Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Dewi Trisna
"Tulisan ilmiah ini berisi tentang hasil penelitian terhadap artefak tembikar prasejarah dari Situs Pasir Angin, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini atas ijin dan menggunakan data tembikar Pasir Angin yang terdapat dan tersimpan di Pusat Arkeologi Nasional. Jakarta. Hal-hal yang menjadi pokok penelitian adalah bentuk, ragam hias, dan teknologi yang tertuang dalam artefak tembikar prasejarah tersebut. Pada penjelasan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ketiga pokok penelitian tersebut saling dihubungkan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang saling berkaitan antara bentuk-bentuk artefak tembikar dengan ragam hias yang menyertainya. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan kesimpulan yang berkaitan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menghasilkan bentuk-bentuk dari artefak tembikar prasejarah dari Situs Pasir Angin"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Setyo Saputro
"Penelitian ini membahas jejak pakai alat tulang di SitusGua Pawon. Berdasarkan jejak pakai tersebut akan diketahui penggunaan alat tulang. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan pada bagian tajaman alat tulang guna mengetahui bentuk jejak pakai. Pengamatan tersebut dilakukan dengan alat bantu berupa kaca pembesar dan kemera SLR...

Focus of this undergraduate thesis is about use wear of bone tools at Gua Pawon site. Base of this use wear will known the use of bone tools. The Research was done by observing the bevel part of bone tool. Observation were made with the help of magnifying glasses and SLR camera..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11567
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siswoyo Adi
"Anyaman dan tenunan dimasa lalu belum pernah atau jarang ditemukan. Hal ini disebabkan bahan bakunya tak bertahan terhadap kondisi alam dalam jangka waktu yang lama, kalaupun bertahan telah membatu. Oleh karena itu penelitian terhadap teknologi ini beralih kebekas jejaknya saja (matriks). Diantaranya melalui temuan gerabah. Hias anyam dan tenun yang menghiasi gerabah dari situs Gunung Wingko, memiliki jumlah dan jenis variasi yang tak terdapat di situs sejaman lainnya di Indonesia. Hal ini menyebabkan situsnya menjadi khas, Dari penelitian situsnya, sedikit sekali yang membahas mengenai artefak gerabah, terlebih pada teknik anyam dan tenun yang terlepas dari hias gerabah.
Dalam penelitian ini dibahas motif hias anyam dan tenun. Tujuannya adalah mengungkapkan teknik-teknik dart pola serta cara pembentukannya dan menyusunnya kedalam suatu perkembangan pola-pola teknik. Penerapan dalam bidang arkeologi, adalah mem_peroleh teori mengenai prinsip teknologi anyam, disamping secara praktis dapat digunakan sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi suatu motif anyam dan tenun pada gerabah.
Untuk mencapai tujuannya, metode yang digunakan antara lain analisis khusus, analisis stratigrafia.dan seriasi, dan analog terbatas dengan mengkaitkan pada metode pengamatan barang tenun yang dipakai pada industri pertekstilan sekarang. Adapun hasilnya, bahwa situs ini telah mengenal tenun dan anyam dengan pola-pola berupa; kepang, tikar, bagor, dan kain. Perkembangan teknik cara-buat tersebut, mendapatkan pula per_bedaan bahan-baku yang digunakan. Dan penelitian ini masih perlu diujikan lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S11976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Pramadyati Setiawan
"Adanya kehidupan yang lebih menetap ini mendorong berkembangnya pola pikir dan tingkat kecerdasan, khususnya pada teknologi pembuatan peralatan sehari-hari, termasuk peralatan dari bahan bebatuan. Di Indonesia, adanya konsep pembuatan alat batu yang yang lebih sempurna dan sesuai dengan tujuan penggunaannya berlangsung pada periode Preneolitik. Penelitian terhadap artefak batu periode Prenelolitik di Indonesia telah banyak dilakukan pada daerah-daerah gua dan ceruk di sekitar perbukitan karst di Sulawesi dan Jawa. Namun, penelitian mengenai artefak batu dari periode Preneolitik di wilayah Sumatera masih jarang dilakukan. Salah satu situs yang menghasilkan artefak batu dari periode Preneolitik adalah Situs Gua Pondok Selabe-1, Baturaja, Sumatera Selatan. Permasalahan penelitian yang diajukan terhadap alat batu dari Situs Gua Pondok Selabe-1 adalah bagaimana tipologi alat batu yang ditemukan, bagaimana karakteristik alat batu, serta bagaimana pemanfaatan bahan baku pada situs ini. Untuk mencapai tujuan penelitian dalam upaya mengetahui tipe-tipe, karakteristik serta pemanfaatan alat batu