"Teks ini berisi uraian tentang tutur atau ajaran hidup-mati (pati-urip); sikap, tindakan, serta berbicara yang baik dan benar. Berdasarkan hal ini, seseorang akan mengenal dirinya sendiri sehingga dapat disebut manusia sejati. Dinyatakan bahwa mati erat kaitannya dengan rasa. Seseorang yang masih punya rasa berarti hidup, sedangkan tanpa rasa berarti mati. Mati (pati) diartikan sebagai Prabu Wisesa. Antara mati dan hidup diandaikan sebagai raja dan rakyat. Rakyat tanpa raja adalah rusak, raja tanpa rakyat juga rusak. Keduanya saling ketergantungan dan berkaitan. Disebutkan pula bahwa urip sama dengan jiwa. Dia tidak pernah mati dan selalu ada pada Ganal alit. Sifatnya langgeng dan tiada cacat. Terdapat juga keterangan tentang konsep tri kona, yang terdiri dari uttpeti, stiti, pralina atau sering disebut dengan istilah lahir, hidup, mati. Selain itu disebut juga bahwa di dalam badan (sarira) manusia terdapat tiga rasa yakni: luwe, arip, kenyel; dan tiga rasa dalam manah (pikiran) yakni: suka, duka, sebet, yang kesemuanya adalah tunggal dan saling berkaitan. Pada h.4b terdapat bagan sarira serta isinya, dan pada h.6b terdapat bagan tentang hal-hal yang dapat merusak jiwa. Informasi penulisan maupun penyalinan naskah tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.153-LT 155
Naskah Universitas Indonesia Library