Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Wuryaningtyas
"ABSTRAK
Keadaan masyarakat di Kampung Kauman, khususnya kaum perempuan, pada saat menjelang lahirnya `Aisyiyah menjadi latar belakang perjuangan Nyai Ahmad Dahlan untuk memperbaiki kaumnya yang saat itu masih terbelakang karena faktor sosial budaya, pendidikan, dan agama. Meskipun ia tidak berpendidikan formal, tetapi sanggup melakukan perjuangan itu. Hal itu, karena tidak terlepas dari latar belakang keluarga dan kepribadian dirinya yang sangat membantu sehingga dapat menjadi pemimpin bagi kaumnya untuk bergerak maju. Perjuangannya itu dilakukan setahap demi setahap. Gerak langkah perjuangannya dimulai dengan memberikan pendidikan bagi anak-anak perempuan melalui sekolah darurat, pengajian-pengajian dan kursus-kursus kepandaian putri. Semua kegiatan itu menjadi amal usaha Sopo Tresno, yang didirikannya pada tahun 1914. Akhimya Sopo Tresno berkembang menjadi suatu organisasi pergerakan perempuan yang memiliki banyak kegiatan di bidang ekonomi, pendidikan, agama dan sosial. Organisasi itu adalah `Aisyiyah yang diresmikan pada tahun 1917. Terbentuknya organisasi `Aisyiyah ini merupakan puncak bagi perjuangan Nyai Ahmad Dahlan dalam memajukan kaumnya, khususnya di Kampung Kauman, agar bisa sederajat dengan laki-laki. Penelitian mengenai perjuangan Nyai Ahmad Dahlan ini telah dilakukan di Kantor PP `Aisyiayh Yogyakarta, Perpustakaan Gedung Dakwah `Aisyiyah Yogyakarta, Perpustakaan Gedung Dakwah Pusat Muhammadiyah Jakarta, Perpustakaan UI Pusat Depok, Perpustakaan Fakultas Sastra UI Depok, dan Perpustakaan Wilayah Jakarta Timur Rawa Bunga. Tujuannya ialah untuk mengetahui tentang Kampung Kauman : letak dan sejarahnya, keadaan masyarakatnya dan khususnya keadaan kaum perempuannya; bagaimana latar belakang kehidupan dan kepribadian Nyai Ahmad Dahlan; dan usaha-usaha yang telah dilakukan Nyai Ahmad Dahlan bagi kemajuan kaumnya di Kauman sampai akhir hayatnya. Pengumpulan data dilakukan melalui metode kepustakaan dan metode lapangan. Metode kepustakaan dilakuka dengan mengumpulkan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini, baik tulisan-tulisan yang bersifat primer maupun sekunder. Sedangkan metode lapangan dilakukan dengan mewawancarai orang-orang yang mengetahui permasalahan dalam skripsi ini."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Choirul Furqon
"Penelitian ini membahas tentang peran elit pesantren dalam pemenangan pasangan kandidat Abdul Hafidz - Bayu Andrianto pada Pilkada Kabupaten Rembang tahun 2015. Fokus penelitian ini membahas tentang peran Nyai sebagai elit perempuan pesantren dalam proses pemenangan Abdul Hafidz ? Bayu Andrianto pada Pilkada 2015. Kajian yang mengangkat tema nyai pesantren secara spesifik belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Sebab kebanyakan kajian pesantren selama ini berfokus pada kiai sebagai sosok terkuat yang mendominasi berbagai modal kultural, sosial, ekonomi, dan politik pesantren. Teori yang digunakan untuk melihat praktik Pilkada Rembang 2015 yang memanggungkan Nyai Muhimmah ini adalah patron-klien milik James C. Scott. Ia menjelaskan bahwa hubungan patron-klien dapat dilihat melalui pola relasi yang terjalin antara elit sebagai patron dengan masyarakat sebagai klien. Dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi literatur, penulis menemukan bahwa nyai sebagai tokoh perempuan pesantren mampu menaikkan elektabilitas pasangan Abdul Hafidz ? Bayu Andrianto dengan kemenangan multak di seluruh kecamatan meski maju sebagai kandidat dari jalur independen. Melalui jejaring yang dimiliki, yaitu pesantren, organisasi maupun personal, ia berhasil memenangkan pasangan Abdul Hafidz ? Bayu Andianto.Berdasarkan hal tersebut, teori James Scott terbukti dapat digunakan dan relevan untuk menganalisa hubungan patron-klien antara Nyai dan Masyarakat di Kabupaten Rembang pada Pilkada tahun 2015