yang terdapat pada Situs Gua Pondok Selabe-l, maka dilakukan beberapa tahapan penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap aspek kualitatif dan kuantitatif dengan mengamati unsur-unsur teknologi batu yang dijadikan atribut sehingga dihasilkan beberapa klasifikasi. Pengamatan aspek kualitatif dan kuantitatif tersebut meliputi analisis morofologi, analisis bahan baku, analisis permukaan alat, serta analisis khusus pada bagian tajaman alat yang meliputi lokasi, bentuk dan jenis tajaman alat. Setelah dilakukan klasifikasi, didapatkan tiga tipe kelompok alat yaitu tipe serpih, tipe bilah dan tipe batu inti yang umumnya berukuran kecil dengan bentuk tidak beraturan dan mencerminkan teknologi pembuatan yang masih sangat sederhana. Ketiga tipe tersebut dapat dikelompokkan lagi berdasarkan adanya jejak pakai berupa retus buat dan retus pakai sehingga dihasilkan kelompok tipe alat serpih, tipe alat bilah, tipe serpih dipakai, tipe bilah dipakai dan tipe batu inti dipakai. Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar situs antara lain rijang, andesit, fosil kayu, jasper, tufa, gamping dan kalsedon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koppe, Erns Friedel
Jakarta: Katalis, 1989
621.9 KOP d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Novianty
"Berdasarkan analisis, diketahui bahwa terdapat lima tipe bentuk tembikar halus situs Leran, yaitu periuk, kendi, cawan,/mangkuk, guci, dan tutup . Periuk yangdiindentifikasi hanya satu tipe, yaitu periuk dengan bentuk badan bulat dengan berbagai variasi pada tepian. Kendi merupakan temuan yang paling dominan di antara tipe bentuk lainnya, terdiri dari dua subtipe; kendi yang tidak memiliki bagian payungan dan kendi yang memiliki bagian payungan dengan berbagai variasi bentuk tepian. Cawan halus terdiri dari dua subtipe; cawan tegak dan cawan terbuka. Wadah lainnya yang dapat diintifikasi adalah guci yang terdiri dari dua subtipe; guci kecil dan guci besar. Tutup dengan dua subtipe; tutup dengan bentuk tepian sederhana dan tutup dengan tutup tepian tidak sederhana dengan berbagai variasi bentuk tepian dan badan tutup. Semua wadah dibuat dengan teknik roda putar. Motif hias yang diindentifikasi pada tembikar halus Leran terdiri dari motif garis horisontal tunggal, motif garis horisontal ganda, motif garis vertikal tunggal, motif sisir vertikal, motif sisir miring, motif tambang, dan motif kelompok dengan teknik tekan, teknik gores, teknik cukil, dan teknik lukis. Hiasan paling banyak terdapat pada tepian dan badan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevy Maradona
"Bekal kubur adalah benda-benda atau hal-hal lain (yang dapat berupa orang/hewan) yang dikubur bersama dengan mayat; dianggap berfungsi sebagai bekal untuk roh orang yang meninggal dalam perjalanan ke alam baka/digunakan (dimanfaatkan) oleh roh di dunia arwah. Dari berbagai jenis bekal kubur yang d temukan, tembikar adalah jenis bekal kubur yang paling dominan dan umum ditemui. Di Indonesia, kehadiran bekal kubur dalain konteks penguburan prasejarah diperkirakan baru muncul pada masa perundagian. Ada beberapa situs penguburan yang teretak di daerah pesisir, yang sekilas memiliki temuan bekal kubur yang hampir sama seperti tembikar, manik-manik, dan benda-benda yang terbuat dari logam, yaitu situs Anyer, Plawangan, dan Gilimanuk. Tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Anyer, Plawangan dan Gilimanuk setelah diidentifikasi terdiri dari jenis- jenis periuk, cawan, lempayan, kendi dan piring serta benda-benda terakota lainnya. Tembikar yang paling umum digunakan sebagai bekal kubur adalah periuk. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tembikar-tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di ketiga situs memiliki beberapa persamaan-persamaan seperti dari bentuk, ukuran, teknik buat, teknik penyelesaian, tenik khas, motif dan pola hias serta dari konteksnya dalarn ruang kubur. Dari bentuknya tembikar-tembikar bekal kubur diketiga situs dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk umum, yaitu tembikar bulat dan tembikar berkarinasi. Muncul variasi-variasi bentuk pada masing-masing tipe tembikar, dan umumnya variasi yang muncul adalah bagian leher dan kaki. Dari ukuran diketahui bahwa rata-rata ukuran tinggi periuk adalah 10,9 cm, cawan 5,8 cm, kendi 21 cm, piring 2,4 cm, tempayan 32,8 cm. Dari ukuran diameter diketahui bahwa rata-rata diameter periuk adalah 12,9 cm, cawan 15,6 cm, kendi 19,5 cm, tempayan 40,3 cm, piring 13,3 cm. Teknik buat tembikar memiliki ciri yang berbeda tiap situsnya. Tembikar situs Anyer umurnnya dibuat dengan teknik pijit walaupun ada juga yang