakralan para dewa oleh masyarakat masa lampau.

This thesis discusses the meaning of Naga ornament in Panataran Temple Complex. There are 34 Naga ornaments which becomes object of research in this site. The search of meaning will be explored by several stages, firstly this research focus on description, then followed by analysis to classify Naga ornaments. After getting groups of Naga ornaments, research continued with semiotic interpretation. References which used in this research are literatures in Hinduism and Buddhism that contains Naga character. The results showed Naga ornaments in this site are considered as markers and expectations of the gods’ by the people of the past.;"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Oka Hendrata
"Penelitian dilakukan terhadap ragam hias Medalion pada kompleks makam Aermata Ibu, Arosbaya, Bangkalan. Madura. Penelitian ini mengenai nisan-nisan yang mempunyai ragam hias Medalion pada kompleks Makam Aermata Ibu. Beragamnya variasi Medalion yang ada pada komplek makam ini dan kaitan antara Medalion sebagai lambang dari keluarga Tjakraningrat merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Selain itu juga apakah terjadi perkembangan bentuk ragarn hias Medalion dan adakah pola-pola penempatan Medalion terhadap makam-makam yang ada menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran data. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran sumber tertulis dan pencatatan data lapangan yang meliputi: pengamatan, pencatatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan kondisi situs secara umum. Data yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 121 Medalion dari 99 makam yang menggunakan ragam hias Medalion. Pengolah data dengan menggunakan metode klasifikasi dan analisis khusus (analisis stilistik). Analisis stilistik adalah analisis yang dilakukan secara mendalam terhadap suatu ragam hias, baik berupa ragarn hias arsitektural maupun dekoratif, dalam hal ini ragam hias Medalion. penafsiran data berupa kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil analisis. Hasil dari penelitian adalah: Adanya tiga tipe Medalion pada kompleks makam tersebut, yaitu tipe pertama sebanyak 82 Medalion (67,52%), tipe 2 sebanyak 31 Medalion (25,6%) dan tipe 3 sebanyak 7 Medalion (5,8%). Terjadi perkembangan ragam hias dari bentuk tipe I menuju bentuk tipe 3. Penelitian ini juga menunjukan adanya pola keletakan Medalion pada makam yang berada di dalam cungkup terhadap ghunongan. dan adanya kesinambungan ragam hias yang ada pada masa pra- Islam ke masa Islam, dalam hal ini ragam hias Medalion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsad
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa Klasik yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, baik candi yang berasal dari agama Hindu maupun Buddha. Pada Umumnya candi tersebut mempunyai banyak hiasan. Hal ini disebabkan candi tidak hanya berfungsi sebagai bangunan suci yang dipakai untuk tempat pemujaan para dewa, melainkan juga merupakan suatu bangunan dari hasil kesenian pada masa kebudayaan Hindu-Buddha yang bisa disebut sebagai masa Klasik. Salah satu ragam hias yang menarik untuk dikaji adalah ragam hias Kepala Kala terutama dari Candi yang berasal dari masa Klasik Muda (13-15 Masehi). Ragam Hias Kepala Kala pada Masa Klasik Muda mempunyai perbedaan dengan Kepala Kala Masa Klasik Tua terutama pada penggambaran Dagu dan cakar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari. Mencari unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat pada pengggambaran ragam hias Kepala Kala dan Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan dalam penggambaran ragam hias Kepala Kala tujuan dari penelitian ragam hias Kepala Kala ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis serta bentuk ragam hias penyusun Kepala Kala beserta variasi-variasinya. Dari variasi-variasi bentuk ragam hias tersebut akan menghasilkan tipologi setiap komponen ragam hias Kepala Kala yang diteliti. Diharapkan dari hasil tipologi tersebut dapat dipahami faktor penyebab terjadinya variasi-variasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Kepala Kala dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) baik dari data itu sendiri maupun hasil penelitian yang terdahulu. Hasil penelitian menunjukan pada umumnya ragam hias Kepala kala mempunyai Dagu, naga dan cakar, sesuatu yang jarang ditemui pada Kepala Kala masa Klasik Tua. Banyak variasi penggambaran bentuk rambut, hiasan rambut, hiasan telinga, bentuk alis dan lain. Penyebab perbedaan tersebut adalah dikarenakan kebebasan sang seniman dalam menciptakan ragam hias tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vera Novianty
