Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Ellen Natalia
"
ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada temuan keramik Eropa dari Situs Pasar Ikan Jakarta yang berjumlah 1762 pecahan, dan merupakan koleksi Museum Sejarah Jakarta serta Museum Bahari. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keragaman bentuk, hiasan dan teknik pembuatan serta tempat asal dan kronelogi keramik Eropa yang ditemukan di Pasar lkan, sehinga mampu memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai keramik Eropa dari Situs Pasar Ikan Jakarta, mengetahui negara asal serta mengetahui masa pembuatan keramik tersebut.
Untuk mencapai hasil penelitian, dilakukan tahap-tahap penelitian yaitu: 1) pengumpulan data, berupa data kepustakaan serta data dari pengamatan langsung pada temuan keramik Eropa, 2) pengolahan data dengan cara menganalisis bahan dasar, bentuk, hiasan dan teknik pembuatan serta 3) penafsiran data untuk menentukan negara asal pembuat dan masa pembuatan keramik Eropa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keramik Eropa dari Pasar Ikan Jakarta terdiri dari piring, cangkir, mangkuk, kan, albarello, botol, pipa tembakau, tegel serta patung, yang didominasi oleh pipa tembakau (69,18 %). Tetuan keramik ini diperkirakan berasal dari tiga negara Eropa, yaitu Jerman, Belanda dan Inggris dan diproduksi pada abed 16 - 19 M. Keramik dari Jerman berupa botol dengan berbagai bentuk dan ukuran, keramik dari Belanda berupa pipa tembakau, piring, albarello, kan, tegel serta patung, dan keramik dari Inggris berupa piring, mangkuk, cangkir dan piring alasnya serta patung.
Dari bentuk-bentuk keramik Eropa yang ditemukan dalam penelitian ini, tampak bahwa benda keramik dari Eropa yang sampai ke Indonesia merupakan peralatan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti pipa tembakau, piring, cangkir, mangkuk, kan, botol serta albarello. Melalui temuan keramik Eropa ini juga terlihat bahwa benda-benda dari Eropa yang sampai ke Indonesia bukan hanya berupa peralatan sehari-hari saja, melainkan juga merupakan bahan-bahan cair seperti minuman keras dan air mineral yang disimpan dalam botol keramik berbagai bentuk serta benda-benda hiasan berupa patung dan tegel yang digunakan sebagai hiasan dinding.
Berdasarkan perbandingan antara bentuk-bentuk keramik Eropa ini dengan keramik Asia dari masa yang sama, terlihat bahwa pada abad 16 -19 M peralatan keramik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Indonesia tidak hanya didatangkan dari berbagai wilayah di Asia raja, tetapi juga didatangkan dari wilayah Eropa. Jadi meskipun penghasil keramik di berbagai wilayah Asia telah membuat bentuk-bentuk seperti piring, rnangkuk, cangkir, botol serta tegel dan hasil produksinya ini banyak yang didatangkan ke Indonesia, tampaknya benda-benda serupa tetap didatangkan dari Eropa walau dalam jumlah yang lebih kecil. Berdasarkan jumlah yang lebih kecil ini, terlihat bahwa keramik Eropa bukan merupakan barang yang diperdagangkan secara massal dalam jumlah besar atau barang dagangan yang diandalkan. Keramik Eropa kemungkinan di bawa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa atau masyarakat lainnya yang menggunakan keramik Eropa sarta untuk memenuhi pesanan. Selain itu, ada benda keramik untuk kebutuhan sehari-hari yang tidak diproduksi oleh penghasil keramik di Asia yaitu pipa tembakau, sehingga pipa tembakau harus didatangkan dan Eropa.
