Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tita Yulia Purwanti
"Sektor usaha minyak kelapa yang berkembang di wilayah Jawa Timur sekitar tahun 1913 - 1921 merupakan usaha yang berkesinambungann dengan produksi pertanian yakni pertanian kelapa. Yang menarik adalah usaha minyak kelapa terkonsentrasi pada beberapa daerah penghasil kelapa dan kopra terbesar di wilayah Jawa Timur. Usaha minyak kelapa rakyat yang Iebih awal berkembang pada wilayah ini serta munculnya campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk menimbulkan alam industri baru di Hindia Belanda. Alam industrialisasi khususnya di sektor usaha minyak kelapa menjadi primadona baru di Jawa Timur. Namun yang terjadi adalah kesempatan dan saran untuk mengembangkan usaha tersebut di respon Iangsung oleh para pemodal swasta yakni pemodal Eropa, sehingga industri yang berkembang adalah usaha minyak kelapa pabrikan. Keberadaan dua jenis usaha minyak kelapa di Jawa Timur yakni usaha industri minyak kelapa pabrikan dan usaha industri minyak kelapa rakyat, masing-masing memiliki karakter berbeda. Karakter tersebut bersumber dari perbedaan dalam sistem dan proses produksi, distribusi serta sasaran pemasaran, yang merupakan faktor yang mempengaruhi pergeseran orientasi pemasaran produk. Usaha minyak kelapa rakyat yang bermodal kecil, karena modal usaha berasal dari mobilisasi tabungan pengusaha, tidak ada upah bagi buruh (no labor cost) serta lebih memfokuskan produknya pada pemenuhan kebutuhan pribadi dan pasaran setempat menyebabkan usaha tersebut dapat dikatakan merupakan ciri khas dari usaha minyak kelapa rakyat. Sedangkan karakter usaha minyak kelapa pabrikan yang padat modal, menggunakan teknologi modern, berdaya jual murah karena merupakan produk yang dihasilkan secara massal serta memiliki standarisasi produk yang kelas dan bersifat mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented), menyebabkan adanya pergeseran orientasi pemasaran. Seperti tercermin dalam kasus N. V. Dliefabrieken Insulinde yang lebih melebarkan sayap usahanya dari pasar lokal bergeser ke pasaran manca negara. Seperti usaha industri lainnya, usaha minyak kelapa mengalami ups and down atau dinamika selama perjalanan produksinya. Begitupula dengan yang terjadi pada industri minyak kelapa di wilayah Jawa Timur. Kondisi global pada pasca perang dunia I yakni resesi dunia, cenderung tidak menguntungkan bagi banyak usaha industri, khususnya usaha minyak kelapa pabrikan yang berdiri di Jawa Timur. Seperti yang terjadi dengan beberapa usaha minyak kelapa pabrikan Oliefabrieken van Dongen, Firma de Jurgens, dan kemudian disusul oleh N. V. Oliefabrieken lnsulinde, yang harus menghentikan usaha produksi bahkan melikuidasi usahanya. Bagi usaha usaha minyak kelapa rakyat, kondisi tersebut masih mampu tetap produktif meskipun dengan keprihatinan. Keprihatinan tersebut dipicu oleh kalahnya persaingan dengan produk minyak kelapa pabrikan impor serta daya beli penduduk yang semakin rendah akibat krisis ekonomi_ Krisis ekonomi setempat yang cukup memukul adalah kegagalan panen padi dan palawija akibat musim kering yang berkepanjangan. Masing-masing tipe usaha minyak kelapa mengalami kemerosotan yang dipicu oleh resesi pasca perang dunia I dan kondisi alam yang kurang menguntungkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasijanto Sastrodinomo
"ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji beberapa aspek perkembangan sejarah industri arak, khususnya "arak gelap", di
beberapa kota di Jawa sejak sekitar pertengahan abad ke-19
hingga perempat pertama abad berikutnya. Segi-segi yang dikaji
dalam tulisan ini ialah: (i) asal-usul tradisi serta teknik pembuatan arak; (ii) profil usaha industri arak di beberapa kota di Jawa; dan (iii) dampak sikap moral dan tindakan politik "anti-alkohol" pemerintah kolonial terhadap usaha tersebut.