This research discusses the role of the pesantren elite in winning the Abdul Hafidz - Bayu Andrianto candidate pair in the 2015 Rembang District Election. Islamic boarding schools specifically have not been carried out by many researchers. This is because most studies on Islamic boarding schools so far have focused on the kiai as the strongest figure who dominates various cultural, social, economic and political capitals of pesantren. The theory used to look at the practice of the 2015 Rembang local elections where Nyai Muhimmah was staged was James C. Scott's patron-client. He explained that the patron-client relationship can be seen through the pattern of relations that exist between the elite as patrons and the community as clients. By using a qualitative method, namely data collection through in-depth interviews and literature studies, the authors found that Nyai as a female pesantren leader was able to increase the electability of the couple Abdul Hafidz - Bayu Andrianto with absolute victory in all sub-districts even though she ran as a candidate from an independent path. Through her network, namely Islamic boarding schools, organizations and individuals, she succeeded in winning the pair Abdul Hafidz - Bayu Andianto. Based on this, James Scott's theory has proven to be applicable and relevant to analyzing the patron-client relationship between Nyai and the people in Rembang Regency in the 2015 district election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Nurginaya
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dan tradisi. Salah satu tradisi dari Indonesia, yaitu tradisi gowokan.Terdapat dua karya yang membahas mengenai gowok, yaitu novel Nyai Gowok karya Budi Sardjono dan Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari. Kajian ini membahas gambaran mengenai kehidupan gowok dalam dua karya tersebut dan menitikberatkan nilai tradisi, sejarah, sosial, dan latar yang terdapat dalam kedua novel tersebut.
ABSTRACT
Indonesia is a country that has a lot of tradition and history. One of the traditions of Indonesia is gowokan tradition. There are two works that discusses about the gowok tradition, that is novel Nyai Gowok by Budi Sardjono and Lintang Kemukus Dini Hari by Ahmad Tohari. This study discusses the depiction of the life of gowok in two novels and specifically discusses the valur of tradition, history, social, and setting that in the two novels."
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
297.65 ABD p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oscar Mulyadhi Nurfalah
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas novel Bunga Roos Dari Cikembang karya Kwee Tek Hoay yang mengisahkan jalan hidup seorang keturunan Tionghoa, Ay Tjeng. Kehidupan Ay Tjeng selalu bersinggungan dengan para perempuan yang memiliki keterkaitan dengan budaya pernyaian; Martini, Gwat Nio, dan Roosminah. Para perempuan ini tidak digambarkan sebagai objek yang memiliki derajat lebih rendah, melainkan digambarkan bersifat baik, berbudi pekerti dan pandai. Penulis ingin mengungkap adanya pergeseran citra perempuan sebagai nyai melalui ketiga tokoh perempuan tersebut serta memperlihatkan gambaran budaya pernyaian pada zaman kolonial, khususnya di Jawa Barat, yang terlukis dalam cerpen Bunga Roos Dari Cikembang. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis serta pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan novel Bunga Roos Dari Cikembang dengan konteks dunia nyata. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pergeseran citraan perempuan sebagai nyai dan juga keturunannya dalam novel ini, berbeda dengan novel-novel Melayu Tionghoa sejenis yang mengandung unsur pernyaian.

