Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esti Utami
"Pada bangunan-bangunan kuna yang mempunyai halaman serta pager berlapis-lapis biasanya akan ditemukan gapura atau pintu gerbang yang berfungsi sebagai pintu masuk maupun pintu penghubung antar halamannya. Bangunan-bangunan tersebut pada umumnya memakai gapura candi bentar sebagai pintu gerbang pertama kemudian untuk rnemaauki_ halaman kedua dan seterusnya digunakan gapura bentuk paduraksa. Penelitian gapura-gapura yang terdapat pada kompleks bangunan kraton Yogyakarta bertujuan untuk rnengetahui adanya hubungan antara bentuk gapura dengan bangunan_bangunan di sekitarnya, bagaimana bentuk hubungan tersebut serta untuk mengetahui hubungan antara bentuk gapura dengan keletakannya di dalam kompleks kraton. Adapun metode penelitian yang digunakan meliputi tahap pengumpulan data, pengolahan data dan tahap eksplanasi. Pertama-tama, dilakukan pengumpulan data kepustakaan kemudian ke-16 gapura kraton dicatat, diukur dan dipotret. Pada tahap pengalahan data dilakukan pemilahan-pemilahan bentuk serta ragam hias gapura kemudian dicari hubungan antara gapura dengan bangunan di sekitarnya. Pada tahap eksplanasi diadakan tinjauan bentuk, keletakan dan tinjauan kronologi gapura kraton. Hubungan antara gapura dengan bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat pada persamaan penggunaan nama, bentuk asap tradisional rumah Jawa, ragam hias serta adanya penyelarasan bentuk serta ukuran antara gapura dengan pagar dan bangunan di dalamnya. Penerusan tradisi seni bangunan Hindu pada gapura-_gapura kompleks kraton Yogyakarta ternyata hanya terlihat pada bentuk gapuranya saja, yaitu dengan dikenalnya gapura candi bentar dan gapura paduraksa. Sedangkan pengaruh tradisi tentang bentuk dan ketetakan sudah tidak terlihat lagi karena gapura A dan gapura M yang merupakan pintu masuk pertama dari arah utara dan selatan memiliki bentuk paduraksa. Tata letak gapura tersebut mungkin terjadi akibat dari perkembangan jaman"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sijabat, Bigiata
"Istilah gapura berasal dari bahasa Sansekerta yaitu ghopuram. Gapura adalah pintu yang terdapat di pagar keliling suatu bangunan yang memiiiki halaman, sehingga berfungsi sebagai penghubung halaman tersebut Bingkai pintunya dibuat dengan ukuran besar, sehingga sekitar pintu tersebut merupakan bangunan tersendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Qadarsih
"Skripsi ini membahas tentang tinjauan keletakan dan bentuk bangunan-bangunan sudut di Bandung pada tahun 1900-1940 dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakan. Jumlah objek penelitian yang digunakan adalah 50 bangunan sudut. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara mangelompokan bangunanbangunan sudut dalam keletakan, yaitu letak di persimpangan jalan (pertigaan, perempatan, perlimaan jalan), dan bentuk, (denah, keberadaan menara, bangunan bertingkat, jumlah tampak muka, keberadaan halaman depan) di setiap sektor. Hasil analisis berupa jumlah dominan bangunan sudut di setiap kelompok dan sektor. Setelah itu hasilnya dikaitkan dengan perkembangan kota dan arsitektur di Bandung.

Focus of this undergraduate thesis is about observation location and form of corners building at Bandung in 1900 until 1940. Total objects of this research are fifty corners building at Bandung. Method used in this research make groups of corners building in two parts, such as location (locate building at crossroad) and form (ground plan, have a tower, high building, total fa_ade, and have yard in front of building) each sector. Analysis result indicated that is total dominant of corners building each groups and sector. Then, analisys result relate with development of city and architecture at Bandung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utaminingsih
"ABSTRAK
Penelitian mengenai bangunan-bangunan sitinggil pada kompleks keraton Kasepuhan ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberi gambaran lengkap mengenai bentuk bangunan-bangunan sitinggil yang terdapat pada kompleks kraton Kasepuhan dan bangunan-bangunan serupa yang telah ada pada masa sebelumnya, berupa penggambaran pada relief di candi-candi masa Majapahit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pertama, tahap penggumpulan data: dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung yang di dalamnya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pencatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan; serta studi kepustakaan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan .penelitian. Kedua, tahap pengolahan data: dilakukan dengan melakukan pemeriari dan analisis terhadap bentuk bangunan_bangunan sitinggil yang terdapat pada halaman kraton Kasepuhan tersebut. Sclanjutnya, ketiga, yaitu tahap penafsiran data: dilakukan dengan melakukan perbandingan bentuk bangunan-bangunan sitinggil dengan bangunan-bangunan yang rnempunyai bentuk serupa yang terdapat pada relief di candi-candi Majapahit. Selain itu juga digunakan juga sumber-sumber sejarah sebagai data penunjang. Hasilnya menunjukkan bahwa, terdapat banyak persamaan bentuk antara bangunan-bangunan sitinggil dengan gambaran bangunan-bangunan yang terdapat pada relief di candi-candi dari masa Majapahit. Ternyata persamaan-persamaan itu menunjukan terdapatnya suatu kesinambunganan konsepsi maupun gaya seni bangunan Jawa-Hindu, khususnya dari periode Jawa Timur dalam hal ini Majapahit yang tetap berlanjut hingga ke masa Jawa-Islam, dalam hal ini Cirebon.