"
1997
S11995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiati
"Keramik kuno merupakan salah satu jenis benda yang diproduksi oleh manusia masa lalu untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka di dalam hidupnya. Pada prinsipnya pengertian keramik adalah setiap benda yang dibuat dari tanah liat, dan yang kemudian dibakar untuk memenuhi fungsinya. Pengertian dari istilah tersebut mancakup tiga macam benda yang dalam kepustakaan arkeologi dikenal sebagai: (1) "porselin" (porcelain), (2) "bahan-batuan" (stoneware), dan (3) "tembikar" (earthenware) (Ayat rohaedi et al. 1978:83; McKinnon et al. 1991). Porselin dan bahan-batuan dapat dibedakan secara tegas dengan tembikar karena kedua jenis benda keramik yang disebut terdahulu pada umumnya mempunyai beberapa ciri utama yaitu: benda tersebut dibuat dari bahan dasar tanah liat berwarna relatif putih yang dicampur dengan bahan-batuan tertentu (petuntze); permukaannya dilapisi dengan lapisan glasir; dan dibakar dengan suhu tinggi antara 1150° hingga 1350° C. Sementara tembikar memiliki beberapa ciri utama yang berbeda yaitu: benda dibuat dari bahan dasar tanah liat (biasa) yang dicampur dengan pasir, atau pecahan kerang, atau sekam pada permukaannya tidak dilapisi dengan lapisan glasir, dan dibakar dengan suhu rendah sekitar 900° C.
Oleh sebagian orang di Indonesia keramik berglasir sering disebut sebagai "keramik asing" (Ridho 1977, 1980, 1984; Hadimuljono 1980, 1985), sebaliknya tembikar disebut sebagai "keramik lokal". Kedua istilah tersebut untuk pertama kalinya muncul dalam penelitian yang dipimpin oleh Teguh Asmar dan B. Bronson di Rembang (Asmar et al. 1975). Dalam rangka kegiatan penelitian situs-kota oleh Indonesian Field School of Archaeology (IFSA) di Trowulan yang dipimpin oleh Mundardjito dan J. Miksic diputuskan bahwa istilah keramik mencakup pengertian dari ketiga macam benda seperti tersebut di atas (Mundardjito et al. 1992). Bagi para peneliti masa prasejarah Indonesia, istilah keramik lokal sering disebut sebagai "gerabah" (Soegondho 1993, 1995) atau juga sering disebut "kereweng" jika ditemukan dalam bentuk pecahan seperti dalam penelitian di Ratubaka (Asmar dan Bronson 1973). Namun beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak semua benda tembikar atau gerabah adalah keramik lokal yang dibuat di Indonesia. Ada di antara himpunan benda tembikar itu merupakan barang impor atau yang dibuat di luar Indonesia (Miksic dan Tack 1988, 1992). Pengertian keramik dalam tesis ini mencakupi "keramik berglasir" dan "keramik tidak berglasir" yang keduanya dapat dipastikan berasal dari luar Indonesia dan merupakan barang impor.
Berdasarkan ciri-ciri fisik yang tampak pada keramik-keramik tersebut dapat diindentifikasi asal daerah pembuatannnya dan pertarikhannya. Keramik-keramik impor yang ditemukan di Indonesia berasal dari berbagai negara seperti: Cina, Asia Tenggara (antara lain Thailand, Vietnam, dan Khmer), Timur Tengah, Jepang, dan Eropa (seperti Belanda, dan Jarman). Di antara negara-negara penghasil keramik tersebut, keramik dari Cina merupakan temuan yang paling banyak (de Flines 1969; Ridho 1993/94:20). Sementara itu cara memberi pertarikhan (dating) atas benda keramik ditemukan oleh masa pemerintahan dinasti-dinasti Cina, yang tahun awal dan akhir kekuasaannya dapat diketahui. Tarikh tertua dari keramik yang pernah ditemukan di Indonesia diketahui dari masa dinasti Han yang berkuasa di Cina tahun 202 SM hingga 202 M (Ridho 1977). Namun yang banyak ditemukan di Indonesia terutama keramik-keramik yang dibuat dari masa sesudahnya, yaitu dari masa dinasti Tang (abad VII-X), Lima dinasti (abad X), dinasti Song (abad X-XIII), dinasti Yuan (abad XIII-XIV), dinasti Ming (abad XIV-XVII), dan terakhir dinasti Ching."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T12558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Primananda
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengawasan pelaksanaan relokasi pemukiman Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Ada beberapa dasar teori yang digunakan dalam penulisan skripsi, yaitu: teori manajemen, teori manajemen perkotaan, teori pengawasan dan teori relokasi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan cara studi kepustakaan, pengumpulan data, dan studi lapangan dengan cara wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang terjadi pada pelaksanaan relokasi pemukiman Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara hanya berbentuk pengawasan melekat Waskat internal pemerintah. Namun, dalam pelaksanaannya belum optimal karena pemerintah menjalankan dua peran pada waktu bersamaan. Peran tersebut sebagai pelaksana dan sebagai pengawas, sehingga sulit dibedakan antara tugas utama yang mana sebagai pelaksana dan yang mana sebagai pengawas

ABSTRACT
This study aims to describe the supervision of resettlement relocation implementation of Pasar Penjaringan North Jakarta. There are several basic theories used for the analyzement of the research problems, namely management theory, urban management theory, supervision theory and theory of relocation. This study uses a qualitative approach, using data collection techniques by way of literature study, data collection, and field study by in depth interviews. The results in this research show that the supervision that occurs in the implementation of the relocation of settlement of Pasar Ikan, Penjaringan, North Jakarta is only limited to inherent supervision in the internal government Waskat . However, the results indicate that supervision is not yet optimal because the government runs two roles at the same time. Roles as an executor and as a supervisor, in which we need to distinguish between those role which one as an executor only and as a supervisor only."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Widiati
"ABSTRAK
Trowulan adalah sebuah situs besar yang terletak di dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Di dalam situs ini yang luasnya diperkirakan 10 X 10 kilometer terdapat sejumlah bangunan kuna Diantaranya ada sebuah bangunan yang dikenal penduduk sebagai Kubur Panggung.