Penelitian ini menggunakan sumber kepustakaan dan arsip-arsip kolonial yang tidak diterbitkan.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
JIP 41 (2013) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Analisis kesesuaian wilayah menggunakan metode evaluasi berbagai kriteria seperti kondisi fisik tanah, sosial-ekonomi, pasar dan infrastruktur, belum lama ini telah banyak dilakukan. Banyaknya faktor yang digunakan dalam evaluasi menyebabkan metode ini dikenal dengan teknik evaluasi pengambilan keputusan multi-kriteria (Multi-criteria decision-making techniques). Dalam metode ini integrasi berbagai macam disiplin diperlukan agar hasil yang diperoleh menjadi optimal. Penelitian ini bertujuan menganalisa kesesuaian wilayah optimal untuk areal perkebunan kelapa sawit dan lokasi industri hilirnya, yaitu pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Model pendekatan yang digunakan adalah Multi-criteria Evaluation (MCE) dan Fuzzy set membership Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil luaran model MCE dan Fuzzy AHP menunjukkan bahwa wilayah kesesuaian yang paling optimal untuk areal kelapa sawit berada lebih dari 20 km dari build-up area. Sedangkan untuk lokasi industri pengolahan minyak sawit mentah (CPO) wilayah yang paling optimal berada di dekat jaringan jalan utama, karena aksesabilitas transportasi dan konektivitas yang baik dengan pasar serta kedekatan dengan urban settlement sebagai daerah pusat kegiatan perekonomian. Kata kunci : Multi-criteria evaluation, fuzzy set membership, analytical hierarchy process, kesesuaian wilayah optimal. xii +86 Hlm; 23 Tbl; 2 Gfk; 2 Lamp; 10 Peta; 2 Gbr Bibliografi : 20 (1995 ? 2007)"
Universitas Indonesia, 2007
S33884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Catur Wahyudi
"ABSTRAK
Sebagian implikasi yang perlu dipahami pada era deregulasi perbankan dewasa ini adalah terjadinya restrukturisasi organisasi BRI Unit dan reorientasinya terhadap nasabah "baru" melalui program kredit usaha pedesaan (KUPEDES). Implikasi ini berarti pula menggambarkan adanya perubahan orientasi bagi BRI Unit dalam mengalokasikan program kreditnya, yakni dari orientasi kolektif pada program kredit BIMAS/INMAS (nasabah tani) menjadi orientasi individual pada program KUPEDES (nasabah umum, terutama nasabah non usaha tani). Situasi yang sedang mengalami perubahan demikian itu membuka peluang bagi perilaku rasional yang mencerminkan pilihan rasional (rational choice) individu, yang didorong oleh situasi yang kondusif bagi pengembangan kebebasan pribadi (otonomi individu) terutama bagi kewirausahaan masyarakat di pedesaan.
Pola usaha masyarakat seperti dimaksudkan diatas merupakan esensi dari persepsi, nilai-nilai dan sikap kewirausahaan. Secara sosiologis, kajian mengenai kewirausahaan (entrepreneurship) umumnya memfokuskan dua tema pokok yang terkait, yaitu : "(1) Nilai dan sikap yang merupakan tindakan sebagai dorongan untuk berwirausaha, dan (2) Berhubungan dengan pertanyaan rekruitmen sosial (social recruitment), yang berarti dorongan untuk berwirausaha dapat ditinjau atas dasar latar belakang sosial (social background) seseorang. Latar belakang sosial tersebut meliputi status sosial ekonomi, sifat-sifat sosial (social attributes) serta tanggungjawab ideologis (ideological commitment) seseorang" (Long, 1977).
Oleh karena pada era deregulasi perbankan dewasa ini telah mengakibatkan "reorientasi" bagi BRI Unit, maka peranan BRI Unit dalam proses formasi sosial pedesaan tidak boleh diabaikan, dalam arti mendorong tumbuh--kembangnya persepsi, nilai-nilai dan sikap kewirausahaan masyarakat di pedesaan dan sekaligus memunculkan wirausaha-wirausaha "baru" di pedesaan. Dan yang lebih panting bagi suatu tinjauan sosiologis adalah implikasinya terhadap struktur sosial ekonomi masyarakat di pedesaan. Munculnya wirausaha atau "entrepreneur" baru di pedesaan kemungkinan akan meningkatkan "kesenjangan" antar lapisan sosial atau justru akan menjadi mekanisme untuk mendinamisasikan perekonomian masyarakat di pedesaan, dalam arti memperluas kesempatan kerja. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka proses formasi sosial pedesaan berjalan relatif kurang fungsional.
Sebaliknya, jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka proses formasi sosial pedesaan berjalan relatif fungsional. Mengingat BRI Unit telah menerapkan pola seleksi nasabah yang baru dalam program KUPEDES, maka kemungkinan kedua tidak boleh diabaikan meskipun kesenjangan itu sendiri tidaklah fiktif dan telah terjadi sejak masa sebelumnya.