"
1996
S12029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Abdullah
"Dedy Abdullah. Bangunan Berundak di Jawa Barat : Kajian Aspek Bentuk dan Keletakan (dibawah bimbingan R. Cecep Eka Permana, M.Si.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Penelitian tentang bangunan berundak di Jawa Barat ini dilakukan terhadap 20 bangunan berundak berdasarkan kajian aspek bentuk dan keletakannya. Kajian yang dilakukan terhadap data pada dasarnya adalah pengamatan terhadap unsur-unsur atau variabel bentuk dan variabel keletakan yang merupakan atribut utama. Kajian ini termasuk dalam kajian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan klasifikasi taksonorni yang bertujuan membentuk tipe, dan melakukan korelasi yang bertujuan mendapatkan generalisasi tentang bangunan berundak yang terdapat di Jawa Barat. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa atribut yang paling kuat yang merupakan atribut pembentuk tipe adalah atribut denah halaman. Dan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada 5 tipe utama bangunan berundak dengan jumlah yang berbeda-beda, dan beberapa tipe diantaranya memiliki beberapa lagi sub tipe bangunan berundak. Yang pertama adalah bangunan berundak tipe anak tangga yang terdiri dari 4 sub tipe. Kemudian bangunan berundak tipe piramida yang terdiri dari 3 sub tipe. Selanjutnya bangunan berundak tipe teras berderet yang terdiri dari bangunan berundak saja. Yang keempat adalah bangunan berundak tipe segitiga dan terdiri dari 1 bangunan berundak saja. Dan yang terakhir atau yang kelima adalah bangunan berundak tipe setengah lingkaran yang terdiri dari 4 sub tipe. Mengenai pola keletakan antara bangunan berundak dengan beberapa variabel keletakan yaitu antara lain gunung, sumber air, pemukiman, sawah, ladang, dan hutan adalah sebagai berikut: letak gunung adalah selalu di belakang situs, dimana gunung tersebut menjadi arah hadap dari bangunan berundak. Kemudian letak pemukiman dan sumber air terletak di depan bangunan berundak. Hal ini mungkin disebabkan lokasi yang lebih rendah dan permukaan tanahnya cenderung lebih rata, sehingga diperkirakan akan mempermudah dalam mendapatkan sumber air dan melakukan aktivitas para pendukung budaya bangunan berundak yang bersifat profan. Sedangkan keletakan sawah, ladang, dan hutan dari bangunan berundak tidal: menunjukkan adanya suatu pola tertentu. Sawah, ladang, atau hutan terletak secara acak di sekitar situs bangunan berundak, bisa di depan situs, di samping situs, ataupun di belakang situs"
2000
S11845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Yuliarti Isabella
"
ABSTRAK
Tegel adalah sebuah benda berbentuk pipih dan tipis, terbuat dari tanah liat yang dibakar, umumnya digunakan untuk bahan atap, lantai, dan perapian, juga dapat digunakan sebagai hiasan pada dinding untuk ruang dalam dan luar dari suatu bangunan. Berdasarkan jenisnya tegel dibagi menjadi, dua yaitu tegel polos dan berhias.
Hiasan yang terdapat pada tegel ada dua jenis yaitu hiasan lepas yang terdiri dari ragam hias flora, fauna, geometris, manusia serta pemandangan. Untuk jenis kedua adalah hiasan naratif berupa hiasan berisi adegan-adegan cerita yang memperlihatkan sejumlah peristiwa dari Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tegel dengan hiasan naratif ini seperti yang didapati di landhuis Reinier de Klerk, Jakarta Barat.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: memperoleh gambaran tentang tegel-tegel yang berada di landhuis Reinier de Klerk beserta kisah-kisah dari Alkitab yang dimunculkan pada tegel serta maksud keberadaannya di landhuis tersebut.
Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah: (1) studi kepustakaan, (2) pengamatan terhadap tegel dengan memperhatikan semua yang digambarkan pada keseluruhan adegan cerita yang ditampilkan. Pada saat melakukan pengamatan yang harus diperhatikan adalah: tokoh yang dimunculkan, atribut tokoh tersebut, dan sikap tokoh sehingga dapat diketahui kisah yang digambarkan pada tegel tersebut.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: berdasarkan hasil identifikasi terhadap 819 buah yang menghiasi dinding landhuis Reinier de Klerk didapatkan 120 adegan cerita yang berbeda dan 1 tegel yang bukan merupakan adegan cerita, yaitu sebuah tegel yang menggambarkan sumur. Adegan cerita yang dapat diketahui kisahnya sebanyak 113 adegan, sedangkan 7 adegan cerita tidak dapat diketahui kisahnya.Berdasarkan 113 cerita yang digambarkan pada tegel, 56 kisah dari Perjanjian Lama dan 57 kisah dari Perjanjian Baru. Secara keseluruhan kisah-kisah dari Perjanjian Lama terdapat pada 394 tegel, sedangkan kisah-kisah dari Perjanjian Baru terdapat pada 392 tegel. Cerita yang tidak dapat diidentifikasi terdapat pada 31 buah tegel. 2 tegel kondisinya rusak, sehingga samasekali tidak memberi informasi apapun.
,br>
Kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: penempatan tegel-tegel yang menghiasi dinding Landhuis Reinier de FClerk tidak sesuai dengan urutan cerita yang terdapat di dalam Alkitab. Ada dua yang menyebabkannya: pertama; karena adanya perpindahan posisi tegel, yaitu scat landhuis digunakan oleh pemerintah sebagai gedung Fertambangan. Sehingga mungkin ketika perubahan terjadi, tegel tidak dipasang kembali sesuai urutan ceritanya. Kedua; karena memang tidak ada aturan yang mengharuskan tegel bergambar cerita Alkitab dipasang sesuai dengan urutan cerita.
"
1997
S11575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Junaedy
"
ABSTRAK
Skripsi ini membahas bangunan-bangunan patirthan di wilayah Jawa Timur yang berasal dari abad IX.- XV M. Penekanan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat penggambaran bentuk patirthan di Jawa Timur, serta melihat keterkaitan antara bentuk bangunan dengan keletakan bangunan patirthan. Secara Khusus, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur patirthan yang berada dalam komplek candi dengan bangunan patirthan yang mandiri, mengetahui kedudukan bangunan patirthan terhadap situs yang ada di sekitarnya serta mengetahui fungsi bangunan patirthan melalui elemen-elemen bangunan yang ada dalam patirthan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan melihat konsepsi tentang tirtha karena air adalah kriteria utama dalam bangunan patirthan. Penelusuran konsepsi tentang tirtha dilakukan melalui karya-karya sastra, prasasti serta melihat perkembangan konsepsi ini baik di India maupun di masa Jawa kuna. Tahap berikutnya adalah analisis terhadap bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur yang dilakukan dengan cara melakukan komparasi bentuk bangunan patirthan yang di wilayah tersebut, sehingga menghasilkan persamaan dan perbedaan bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur. Tahap selanjutnya adalah penggabungan antara konsepsi tentang patirthan yang melalui karya sastra dengan bentuk arsitektur dan keletakan bangunan patirthan.
Hasil penelitian mengenai bentuk bangunan patirthan di Jawa Timur ternyata menghasilkan beberapa bentuk bangunan patirthan. Bentuk yang pertama adalah bentuk bangunan patirthan yang menyerupai kolam pemandian dalam bentuk ini terdapat beberapa variasi bentuk yang lain. Bentuk kedua adalah bangunan patirthan yang bercorak candi atau bale kambang. Bentuk yang ketiga adalah bentuk danau atau sebuah mata air yang ditasbihkan menjadi patirthan. Hasil pembahasan yang lain juga dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan patirthan juga mempunyai hubungan dengan situs sekitar. Sumber air yang diperlukan dalam sebuah patirthan juga memiliki perbedaan baik letak maupun jenis sumber air yang digunakan hal ini semua dapat juga berpengaruh terhadap bentuk bangunan patirthan
"
1997
S11587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sulaeman
"
ABSTRAK
Relief-relief yang dipahatkan pada kepurbakalaan abad 10 - 15 Masehi di Indonesia bergaya naturalis, dinamis maupun tokoh pipih adalah merupakan salah satu hiasan ornamental. Hal ini sesuai di dalam kitab Manasara, yang di dalamnya tidak mengatur ketentuan tentang jenis yang dipahatkan pada suatu bangunan suci, hanya disebutkan bahwa bangunan suci dapat diberi hiasan agar terlihat indah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian, timbulah pertanyaan penelitian sebagai berikut, Apakah sebagai hiasan ornamental, relief cerita terlepas dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat pendukungnya ?
