Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wirastri
"ABSTRAK
Bukti kubur dari masa prasejarah telah ditemukan sejak masa Berburu dan Mengumpul Makanan Tingkat Lanjut, pada masa Perundagian sisa kubur tersebut ditemukan pula pada berbagai tempat, yang terdiri dari kubur dengan wadah dan kubur tanpa wadah. Pada penguburan tanpa wadah sikap rangka dan keletakan bekal kubur dapat lebih jelas terlihat. Situs penguburan tanpa wadah yang telah beberapa kali diteliti adalah situs Liang Bua, Plawangan, Gilimanuk dan Anyer.
Skripsi ini membahas kubur tanpa wadah yang terdapat pada keempat situs tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat ketentuan-ketentuan yang berlaku pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut. Data diperoleh dari deskripsi tentang kubur khususnya kubur tanpa wadah, yang terdapat pada skripsi-skripai sarjana, disertasi dan laporan-laporan penelitian lainnya yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan deskripsi tentang rangka dan gambar-gambar rangka dalam kubur. Temuan kubur yang digunakan sebagai data dari situs Liang Bua, merupakan hasil penelitian tahun 1965 dan 1978, Gilimanuk: tahun 1973-1979, Plawangan: tahun 1973-1986, dan Anyer: tahun 1955 dan 1976.
Kemudian dilakukan pengelompokan pola-pola kubur berdasar keteraturan sikap rangka terutama pada sikap badan, di masing-masing situs, sehingga diketahui pola kubur yang terdapat pada masing-masing situs. Pola kubur pada keempat situs dibandingkan sehingga terlihat persamaan dan perbedaan dari pola kubur yang ada dan diketahui pula pola kubur yang berlaku pada semua situs. Melalui data etnografi pada beberapa suku bangsa di Indonesia, dicoba untuk mengetahui ketentuan-ketentuan tertentu yang dikenakan pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut.
Dari analisis yang telah dilakukan pada kubur_kubur tanpa wadah tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat pola kubur (khususnya pada kubur primer) yang berlaku pada keempat situs yaitu rangka dengan sikap badan lurus dan kaki lurus sejajar. Pala kubur ini pada masing-masing situs merupakan pola yang terbanyak ditemukan. Di samping itu terdapat pula pola-pola tertentu yang hanya berlaku pada masing-masing situs. Orientasi rangka pada situs Liang Bua adalah ke mulut gua (sungai Racang), Gilimanuk ke teluk Gilimanuk dan gunung Prapat Agung, Plawangan ke gunung Muria, dan Anyer ke selat Sunda.
Berdasar data etnografi diketahui pula bahwa rangka pada kubur primer dapat diletakkan dalam berbagai sikap tanpa ketentuan tertentu, hanya rangka tersebut diikat agar roh si mati tidak bangkit kembali. Kerangka yang biasa ditemukan tanpa sebagian tulang anggota badan mengganggu kehidupan di kampung. Rangka yang penempa_tannya khusus atau menyimpang dari yang lain disebabkan karena kematian yang dianggap tidak wajar oleh masyarakat setempat.