ABSTRACT
This study discusses the novel Bunga Roos Dari Cikembang by Kwee Tek Hoay which tells the life of Chinese descent, Ay Tjeng. Ay Tjeng rsquo s life are always in contact with women who have cultural links with a nyai Martini, Gwat Nio, and Roosminah. These women are not portrayed as objects that have a lesser degree, but portrayed as a decent woman, well mannered and also smart. The author would like to reveal a shift in the image of women as a nyai and their offspring through the three female figures and showed a picture of a concubinage in colonial times, especially in West Java, which is illustrated in this story. This research was conducted with descriptive analytical method and approach of sociology of literature. Literary sociological approach is used to determine the relationship of the novel Bunga Roos Dari Cikembang with real world context. The research proves that there is a shift of images of women as a nyai and their offspring in this novel, in contrast to the other Malay Chinese novels with a similar content."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Munir Mulkhan
Jakarta: Bumi Aksara, 1990
297.65 ABD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Nur Adilah
"Kondisi perempuan sebelum adanya organisasi Aisyiyah di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Perempuan pada saat itu masih mengalami keterbelakangan, tidak terdidik serta awam dalam pemahaman agama. Maka kehadiran Aisyiyah membawa perubahan bagi perempuan hampir di seluruh Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dimana organisasi Aisyiyah menebarkan kiprahnya. Penelitian ini membahas sejarah Aisyiyah DKI Jakarta, peran Aisyiyah terhadap perempuan muslim di DKI Jakarta, serta faktor pendukung dan penghambat Aisyiyah di DKI Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik wawancara serta observasi laporan kegiatan dan data - data primer lainnya. Landasan Teoritis yang digunakan pada penelitian ini adalah pemberdayaan terhadap perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Aisyiyah DKI Jakarta telah melakukan pemberdayaan perempuan muslim di DKI Jakarta pada beberapa bidang, yaitu: peningkatan literasi, kesejahteraan, perlindungan, serta pengembangan diri. Pemberdayaan ini tidak lepas dari dukungan Muhammadiyyah sebagai organisasi induk yang terus berusaha meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat. Pemberdayaan ini lah yang menjadikan eksistensi Aisyiyah di DKI Jakarta mendapat dukungan dari berbagai pihak hingga saat ini karena manfaat yang terasa di masyarakat khusunya perempuan muslim. Selain itu, terdapat beberapa penghambat dalam organisasi Aisyiyah DKI Jakarta, antara lain: minimnya SDM, kurangnya sinergisitas antara pimpinan pusat dan cabang Aisyiyah DKI Jakarta, serta kurang profesionalnya kader Aisyiyah.

The condition of women before the existence of the Aisyiyah organization in Indonesia was still quite apprehensive. Women at that time were still underdeveloped, uneducated and ignorant in understanding religion. So Aisyiyah's presence brought change for women in almost all of Indonesia. DKI Jakarta is one of the areas where the Aisyiyah organization spread its work. This study discusses the history of Aisyiyah DKI Jakarta, the role of Aisyiyah towards Muslim women in DKI Jakarta, as well as the supporting and inhibiting factors for Aisyiyah in DKI Jakarta. The method used in this study is qualitative with interview techniques and observation of activity reports and other primary data. The theoretical basis used in this study is the empowerment of women. The results of this study indicate that Aisyiyah DKI Jakarta has empowered Muslim women in DKI Jakarta in several areas, namely: increasing literacy, welfare, protection, and self-development. This empowerment cannot be separated from the support of Muhammadiyah as the main organization which continues to increase awareness for the community. It is this empowerment that makes Aisyiyah's existence in DKI Jakarta receive support from various parties to date because of the benefits felt in society, especially Muslim women. In addition, there are several obstacles in the DKI Jakarta Aisyiyah organization, including: the lack of human resources, the lack of synergy between the central leadership and the DKI Jakarta Aisyiyah branch, and the lack of professionalism of Aisyiyah cadres."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno Kutoyo
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1985
922.975 98 SUT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Muhammad Ahmadi
"Pesantren yang merupakan subkultur bangsa Indonesia tentunya mempunyai struktur sosial sendiri yang unik. Kiai adalah tokoh sentral pesantren yang memimpin dan berdiri sebagai imam, guru juga pemilik lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Sehingga kiai memiliki otoritas yang penuh terhadap persantren yang dipimpinnya. Tak berlebihan kalau kemudian kiai disebut sebagai salah satu dari agen perubahan sosial yang ada dalam pesantren dan juga cultural broker bagi pesantren. Sebagai sebuah organisasi, pesantren tidak hanya kiai yang disebut aktor. Ada beberapa aktor dalam pesantren, salah satunya adalah ibu nyai yaitu istri kiai pemilik atau pengasuh pesantren.
Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta adalah pesantren salaf yang didalamnya tradisi Islam NU sangat kental. Pendidikan klasikal masih menjadi metode pendidikan dalam pesantren tersebut. Peran kiai masih dominan sebagaimana layaknya pesantren pada umumnya. Tetapi ada beberapa ibu nyai dalam pesantren ini juga memiliki peran yang tidak kalah dengan kiai. Sebab ibu nyai tidak digambarkan sebagai pendamping kiai saja tetapi ada peranan yang ibu nyai mainkan karena ibu nyai termasuk dalam elit pesantren yang tentunya memiliki power sebagaimana layaknya elit sosial dalam masyarakat.
Seberapa ibu nyai dalam pesantren Al Munawwir ini turut serta untuk memberikan arti dalam perjalanan pesantren. Dimana ibu nyai turut berperan serta dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pesantren. Peran ibu nyai yang menonjol dalam pesantren merupakan basil dari proses yang berlangsung dalam diri ibu nyai. Adanya persepsi yang dimilikinya dan struktur sosial pesantren yang saling berinteraksi ditambah dengan adanya motif dan situasi serta kondisi yang mendukung membuat ibu nyai dapat melakukan reproduksi dan memainkan perannya dengan kesadarannya sendiri. Tak dapat dinafikan adanya dorongan dari aktor-aktor lain dalam pesantren yang mendorong ibu nyai.
Human capital yang dimiliki oleh ibu nyai membuat ibu nyai dapat memberdayakan dirinya dan membuatnya lebih berperan dalam komunitas pesantren. Saat ibu nyai telah mendapatkan tempat dan legitimasi dari komunitas pesantren sebagai alit ibu nyai dapat membawa angin perubahan bagi pesantren. Ibu nyai sebagai perempuan sanggup mengalokasikan power dalam tindakan sosialnya. Otoritas power yang dimiliki ternyata dimanfwkan sedemikian rupa oleh ibu nyai walaupun ibu nyai mendapatkan tantangan sebagai konsekuensi logis ketika ada sekelompok orang yang bplum siap.
Pesanlren salaf tidak seperti dibayangkan selama ini sebagai sesuatu yang ortodok dan kaku yang mengkungkung peran dan kebebasan perempuan. Di pesantren ini peran ibu nyai ternyata tidak lepas dari legitimasi yang diberikan oleh komunitas pesantren terlebih adanya kiai yang memberikan legitimasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Prayudhi
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fungsi kata yang dalam surat kabar kaum peranakan Tionghoa dan surat kabar kaum pribumi. Hasil yang diperoleh adalah mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai fungsi kata yang dalam kedua surat kabar tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan fungsi kata yang. Penelitian ini mengambil sepuluh surat kabar kaum peranakan Tionghoa dan sepuluh surat kabar kaum pribumi. Setiap surat kabar diambil tiga artikel dari tahun yang sama. Untuk mengolah data digunakan teori sintaktis Harimurti Kridalaksana. Hasil penelitian ini menunjukkan fungsi yang sebagai konjungsi perluasan dan pembentuk nomina digunakan oleh penerbitan kaum peranakan Tionghoa maupun pribumi. Fungsi yang sebagai pengantar objek digunakan oleh seluruh surat kabar kaum peranakan Tionghoa yang dipergunakan dalam penelitian ini. Dalam surat kabar pribumi fungsi yang sebagai pengantar objek hanya ditemukan dalam satu artikel yaitu artikel surat kabar Neratja (artikel A). Kesimpulan penelitian ini adalah fungsi yang sebagai pengantar objek merupakan ciri khas sintaktis bahasa Melayu Tionghoa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>