Situs Kubur Panggung terletak di dukuh Nglingguk, Ke_lurahan Trowulan, Kecamatan Trowulan..Tempat tersebut dapat dicapai melalui jalan desa Trowulan-Troloyo yang membentang dari arah utara ke selatan pada kilometer 13 dari jalan raya Surabaya-Jombang .Lokasi tersebut ter_letak lebih kurang 2 kilometer di sebelah selatan dari ja_lan raya tersebut dan berada di sisi barat dari jalan de_sa .
Kubur Panggung adalah nama yang diberikan penduduk se_tempat terhadap suatu kompleks makam. Salah satu di antara makam-makam tersebut letaknya lebih tinggi...

"
1985
S12080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanki Melanie
"Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan dalam makanan dilarang oleh
kementerian kesehatan dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IV/88. Meskipun demikian, pada
beberapa tahun terakhir ini muncul pemberitaan mengenai maraknya penggunaan
formalin sebagai pengawet bahan makanan yang mudah membusuk seperti ikan dan
udang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penggunaan formalin pada ikan dan
udang segar yang dijual di Pasar Muara Angke, pasar tempat penjualan hasil laut
segar di Jakarta. Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formalin dalam
sampel ikan dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk
memperkuat hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif formalin dilakukan dengan
pereaksi Schryver sedangkan untuk analisis kuantitatif secara spektrofotometri UVVis
menggunakan pereaksi Nash. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi
0,0102 mg/L, batas kuantitasi 0,0341 mg/L, dan koefisien variasi 0,09%. Perolehan
kembali formalin dalam sampel ikan berkisar antara 89,79-109,58% sedangkan
dalam sampel udang udang 82,11-97,76%. Identifikasi terhadap enam sampel ikan
dan enam sampel udang menunjukkan hasil yang negatif dan hasil analisis kuantitatif
pada seluruh sampel memperkuat hasil yang diperoleh, yaitu tidak ditemukan adanya
formalin dalam sampel ikan dan udang segar di Pasar Muara Angke."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
"Dasawarsa setelah Perang Dunia II menunjukkan kemajuan teknologi yang teramat pesat dan banyak melahirkan ciptaan baru. Tidak hanya kepada penemuan peralatan dan mesin modern, tetapi juga membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Salah satu yang menonjol di bidang sosial-ekonomi dalam masyarakat kita adalah fenomena yang disebut sebagai pasar swalayan (super market) yang menggeser peranan pasar tradisional.
Pasar tradisional, sebagai suatu bentuk awal kegiatan ekonomi sederhana dalam kehidupan masyarakat Indonesia terutama di Batavia/Jakarta, mempunyai sejarah yang panjang. Ini dibuktikan dengan nama-nama sejumlah wilayah di kawasan DKI Jakarta yang mengambil nama pasar dan nama hari pasar, seperti: Pasar Ikan, Pasar Baru, Pasar Glodok, Pasar Tanah Abang, dan Pasar Senen.