"
1990
S12805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevy Maradona
"Bekal kubur adalah benda-benda atau hal-hal lain (yang dapat berupa orang/hewan) yang dikubur bersama dengan mayat; dianggap berfungsi sebagai bekal untuk roh orang yang meninggal dalam perjalanan ke alam baka/digunakan (dimanfaatkan) oleh roh di dunia arwah. Dari berbagai jenis bekal kubur yang d temukan, tembikar adalah jenis bekal kubur yang paling dominan dan umum ditemui. Di Indonesia, kehadiran bekal kubur dalain konteks penguburan prasejarah diperkirakan baru muncul pada masa perundagian. Ada beberapa situs penguburan yang teretak di daerah pesisir, yang sekilas memiliki temuan bekal kubur yang hampir sama seperti tembikar, manik-manik, dan benda-benda yang terbuat dari logam, yaitu situs Anyer, Plawangan, dan Gilimanuk. Tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Anyer, Plawangan dan Gilimanuk setelah diidentifikasi terdiri dari jenis- jenis periuk, cawan, lempayan, kendi dan piring serta benda-benda terakota lainnya. Tembikar yang paling umum digunakan sebagai bekal kubur adalah periuk. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tembikar-tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di ketiga situs memiliki beberapa persamaan-persamaan seperti dari bentuk, ukuran, teknik buat, teknik penyelesaian, tenik khas, motif dan pola hias serta dari konteksnya dalarn ruang kubur. Dari bentuknya tembikar-tembikar bekal kubur diketiga situs dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk umum, yaitu tembikar bulat dan tembikar berkarinasi. Muncul variasi-variasi bentuk pada masing-masing tipe tembikar, dan umumnya variasi yang muncul adalah bagian leher dan kaki. Dari ukuran diketahui bahwa rata-rata ukuran tinggi periuk adalah 10,9 cm, cawan 5,8 cm, kendi 21 cm, piring 2,4 cm, tempayan 32,8 cm. Dari ukuran diameter diketahui bahwa rata-rata diameter periuk adalah 12,9 cm, cawan 15,6 cm, kendi 19,5 cm, tempayan 40,3 cm, piring 13,3 cm. Teknik buat tembikar memiliki ciri yang berbeda tiap situsnya. Tembikar situs Anyer umurnnya dibuat dengan teknik pijit walaupun ada juga yang dibuat dengan teknik roda putar dan pijit, tembikar situs Piawangan seluruhnya dibuat dengan teknik roda putar tatap landas, dan tembikar Gilimanuk. semuanya dibuat dengan teknik roda putar pijit. Teknik penyelesaian permukaan tembikar bervariasi antara diupam dan tidak diupam, serta ada yang dislip. hiasan pada pada tembikar bekal kubur_ umumnya motif-motif geometris yang dibuat dengan teknik gores, tera, dan tempel. Pengecualian terdapat pada situs Gilimanuk yang memiliki hiasan dengan motif wajah manusia dan situs Piawangan yang memiliki hiasan yang dibuat dengan teknik lukis. Jumlah bekal kubur yang disertakan terbagi ke dalam kelas-kelas. Sedikitnya ada 8 kelas yang muncul, mulai dari yang paling sedikit, yaitu 1 bekal kubur hingga yang paling banyak yaitu 8 bekal kubur. Penyertaan bekal kubur dengan kuantitas tertentu dipercaya melambangkan status sosial tertentu Pula, Semakin banyak barang bawaannya ke alam kubur maka semakin tinggi status sosial si mati. Selain itu dipercaya juga bahwa barang-barang yang, dibawa sebagai bekal kubur nantinya akan digunakan sebagai harta kekayaan si mati di kehidupan di alam roh. Apabila tembikar yang dikuburkan hanya berjumlah 1 atau 2 saja maka ia biasa diletakkan di dekat kepala, sekitar badan, dan di daerah kaki. Tetapi bila tembikar bekal kubur yang disertakan dalam jumlah banyak, biasa diletakkan berjejer di samping rangka atau diletakkan tersebar di sekelilingnya. Variasi bekal kubur di ketiga situs ini umumnya terdiri dari bekal kubur sejenis, bekal kubur dengan 2 jenis, bekal kubur dengan 3 jenis, dan bekal kubur dengan 4 jenis. Bekal kubur yang hanya terdiri dari satu jenis banyak ditemukan, dan umumnya seperti yang telah dikatakan di atas adalah tembikar jenis periuk. Bekal kubur dengan 2 jenis biasanya terdiri dari periuk dan cawan atau periuk dan piring tetapi yang paling sering muncul adalah periuk dan cawan. Bekal kubur dengan 3 jenis umumnya terdiri dari periuk, cawan dan kendi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Soegondho
"Penelitian ini berusaha merekonstruksi cara-cara hidup manusia masa lalu, melalui sisa-sisa budaya materialnya, yaitu wadah keramik tanah liat. Rekonstruksi kehidupan manusia masa lalu adalah salah satu tujuan arkeologi, di samping penyusunan sejarah kebudayaan dan penggambaran proses budaya (Binford, 1972: 80-89)1. Adapun objek dari arkeologi ialah sisa-sisa peninggalan masa lampau yang tidak berupa keterangan tertulis seperti: reruntuhan bangunan, alat-alat, perlengkapan kehidupan, karya seni dan lain-lain, yang oleh pembuatnya tidak dimaksudkan sebagai keterangan tentang suatu peristiwa sejarah (Piggott, 19-59: 2; 1965: 2; Chang, 1972: 185). Peninggalan-peninggalan semacam itu merupakan bukti-bukti arkeologi yang dapat memberikan keterangan sejarah melalui interpretasi dan dengan bantuan ilmu-ilmu lain.