"Berdasarkan analisis, diketahui bahwa terdapat lima tipe bentuk tembikar halus situs Leran, yaitu periuk, kendi, cawan,/mangkuk, guci, dan tutup . Periuk yangdiindentifikasi hanya satu tipe, yaitu periuk dengan bentuk badan bulat dengan berbagai variasi pada tepian. Kendi merupakan temuan yang paling dominan di antara tipe bentuk lainnya, terdiri dari dua subtipe; kendi yang tidak memiliki bagian payungan dan kendi yang memiliki bagian payungan dengan berbagai variasi bentuk tepian. Cawan halus terdiri dari dua subtipe; cawan tegak dan cawan terbuka. Wadah lainnya yang dapat diintifikasi adalah guci yang terdiri dari dua subtipe; guci kecil dan guci besar. Tutup dengan dua subtipe; tutup dengan bentuk tepian sederhana dan tutup dengan tutup tepian tidak sederhana dengan berbagai variasi bentuk tepian dan badan tutup. Semua wadah dibuat dengan teknik roda putar. Motif hias yang diindentifikasi pada tembikar halus Leran terdiri dari motif garis horisontal tunggal, motif garis horisontal ganda, motif garis vertikal tunggal, motif sisir vertikal, motif sisir miring, motif tambang, dan motif kelompok dengan teknik tekan, teknik gores, teknik cukil, dan teknik lukis. Hiasan paling banyak terdapat pada tepian dan badan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
"ABSTRAK
Ragam hias pra-Islam maksudnya adalah berbagai jenis ragam hias yang terdapat di candi-candi yang dibangun sebelum kedatangan agama Islam di Jawa. Dalam mengkaji ragam hias pra-Islam pada bangunan Islam di Jawa yang menjadi pokok perhatian adalah jenis ragam hias, keletakan ragam hias baik pada candi-candi masa Hindu-Buddha dan juga pada bangunan-bangunan masa awal Islam, dan juga sebab-sebab terjadinya kesinambungan penggunaan ragam hias pra-Islam tersebut pada bangunan-bangunan Islam.
Kajian ini bertujuan untuk mencari bukti-bukti adanya pertalian yang erat antara bentuk-bentuk ragam hias pra-Islam dengan ragam hias Islam yang semula terdapat pada bangunan masa Hindu-Buddha. Secara umum berupaya membuktikan adanya kesinambungan penggunaan ragam hias tersebut, hal mana sebenarnya tslah dikemukakan oleh para peneliti terdahulu.
Dalam mengkaji bermacam ragam hias yang terdapat di candi-candi masa klasik tua dan klasik muda serta bangunan-bangunan masa awal Islam dilakukan kunjungan langsung ke situsnya. Kemudian melakukan pengamatan dan menyusun suatu daftar kshadiran bermacamragam hias tersebut. Sifat penelitian ini kwalitatif, karena memperhatikan juga gaya ragam hias, dan bentuk-bentuk ragam hias yang sederhana dan raya.
Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai ragam hias yang menjadi bahan kajian dapat diketahui adanya beberapa ragam hias yang terus bertahan penggunaannya sejak masa Hindu-Buddha hingga masa Islam. Ragam hias itu populer, karena banyak dijumpai pada berbagai bangunan misalnya, sulur daun/ikal-mursal, medalion, tumpal/simbar, dan salib Portugis. Kesinambungan penggunaan ragam hias itu terjadi harena, (1) seniman masa awal Islam masih akrab dengan bentuk-bentuk ragam hias dari masa Hindu-Buddha, dan (2) penggunaan ragam hias pra-Islam dipsrbolehkan sejauh tidak bartentangan dengan kaidah agama Islam. Sementara itu ragam hias khas kesenian Islam yang baru muncul bsrsamaan dengan perkembangan Islam di Jawa contohnya kaligrafi Arab, dan stilasi figur makhluk hidup."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Purnaeni
"ABSTRAK
Penelitian mengenai ragam hias kain dilakukan berdasarkan ragam hias kain pada arca-arca batu di Museum Nasional Jakarta ( MNJ ). Tidak seluruh dari arca batu koleksi museum ini yang mempunyai ragam hias pada kainnya, hanya beberapa kain arca batu yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai ragam hias. Hal inilah yang menjadi satuan pengamatan pokok.