Sejarah pemberian nama wilayah berkaitan dengan nama pasar dan hari pasar bermula dari aturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial di jaman VOC Hindia Belanda, kegiatan pasar ditentukan harinya untuk wilayah-wilayah tertentu. Jadi Pasar Senen yang dulunya dikenal sebagai Vinke Bazaar mendapat giliran hari pasar yang jatuh pada hari Senen. Demikian pula pasar juga merupakan suatu peristiwa sejarah pada waktu penyerangan tentara Mataram ke Batavia."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Fina
"Faizah Fina. Analisis Keramik Jepang Koleksi Musium Sejarah Jakarta. Di bawah bimbingan Dr. Heriyanti O. Untoro). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000 (xi + 125 hal, 1 peta,1 bagan, 6 tabel, 4 lamp, 51 Bab. 121-125). Keramik Jepang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis keramik yang ada di Batavia. Keramik Jepang ini memiliki beberapa keistimewaan, antara lain mempunyai jenis dan motif hiasan, serta warna yang beragam. Keramik Jepang dalam penelitian ini berjumlah 1095 pecahan, berasal dari Situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Musium Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik Jepang, terutama tipe-ripe apa yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1). Pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung terhadap keramik Jepang di musium dan wawancara terhadap ahli keramik. 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. 3) Penafsiran data, yaitu pembahasan mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik Jepang dengan data sejarah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keramik Jepang ini terdiri dari sembilan bentuk yaitu piring (722 buah), mangkuk (241 buah), botol (75 buah), guci (23 buah), tutup (21 buah), vas (5 buah), albarello (5 buah) dan terakhir cepuk (3 buah). Piring dan mangkuk terdiri dari dua tipe, sedangkan yang lain satu tipe. Pada piring hiasan yang terbanyak ialah hiasan piring VII, sedangkan pada mangkuk ialah Masan mangkuk I. Tipe piring dan mangkuk tersebut merupakan jenis keramik kasar (Coarse ware) yang dibuat pada tahun 1650 M sampai dengan tahun 1680 M. Dan basil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik Jepang merupakan salah satu komodilas perdagangan yang cukup diperhitungkan oleh VOC, disamping komoditas lainnya, misalnya rempah-rempah. Hal ini didasari oleh beberapa alasan yaitu pertama, VOC mendapat keuntungan dari penjualan keramik, sehingga VOC membuka kantor dagang di Jepang untuk memperoleh keramik. ketika kiln-kiln di Cina tidak memproduksi keramik. Masan kedua yaitu bukti tentang catatan harian perdagangan keramik oleh Volker yang selalu mencatat kapal-kapal atau junk junk yang membawa keramik."
2000
S11833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy S. Muntaha
"ABSTRAK
Produk photocopy paper adalah jenis produk kertas dengan ukuran 21 x 29,7 em atau
juga dikenal dengan kertas ukuran A4 yang umumnya digunakan sebagai media cetak untuk
mendukung kegiatan di perkantoran. Klasifikasi atas kualitas produk photocopy paper secara
umum dapat didasarkan atas tingkat brightness, yaitu tingkatan wama putih pada kertas, dan
grammature, yaitu tingkat ketebalan kertas dengan satuan unitnya adalah gsm. PT. Pindo Deli
Pulp & Paper adalah produsen kertas yang memiliki kemampuan untuk memproduksi produk
photocopy paper dan dalam kegiatan pemasarannya, PT. Pindo Deli menjual produknya di
pasar domestik maupun intemasional.
Salah satu pasar yang dituju oleh PT. Pindo Deli untuk memasarkan produk PPC
Adalah Negara-negara Eropa. Alasan untuk memasarkan produk tersebut ke Eropa karena
besamya tingkat permintaan untuk produk photocopy paper yakni sebesar 300.000 MT per
bulan. Sampai dengan tahun 2002 PT. Pindo Deli telah berhasil menjual produk PPC ke pasar
domestik dan intemasional rata-rata seoesar 15.500 MT per bulan, dimana kontribusi
penjualan produk PPC ke Eropa mencapai 7.000 MT per bulannya atau setara dengan 46%.