Untuk mendapatkan informasi sejarah yang lengkap dari bukti-bukti arkeologi tersebut, dibutuhkan bantuan-bantuan dari ilmu-ilmu lain. Adapun ilmu-ilmu lain yang banyak membantu arkeologi adalah: geologi, palinologi, zoologi, biologi, antropologi, sosiologi, ethnografi, geografi, dan ekologi (Hole, 1973: 22). Bantuan dari ilmu-ilmu lain tersebut diperlukan mengingat adanya kekurangan-kekurangan di dalam arkelogi sendiri.
Kekurangan itu antara lain kurang lengkapnya bukti-bukti arkeologi yang sampai ke tangan peneliti. Menurut Hole (1973: 22) bukti-bukti arkeologi adalah suatu dokumen yang tidak lengkap tentang aktifitas manusia. Bahkan menurut Piggott bukti-bukti arkeologi ialah bukti yang tanpa disadari (unconscious evidence) (1959: 2) dan tidak jelas (inevident) {1965: 2). Kekurangan lainnya adalah sedikitnya laporan arkeologi yang dapat digunakan, sehingga sulit dipakai untuk pengambilan kesimpulan maupun untuk kajian statistik (Hole, 1973: 23). Selain itu oleh Hole jugs dinyatakan bahwa arkeologi itu dapat lebih efisien, apabila dalam pelaksanaan penelitiannya digunakan metode pengambilan sampel, sistem ekskavasi dan analisis yang baik dan tepat (Hole, 1973: 23).
Arkeologi di Indonesia memfokuskan perhatiannya pada dua bidang kajian, yaitu kajian sejarah kuno (ancient history) dan masa prasejarah (prehistory). Masa sejarah kuno, yaitu masa yang sudah meninggalkan keterangan-keterangan tertulis tetapi masih berupa tulisan kuno, masih menjadi bagian dari kajian arkeologi, sebab sebagian besar peninggalan-peninggalan yang berupa keterangan tertulis dari masa itu seperti prasasti, umumnya tidak menerangkan tentang suatu peristiwa melainkan hanya merupakan peringatan tentang suatu kejadian. Sebaliknya kajian tentang masa prasejarah di Indonesia jelas merupakan bagian dari arkeologi, karena kajian ini mempelajari riwayat kehidupan manusia dari masa yang belum mengenal tulisan, yang hanya meninggalkan benda-benda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D327
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Burman Kifli
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai tradisi penguburan prasejarah di situs Gilimanuk yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk melihat apakah terdapat suatu pola dalam pemberian bekal kubur berdasarkan jenis kelamin dan usia individu mati. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pola tersebut, dilakukan dengan melihat benda bekal kubur yang menyertai rangka yang diketahui jenis kelamin dan usia matinya.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis jenis kelamin dan usia mati rangka yang dilakukan di Jogjakarta serta Inventarisasi laporan-laporan mengenai situs Gilimanuk, baik laporan penelitian ataupun laporan ekskavasi. Pengolahan data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis rangka, yaitu rangka yang telah diketahui jenis kelamin dan usia mati, dengan laporan basil ekskavasi Gilimanuk yang memuat informasi tentang bekal kubur.
Berdasarkan kajian terhadap benda bekal kubur, ternyata benda bekal kubur yang terbanyak menyertai rangka manusia di situs Gilimanuk adalah periuk. Hal ini berkaitan dengan konsep keyakinan masyarakat prasejarah yang menganggap bahwa kehidupan sesudah mati sama dengan keadaan dunia orang hidup. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemberian benda bekal kubur tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan usia individu yang mati. Hal ini terlihat dari tidak berpengaruhnya jenis kelamin dan usia mati terhadap jenis dan variasi benda bekal kubur.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pemberian bekal kubur yang merupakan bagian dari ritual upacara penguburan prasejarah tidak berkaitan dengan jenis kelamin dan usia mati, tetapi berkaitan dengan budaya lokal dan status sosial simati.