Metode yang digunakan untuk menjawab portanyaan penelitian diatas adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan pustaka yang relevan dan memanjang data di lapangan 2. Studi lapangan dan perekaman data di lapangan. 3. 1nterpretasi data. Alasan dipilihnya kepurbakalaan abad 10 - 15 masehi dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Jenis-jenis relief cerita yang terdapat dalam periode ini lebih beragam. B. Kepurbakalaan yang berasal dari periode ini lebih banyak dihiasi oleh relief cerita. Hasil akhir dari penelitian ini adalah, walaupun hanya sebagai hiasan ornamental, relief cerita ternyata dalam pemahatannya memiliki kecenderungan-kecendenmgan sebagai berikut, 1. Dalam hal penempatan di bangunan, relief cerita tokoh manusia selalu ditempatkan lebih utama ( di atas) dibandingkan relief cerita tokoh binatang. Seandainya relief cerita tokoh manusia dan binatang pada sebuah bangunan, ada dalam posisi yang sejajar maka proporsi ruang yang diberikan pada cerita tokoh mamusia lebih besar dibanding cerita binatang. 2. Dalam hal arah pembacaan, baik relief cerita tokoh manusia maupun binatang adalah prasawya. Hal ini dimungkinkan karena tema cerita pada masa Jawa Timur adalah ruwat. Teori lain menyebutkan kebiasaan tulis dan baca sutra Jawa Kuna diterapkan dalam pembacaan relief 3. Dalam hal jumlah adegan, relief cerita tokoh manusia lebih banyak ( 463 adegan dari 15 cerita) sedangkan relief cerita tokoh binatang hanya 61 adegan dari 11 cerita. Hal ini sangat dimungkinkan karena seniman pada masa itu telah mengenal asas tema dan tata jenjang.
"
1997
S11759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto Januardi
"Penelitian mengenai kajian pertimbangan pembuatan kolam bersuci ini dilakukan meliputi seluruh wilayah di Jawa yang masih menyisakan beberapa mesjid yang berkolam kuno. Tujuannya adalah untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan apa saja yang diperkirakan dijadikan acuan dalam pembuatan kolam bersuci. Penulis mengajukan empat hipotesa yang diperkirakan menjadi pertimbangan yang penting, tanpa menutup kemungkinan adanya pertimbangan lainnya. Pertimbangan itu adalah: Pertimbangan hukum fikih, teknologi bangunan air, tradisi, dan fungsi.
Pengumpulan data dilakukan melalui sumber-sumber tertulis, laporan pemugaran dinas-dinas arkeologi, dan meneliti data langsung ke lapangan. Cara kerja penentuan data, deskripsi, klasifikasi dan penafsiran dijelaskan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kolam bersuci pads mesjid kuno di Jawa memang mempertimbangkan empat faktor tersebut, baik dalam hal bentuk maupun keletakannya. Jumlah data yang kurang memadai dalam membuat klasifikasi yang berperan dalam membantu penafsiran, sering menjadi kendala tersendiri dalam mencocokan dengan pertimbangan yang memerlukan jumlah Iebih dari satu. Penting diketahui bahwa model penelitian ini dapat diterapkan pada komponen mesjid lainnya, sehingga tentunya akan dapat membantu menggambarkan perkembangan proses budaya pada masa Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
"Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman adalah benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib dan merupakan benda-benda yang pada umumnya selalu dikenakan oleh raja untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaannya. Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman ini terdapat pada bangunan Museum benda_benda Pusaka yang berada pada masing-masing keraton tersebut. Penelitian sebelum ini hanya membahas mengenai fisik bangunan keraton dan beberapa pusaka tertentu dan kedua keraton tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman dari segi jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan wrna, dan penggunaan motif hias. Dan jika terdapat persamaan dan atau pun perbedaan, maka hal tersebut merupakan kesimpulan dari penelitian ini. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan langkah kerja yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan studi pustaka dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data (pembahasan) yang dilakukan dengan jalan melakukan tabulasi dan perbandingan terhadap jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias pada regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Langkah terakhir adalah menafsirkan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah penelitian dilakukan, maka dapat diketahui bahwa regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan mempunyai jenis dan jumlah yang lebih banyak. Begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan menggunakan bahan, warna, dan motif bias yang lebih bervariasi dibandingkan regalia yang dimiliki oleh Keraton Kanoman. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebuah pusat pemerintahan yang lebih tua (besar) dalarn hal ini Keraton Kasepuhan memiliki jenis dan jumlah regalia yang lebih banyak, begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, dibandingkan regalia yang dimiliki oleh sebuah pusat pemerintahan yang lebih muda (kecil), dalam hal ini Keraton Kanoman. Dan hal ini secara implisit menunjukkan bahwa Keraton Kasepuhan mempunyai tingkat kekuasaan yang lebih tinggi dari Keraton Kanoman."
2000
S12020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>