Besarnya tingkat permintaan produk photocopy paper di Eropa juga disebabkan oleh
banyaknya negara yang tercakup dalam wilayah tersebut. Terhitung berdasarikan data yang
dimiliki oleh PT. Pindo Deli tentang jumlah negara-negara di Eropa sebagai daerah pemasaran
adalah sebanyak 19 negara dan saat ini PT. Pindo Deli baru bisa memasarkan produk PPC-nya
ke 11 negara. Dengan luasnya cakupan wilayah pemasaran dan juga keterbatasan fungsifungsi
distribusi yang dimiliki oleh PT. Pindo Deli di wilayah Eropa maka altematif
pengembangan jalur distribusi sekaligus sebagai modus entry strategy yang dipilih adalah
dengan menjual produk PPC ke pihakpaper merchants.
Produk photocopy paper dipasarkan ke Eropa dengan menggunakan dua strategi
branding, yakni produk PPC yang menggunakan mill brand dan private brand. Mill brand
adalah brand untuk produk PPC yang dikembangkan, dimiliki, dan diproduksi oleh PT. Pindo
Deli, sedangkan private brand adalah brand produk PPC yang dimiliki oleh paper merchants
namun diproduksi di PT. Pindo Deli. Penerapakan kedua strategi branding ini mampu
mendorong peningkatan volume penjualan produk PPC ke pasar Eropa dari kurun waktu tahun
2000- 2002. Fokus penulisan pada karya akhir ini akan membahas lebih mendalam tentang
efektifitas strategi branding yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli yang diterapkan ke pasar
Eropa.
Metodologi penelitian yang dilakukan untuk penulisan karya akhir ini adalah melalui
penelitian eksploratif terhadap data sekunder dari PT. Pindo Deli dan wawancara dengan
pihak-pihak terkait. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa untuk memasarkan
produk PPC dari PT. Pindo Deli ke pasar Eropa, peran dari pihak paper merchants sangat
dominan. Paper merchants merupakan pintu gerbang keberhasilan PT. Pindo Deli
memasarkan produk PPC ke Eropa agar volume penjualan semakin bertambah besar dan disisi
lain paper merchants merupakan pihak yang turut menentukan jumlah atau banyaknya PPC
mill brand dan private brand yang diproduksi oleh PT. Pindo Deli. Oleh karena itu fungsi
kontrol terhadap pfoses distrbusi secara menyeluruh tidak dapat dilakukan secara maksimal
oleh PT. Pindo Deli karena sistem perdagangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah
sistem beli-putus, dimana terjadi perpindahan kepemilikan atas produk yang diperdagangkan
dari pihak PT. Pindo Deli ke pihak paper merchants pada saat produk PPC menuju atau
sampai di Eropa.
Hasil analisis terhadap PT. Pindo Deli untuk produk PPC juga memperlihatkan bahwa
PT. Pindo Deli memperlakukan produk PPC lebih besar dari sisi produknya dan bukan dari sisi branding. Hal tersebut disebabkan oleh tuntutan pihak manajemen PT. Pindo Deli kepada
pihak sales dan marketing untuk memaksimalkan volume penjualan PPC secara total karena
kapasitas produksi yang dimiliki adalah sebesar 21.000 MT per bulan sedangkan volume
penjualan tahun 2002 baru mencapai 15.500 MT per bulan. Sehingga branding diperlukan
hanya untuk sebagai nama atau label agar volume penjualan photocopy paper ke Eropa bisa
lebih besar dari pencapaian 7.000 MT per bulan seperti yang telah dicapai pada tahun 2002.
Hambatan yang ditemui dalam melakukan penelitian untuk menilai efektifitas strategi
branding yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli untuk produk photocopy paper ke Eropa adalah
ketidaktersediaan informasi tentang kinerja paper merchants di Eropa. Sehingga pembahasan
lebih terfokus tentang bagaimana PT. Pindo Deli memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh
paper merchants dalam hal distribusi produk PPC di Eropa sehingga volume penjualan dapat
lebih besar denga11 menggunakan strategi branding-produk PPC mill brand dan private brand.
Dengan tidak mendapatkan informasi tentang pihak paper merchants maka informasi tentang
produk PPC serta preferensi atas brand produk PPC yang diminati di pasar Eropa secara
langsung tidak dapat digali lebih mendalam.