"
1998
S11511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiono
"Skripsi ini ditujukan untuk mengetahui tradisi penguburan mayat di Liang Bua yang berlangsung pada masa Prasejarah. Rekonstruksi dilakukan berdasarkan model pola-pola kubur prasejarah yang telah dikemukakan oleh R.P Soejono. selain itu dimaksudkan pula untuk mengetahui variasi yang ada dalam pola kubur Liang Bua. Ini dilakukan melalui perbandingan dengan situs Gilimanuk. Dalam hubungannya dengan tradisi penguburan Liang Bua, akan dipaparkan masalah pam_bentukan situs, dekomposisi rangka, keadaan manusia dan pertanggalan situs: Karena itu data yang digunakan di sini mencakup data arkeologi, geologi, paleoantropologi dan etnografi.
Penggarapan data dilakukan dengan menggunakan pandangan Sistemik, model pola-pola kubur prasejarah,. analisis khusus dan analisis konteks temuan kubur, perbandingan dan analogi etnografi. Melalui metode ini dapat dikemukakan be_berapa hal, antara lain: Tradisi penguburan mayat di Liang Bua pada umumnya ber_pokok pada konsepsi kepercayaan dan aturan upacara pengu_buran yang pelaksanaannya dilakukan secara ketat."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Mentari
"Liang Bua merupakan situs prasejarah yang menyimpan berbagai temuan, salah satunya adalah tembikar. Skripsi ini berfokus pada analisis bentuk, teknik pembuatan, dan variasi ragam hias dari tembikar yang ditemukan di Sektor XXV Situs Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sampel yang digunakan berjumlah 59 fragmen dari hasil penggalian pada tahun 2012. Dengan menggunakan metode analisis khusus, penelitian ini menemukan bahwa terdapat enam jenis wadah yang berhasil teridentifikasi, di antaranya adalah piring, cawan, periuk, kendi, pasu, dan tempayan. Teknik pembentukan yang digunakan adalah teknik tekan dan teknik roda putar. Kemudian, ragam hias yang dihasilkan berupa motif geometris, seperti garis, lingkaran, titik, koma, dsb. Adapun teknik hiasnya adalah tekan, gores, dan cukil.

Liang Bua site is  a prehistoric site that preserves various archaeological findings, one of which is pottery. This thesis focuses on the analysis of the shapes, manufacturing techniques, and decorative variations of pottery found in Sector XXV at the Liang Bua Site, Flores, East Nusa Tenggara. The sample includes 59 fragments from the excavation conducted in 2012. Using a specific analysis method, this study found that there are six types of containers that are successfully identified, including plates, cups/bowls, pots, jugs, urns, and jars. The forming techniques used are the press technique and the rotary wheel technique. The decorative variations consist of  geometric motifs, such as lines, circles, dots, commas, etc. The decorative techniques are pressing, scratching, and scraping."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Hewan merupakan salah satu temuan arkeologis yang penting dalam rangka penelitian masa lalu manusia. Hewan di samping merupakan sumber pangan, juga digunakan dalam kehidupan religi yaitu sebagai bekal kubur.
Bekal kubur adalah berbagai jenis benda (termasuk manusia dan hewan) yang disertakan bersama mayat dalam penguburan. Penyertaan bekal kubur pada mayat/rangka ini umumnya berlandaskan keinginan dan kepercayaan masyarakat yang masih hidup untuk mencukupi keperluan si mati dalam perjalanan ke alam arwah, dan untuk melanjutkan kehidupan di sana.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya berupa deskriptif analitik. Data-data yang dikumpulkan berupa data-data sekunder, yaitu hasil-hasil laporan penelitian lapangan atau ekskavasi arkeologi yang telah diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar. Data-data tersebut dicatat, dipilah, dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur, mengetahui ciri-ciri khusus dari kubur yang menggunakan bekal kubur hewan, dan mengetahui latar belakang dipilihnya jenis hewan tertentu sebagai bekal kubur.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Pertama, jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Gilimanuk adalah hewan babi, anjing, dan ayam; Kedua, secara tegas tidak ada ciri khusus yang membedakan antara kubur yang menggunakan hewan dengan kubur yang tanpa menggunakan hewan sebagai bekal kubur; Ketiga, mengingat hanya sebagian kecil saja kubur yang menggunakan bekal kubur berupa hewan, maka kemungkinan besar menunjukkan status sosial tertentu dalam masyarakatnya. Di samping itu, disertakannya hewan dalam penguburan tersebut mempunyai latar belakang dan makna tertentu pula."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza Diniasti Saleh
"ABSTRAK
Penguburan merupakan kegiatan manusia dalam usaha untuk menyingkirkan mayat dari lingkungan orang yang masih hidup. Penguburan itu dilaksanakan secara berpola dan menurut aturan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Pola kebudayaan dan struktur sosial masyarakat, yang merupakan gagasan kolektif, sangat merpengaruhi kegiatan tersebut (Hastings 1961:411; Howells 1962:15-; Koentja_raningrat 1980a:227; 1980b:70-71; Seligman 1953:24).