Dari hasil pengamatan terhadap ragam hias yang terdapat, diketahui ada beberapa tipe dan variasinya. Meskipun demikian masih dapat terlihat persamaan pada bentuk dasarnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada kaitan antara ragam hias pada kain arca dengan ragam hias batik, untuk mengetahui ragam hias apa saja yang digambarkan atau dipahatkan pada arca dan juga untuk mengetahui simbol atau lambang apa yang terkandung pada ragam hias dan kaitannya dengan status seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe dan kemudian menggunakan data kepustakaan hal ini disesuaikan dengan apa yang terdapat pada kain batik.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada kain arca setelah disesuaikan dengan ragam hias pada kain batik ternyata mempunyai persamaan dalam penggambaran bentuk pola dasarnya.
Dari bentuknya, ragam hias ini mempunyai persamaan dengan ragam hias jenis kawung, ceplokan, swastika (banji), ragam hias pinggiran tumpal dan udan liris pada kain batik. Ragam-ragam hias ini mengandung suatu arti perlambang (simbol) yang penting, sehingga kain dengan ragam hias ini khusus dipahatkan pada arca yang merupakan perwujudan seseorang. Pemakaian kain dengan ragam hias tertentu ini disebut ragam hias larangan pada kain batik. Di mana hanya kaum ningrat saja yang boleh memakainya, karena perkembangan zaman tirnbul hal yang menyebabkan teriadinya pergeseran di mana arti perlambang tidak lagi dianggap penting sehingga siapa saja baleh memakai ragam hias tertentu tanpa ada peraturan yang melarangnya.

"
1990
S11915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faqih Akbar
"Upaya rekonstruksi kronologi di kompleks percandi selama ini masih cenderung menggunakan metode penanggalan yang sifatnya relatif. Adanya kaitan antara proses pembangunan candi dengan objek astronomi memunculkan dugaan bahwa rekonstruksi kronologi dapat dilakukan dengan bantuan disiplin ilmu astronomi yang dipadukan dengan arkeologi. Kajian arkeoastronomi yang diaplikasikan pada bangunan di kompleks percandian Panataran akan menghasilkan informasi terkait waktu dimulainya pembangunan bangunan-bangunan tersebut. Hasil kajian ini kemudian digunakan untuk menyusun kronologi perkembangan kompleks percandian Panataran.

Until now, chronological reconstruction efforts at candis complex buildings still tend to use relative dating methods. The connection between the construction process of candi and astronomical objects raises the suspicion that chronological reconstruction can be carried out using the interdisciplinary integration between astronomy and archaeology. The archaeoastronomical study that applied to the buildings at the Panataran candis complex will giving infomartion related to the start of that buildings construction. The result of this study will be used to arrange the chronology of the development of Panataran candis complex."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitra Widinanda
"Menara mesjid merupakan sebuah bangunan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan pada awal perkembangannya. Seiring perkembangannya, terdapat pula fungsi-fungsi lainnya. Terdapat berbagai istilah untuk menyebutkan menara yang berasal dari bahasa Arab. Ma'dhana dan Mi'dhana yang berarti tempat menyerukan adzan dan Sawma'a yang berarti ruangan. Dalam bangunan mesjid sendiri bangunan menara bukan sesuatu hal yang wajib ada. Agam Islam sendiri tidak memberikan aturan khusus dalam pembangunan menara. Namun, di pulau Jawa beberapa mesjid memiliki bangunan yang bentuknya beragam. Pada menara-menara mesjid di pulau Jawa abad ke 15-19 M terdapat gaya-gaya yang di pengaruhi oleh budaya asing. Berdasarkan peiode waktunya maka pengaruh-pengaruh tersebut berasal dari Belanda, Arab, dan Hindu-Buddha.

The mosque's minaret have a lot of functions, one of them is for adzan. Originally the term minaret (menara) is from Arabic language: Ma'dhana, Mi'dhana and Sawma'a. Ma'dhana and Mi'dhana mean a place for adzan, while Sawma'a means a chamber. It is not essential for a minaret to be part of a mosque, as Islam doesn't have specific rules about minaret. However, in Java there are minarets in many forms from the 16-19th century. The styles of those minarets were influenced from the Hindu-Buddhist culture, Arabic countries and the Netherlands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>