PT. Pindo Deli selaku produsen produk PPC tetap menginginkan produk PPC yang
menggunakan mill brand menjadi brand yang dominan dipasarkan di Eropa sehingga lambat
laun posisi mill brand semakin besar dan kuat di pasar Eropa. Untuk mendukung keinginan
tersebut maka PT. Pindo Deli dapat menjalankan sebuah pilot project dengan menerapkannya
di negara Spanyol dengan tujuan meningkatkan volume penjualan produk PPC mill brand. Hal
tersebut didukung dengan volume penjualan PPC mill brand ke Spanyol yang cukup sudah
besar dan ditambah dengan tingginya tingkat perminta&n produk PPC di negara tersebut
hingga mencapai 6.300 MT per bulan dimana hampir setara dengan total penjualan produk
PPC ke seluruh Eropa sebesar 7.000 MT per bulan.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"ABSTRAK
Walaupun sejak lama diketahui bahwa diwilayah DKI Jakarta banyak ditemukan Beliung Persegi, namun penelitian yang mendalam mengenai benda ini masih amat terbatas, dan terkesan hanya bersifat pengumpulan artefak belaka. Analisis terhadap artefak ini hanya dilakukan sepintas. Para peneliti terdahulu antara lain Hoop (1941) Geldern (1945) Heekeren (1972) dan Pramono (1985) baru mengulasnya secara tipologis.
Berdasarkan kenyataan itu, penelitian ini berupaya mengkaji aspek fungsi beliung persegi dari jejak pakainya. Dari analisis jejak pakai diketahui bahwa beliung persegi dari beberapa situs di Jakarta digunakan sebagai alat untuk aktivitas nembelah (cleaving), mengampak (adzing), serta aktivitas mengerat /mengatam (whittling).
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ossi Trimayasari
"Trimayasari. Analisa Keramik Temuan Dari Marunda, DKI Jakarta: Kaleksi Museum Sejarah Jakarta (di bawah bimbingan Ronny Siswandi, SS. MA.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Analisa keramik dari Marunda meliputi analisa terhadap bentuk, hiasan dan teknologi. Dari analisa tersebut dapat diperoleh pertanggalan dan tempat asal pembuatan keramik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keberadaan keramik dari Marunda. Dengan demikian digunakan perbandingan dengan pasar lkan. Dipilihnya Pasar Ikan karena kedekatan wilayah dan merupakan bandar keramik. Analisa temuan keramik dari Marunda yang telah dilakukan menghasilkan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming akhir - Ching akhir abad ke-17 M - 20 M, kemudian Jepang berasal dari abad ke-17 M - 20 M, dan Eropa dari abad ke-19 M - 20 M. Berdasarkan temuan keramik dan didukung beberapa peninggalan sejarah yang masih ada, serta ditunjang oleh data sejarah diperoleh dugaan bahwa Marunda mulai berkembang sejak abad ke-17 M dan meningkat pada abad ke-19 hingga saat ini. Penelitian keramik. Pasar Ikan yang diperoleh dari Laporan HasiI Ekskavasi (1980) menunjukan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming - Ching akhir abad ke-15 M - 20 M. Jepang abad ke-17 M - 18 M, Eropa abad ke-17 M - 19 M. Persia abad ke-17 M - 19 M, Siam abad ke-14 M - 19 M, dan Vietnam abad ke-15 M - 16 M. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah, Pasar Ikan telah menjadi bandar utama perdagangan keramik sejak abad ke-17 M dan abad ke-18 M. Sedangkan fase pemukiman yang paling ramai ialah dari abad ke-17 M hingga 19 M. Perbandingan antara keramik dari Marunda dan Pasar Ikan meliputi bentuk, pertanggalan dan tempat asal pembuatan, serta mutu keramik. Berdasarkan hasil analisa keramik dari. Marunda dan Pasar Ikan, diantara keduanya dilakukan perbandingan. Hasil yang diperoleh yaitu: 1.Variabilitas bentuk lebih tinggi di Pasar Ikan daripada di Marunda, hal ini mengingat Pasar Ikan merupakan bandar keramik.. 2.Variabilitas tempat asal pembuatan, lebih tinggi di Pasar Ikan dibanding di Marunda. Hal ini diduna Marunda memiliki selera tertentu. 3.Variabilitas kronologi menunjuk.an Pasar Ikan lebih dulu berkembang daripada Marunda. 4. Populasi keramik terbanyak antara Marunda dan Pasar Ikan berasal dari abad ke-18 M - 19 M sedangkan puncak, perdagangan keramik abad ke-17 M - 18 M. Dugaan yang dapat diajukan, perdagangan keramik lokal justru semakin ramai/ bebas setelah pengaruh monopoli VOC semakin berkurang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>