Kegiatan yang berhubungan dengan penguburan meliputi: (1) perawatan mayat, (2) persiapan sesaji dan upacara, dan (3) pelaksanaan penguburan (Binford 1972: 232). Semua itu memerlukan pengelolaan dan pembagian kerja yang cermat, karena melibatkan sebagian besar atau bahkan seluruh warga masyarakat (Binford 1972:400; Soe--jono 1977a:9-10). Di samping. itu, kegiatan ini juga melibatkan bermacam-macam kelompok fungsional dalam ma_syarakat, seperti pemimpin upacara, keluarga si mati, dan kriawan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa_

"
1984
S11439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fardhyan
"Skripsi ini mengenai tipologi bentuk alat batu Kala Holosen dari Sektor IV, Situs Liang Bua, Manggarai Barat, Flores. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1032 buah. Unit analisis yang digunakan dalam tipologi bentuk adalah bentuk dasar, bentuk alat, bentuk tajaman, dan retus pengerjaan. Penelitian ini menghasilkan delapan tipe, delapan sub-tipe, dan 37 variasi alat batu. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa alat-alat batu tersebut tergolong dalam jenis alat batu atipikal

Abstract
This thesis discusses morphological types of stone tools from Holocene period from Sector IV, Liang Bua site. Total number of samples used in this research is 1032 pieces. Attributes used as unit of analysis on determining the typology of stone tools are basic forms, tool shape, cutting edge, and retouch. Results of the analysis show there are eight types, eight sub-types, and 37 variants of stone tools. Furthermore, this research also shows that the stone tools from Sector IV of Liang Bua could be categorized as what is called atypical stone tools"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11880
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Arifin Aziz
"Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan pada: umumnya kerangka manusia yang ditemukan di situs Gilimanuk. dalam penelitian ta_hun 1977 dan 1979 berasosiasi dengan temuan artefak maupun non artefak. Artefak dan non artefak tersebut merupakan satu himpunan temuan (assemblage) yang berada dalam lapisan tanah ketiga dan keempat. Dengan demikian benda-benda yang berasosiasi dan ditemukan di dekat ke_rangka manusia dalam konteks kubur dapat dikelompokkan secara fungsional sebagai benda-benda bekal kubur.Ternyata dari 24 kerangka manusia yang ditemukan . utuh secara anatomi dalam penelitian tahun 1977 dan 1979, hanya 13 kerangka yang disertai benda perunggu se_bagai benda bekal kubur di samping bekal kubur lainnya.Sedikitnya jumlah kerangka manusia yang ditemukan bersama benda perunggu disebabkan oleh pengetahuan yang ter_batas dalam teknologi logam pada masa itu. Dengan demikian hanya orang yang mampu atau mempunyai kedudukan panting dalam masyarakat yang memperoleh benda perunggu sebagai bekal kubur, sedangkan bila ia mati berasal dari keluarga sederhana atau kurang mampu maka penyertaan benda bekal kuburnyapun secara sederhana tanpa disertai benda yang dianggap mempunyai nilai tinggi dalam masyarakat yang bersangkutan. Anggapan mengenai kematian tidak dapat merubah kedudukan seseorang semasa hidupnya dapat ter_lihat dari lengkapnya benda bekal kubur yang disertakan pada mayat yang bersangkutan. Tradisi memberikan benda bekal. kubur pada mayat seseorang yang berasal dari ka_langan atas atau status sosialnya tinggi sampai sekarang masih kita jumpai dan diantaranya ditemukan pada masyara_kat Sumba., Ngadha, Sabu dan Dayak Ngaju yang belum banyak mengalami perubahan ke kehidupan modern. Oleh karena itu penulisan skripsi ini ditekankan pada analisis tentang benda bekal kubur pada situs prasejarah Gilimanuk, khusus_nya benda perunggu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>