dibuat dengan teknik roda putar dan pijit, tembikar situs Piawangan seluruhnya dibuat dengan teknik roda putar tatap landas, dan tembikar Gilimanuk. semuanya dibuat dengan teknik roda putar pijit. Teknik penyelesaian permukaan tembikar bervariasi antara diupam dan tidak diupam, serta ada yang dislip. hiasan pada pada tembikar bekal kubur_ umumnya motif-motif geometris yang dibuat dengan teknik gores, tera, dan tempel. Pengecualian terdapat pada situs Gilimanuk yang memiliki hiasan dengan motif wajah manusia dan situs Piawangan yang memiliki hiasan yang dibuat dengan teknik lukis. Jumlah bekal kubur yang disertakan terbagi ke dalam kelas-kelas. Sedikitnya ada 8 kelas yang muncul, mulai dari yang paling sedikit, yaitu 1 bekal kubur hingga yang paling banyak yaitu 8 bekal kubur. Penyertaan bekal kubur dengan kuantitas tertentu dipercaya melambangkan status sosial tertentu Pula, Semakin banyak barang bawaannya ke alam kubur maka semakin tinggi status sosial si mati. Selain itu dipercaya juga bahwa barang-barang yang, dibawa sebagai bekal kubur nantinya akan digunakan sebagai harta kekayaan si mati di kehidupan di alam roh. Apabila tembikar yang dikuburkan hanya berjumlah 1 atau 2 saja maka ia biasa diletakkan di dekat kepala, sekitar badan, dan di daerah kaki. Tetapi bila tembikar bekal kubur yang disertakan dalam jumlah banyak, biasa diletakkan berjejer di samping rangka atau diletakkan tersebar di sekelilingnya. Variasi bekal kubur di ketiga situs ini umumnya terdiri dari bekal kubur sejenis, bekal kubur dengan 2 jenis, bekal kubur dengan 3 jenis, dan bekal kubur dengan 4 jenis. Bekal kubur yang hanya terdiri dari satu jenis banyak ditemukan, dan umumnya seperti yang telah dikatakan di atas adalah tembikar jenis periuk. Bekal kubur dengan 2 jenis biasanya terdiri dari periuk dan cawan atau periuk dan piring tetapi yang paling sering muncul adalah periuk dan cawan. Bekal kubur dengan 3 jenis umumnya terdiri dari periuk, cawan dan kendi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Eko Prasetyo
"Alat batu merupakan peralatan manusia yang paling sederhana. Teknologi pembuatan alat batu mengalami perkembangan dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat yang sulit. Diperlukan adanya metode secara sistematis untuk dapat mengidentifikasi pengenalan tanda-tanda atau indikator lainnya yang terdapat pada alat batu. Pengetahuan tentang alat batu sebagai salah satu awal kebudayaan manusia daps: memberikan gambaran tingkah laku budaya pada masa prasejarah. Bertolak dari uraian tersebut, dilakukan penelitian tentang temuan artefak batu yang berasal dari Situs Daerah Aliran Sungai Ogar, Sumatera Selatan. Artefak ini seluruhnya merupakan koleksi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Penelitian yang dilakukan meliputi tipologi dan teknologi artefak batu. Metode pada kajian ini menitikberatkan pada analisis khusus terhadap artefak batu yang meliputi ukuran, bahan batuan, bentuk, retus, keadaan permukaan dan ciri-ciri teknologis lainnya yang terdapat pada artefak batu. Dari analisis yang telah dilakukan, diperoleh 21 buah tipe. Artefak batu yang terdapat pada Situs Daerah Aliran Sungai Ogan didominasi oleh alat-alat masif dengan pengerjaan yang sederhana yang merupakan ciri dari teknologi masa Paleolitik. Namum demikian, kondisi situs yang memiliki bahan batuan yang berlimpah, serta letak situs yang strategis dapat mempengaruhi kehidupan masa lalu pada situs ini. Kemudahan yang didapat oleh para pendukung kebudayaan masyarakat prasejarah pada situs ini, memungkinkan adanya suatu pola teknologi yang bertahan lama, yaitu teknologi Paleolitik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmaini Eriawati
"Masalah pengenalan cara pakai peralatan masa lalu. Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penelitian arkeologi adalah masalah interpretasi cara pakai suatu peralatan masa lalu, yang merupakan bagian dari masalah yang lebih besar, yaitu tingkah laku manusia pada masa lalu. Menurut teori-teori dasar arkeologi, proses tingkah laku dalam kegiatan pakai ini digolongkan ke dalam teori pradeposisi yang memasalahkan hubungan sistematik antara benda sebagai hasil kebudayaan materi dan tingkah laku manusia dalam konteks sistem atau dalam masyarakat yang masih hidup. Salah satu sebab mengapa penelitian mengenai masalah interpretasi cara pakai peralatan pada masa lalu belum banyak dilakukan ialah sangat terbatasnya data yang diperoleh. Hampir semua temuan yang didapat keadaannya fragmentaris dan telah mengalami proses transformasi, baik kualitatif, kuantitatif, formal, maupun relasional."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>