Dengan demikian, pokok permasalahan yang ingin dijelaskan dalam laporan hasil penelitian (tesis) ini adalah "Bagaimana momentum deregulasi perbankan sebagaimana telah dinyatakan diatas dapat mendorong tumbuh-kembangnya nilai-nilai dan sikap kewirausahaan masyarakat di pedesaan, serta peranannya dalam proses formasi sosial pedesaan dan implikasinya bagi struktur sosial ekonomi masyarakat di pedesaan".
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sondakh, Agustine H.S.
"ABSTRAK
Hasil pemeriksaan berkala pada pekerja di industri pengolahan minyak dan gas alam Kalimantan timur, menunjukkan adanya peningkatan enzim-enzim hati yaitu ALT, AST, SGGT. Hal ini menunjukkan adanya gangguan fungsi hati yang masih reversibel bila tidak segera ditangani akan dapat mengakibatkan penyakit hati yang lebih berat atau dapat menyebabkan sirosis hepatis.
Timbul pertanyaan: Adakah hubungan antara peningkatan enzim hati pekerja di industri pengolahan minyak dan gas alam Kalimantan Timur dengan tempat kerja, beban kerja, kepangkatan, kegemukan, umur, dan lama kerja ?
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain penelitian Cross Sectional.
Analisis statistik data dilakukan dengan program SPSS versi 4.0, untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel (univariat), bivariat dengan uji beda proporsi, perhitungan nilai 'Odds Ratio', dan confiders interval (CI) 95%.
Hasil penelitian :
- Tidak ada hubungan antara peningkatan enzim hati pekerja dengan tempat kerja yang diduga terpajan pada zat hepatotoksik.
- Ada hubungan antara peningkatan enzim hati pekerja dengan beban kerja fisik ringan, kepangkatan senior staf, umur, kegemukan.
- Tidak ada hubungan peningkatan enzim hati pekerja dengan lama kerja.
Kesimpulan hasil penelitian peningkatan enzim hati pada pekerja di industri pengolahan minyak dan gas di Kalimantan Timur dihubungkan dengan kepangkatan senioritas pekerja, umur, kegemukan, beban kerja mental yang berat sedangkan tempat kerja yang diduga terpajan pada zat hepatotoksik dan lama kerja, dengan analisis bivariat tidak ada hubungan secara statistik tetapi analisis multivariat mempunyai kontribusi walaupun hanya sedikit dengan adanya interaksi dan konfounding dengan variabel lainnya.
Saran pada pekerja yang berumur di atas 45 tahun, untuk mengadakan pemeriksaan berkala setiap sekurang- kurangnya 6 bulan sekali, dan dipindahkan ketempat yang tidak terpajan pada bahan toksik. Pekerja yang mempunyai HMI >25kg/m2 disarankan diet rendah kalori dan lemak, dan mengadakan olah raga teratur. Pekerja senior staf dan beban kerja mental yang tinggi disarankan waktu pemeriksaan berkala lebih pendek (sekurang-kurangnya 6 bulan sekali), istirahat waktu lebih panjang dan olah raga teratur yang sesuai.

ABSTRACT
;Regular medical examination has been conducted for employees of crude oil and gas industry in Kalimantan Timur. There was elevation liver enzyme test such as: ALT, AST, and GGT. This was an indication that there was some liver dysfunction, which was reversible.
The question is what is the stage of elevation, which was related with to the exposure of hepatotoxic material. Some of the variables such as: rank, work responsibility, obesity, age and duration of employment were measured.
This study used secondary data and the design of the study was Cross Sectional.
Statistical analysis was done by the use of SPSS program it had been described the characteristic of variables, using bivariat technique by Chi-Square test, to determined `Odds Ratio' and Confidence Interval (CI) 95%.
The study confirmed that there was no relation between liver enzyme elevation and department exposure to hepatotoxic material and duration of employment. There was correlation between liver enzyme elevation and work responsibility light physical load, rank, age and obesity.
It was concluded that liver enzyme elevation was correlated with age, obesity, rank, work responsibility. How ever department with high exposure to hepatotoxic and duration of employment had no significant different if we used the bivariat test. But if we used multivariate test, it showed a contribution to the interaction and it showed a confounding with another variable.
It was suggested that: workers over 45 year should have a medical examination at least every 6 month, and it was suggested also to be transferred to other department with less exposure of hepatotoxic materials. The workers who have BMI more than 25kg/m2 were suggested diet of low calorie and regular physical exercise. The workers senior staff and work responsibility who had mental work load were suggested to have a medical examination at least every 6 month, regular physical exercise and their rest pause should longer than the others.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>