Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tony Rudyansyah
"Perlu dijelaskan, untuk menghindari adanya salah pengertian, bahwa penggolongan yang ada di dalam struktur masyara_kat-Cipayung seperti yang digambarkan penulis, yakni santri dan orang biasa atau orang kebanyakan, bukanlah suatu kategori yang absolut. Penggolongan itu dibuat berdasarkan adanya perbedaan pandangan hidup dari dua sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat Cipayung; dan penulis gambar_kan dalam keadaan yang ideal atau dengan kata lain ditampil_kan di dalam perwujudannnya yang sempurna. Hal itu penulis lakukan karena, sejauh yang penulis ketahui, tidak ada jalan lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan dinamika dari kehidupan masyarakat Cipayung.Dinamika yang ada di dalam masyarakat Cipayung itu se_lalu berkisar antara masalah-masalah yang timbul karena ada_nya orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari kepercayaan setempat di satu pihak dan orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari agama Islam di dalam melihat dan menanggapi kehidupan ini di pihak lain. Oran--orang yang mengisi penggolongan dari struktur sosial itu mungkin saja untuk berubah-ubah, tetapi struktur sosial yang diwujudkannya selalu demikian. Konflik-konflik yang tim_bul dalam masyarakat Cipayung pada umumnya dapat dikembaliknn kepada masalah itu satu pihak menekankan konsepsi mereka_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Eka Pradani
"ABSTRAK
Salah satu budaya masyarakat yang dapat dikaji adalah mengenai sistem religi. Pada kesempatan ini penulis memilih untuk mengkaji kehidupan religi dan berbagai upacara keagamaan yang dijalani oleh masyarakat adat Benuaq melalui novel Upacara. Permasalahan yang diangkat melalui novel ini ialah mengenai ritual keagamaan yang dijalani beserta pemikiran dan sikap mereka. Penulis juga akan memberikan penilaian terhadap karya novel ini menggunakan metode kritik sastra mimetik dengan pendekatan antropologi sastra. Kajian dengan mengunakan metode mimetik itu tidak terlepas pula dari unsur intrinsik karya, yakni pelataran, penokohan, dan pengaluran. Setelah melalui penelitian dan pengkajian diperoleh hasil bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam novel Upacara merupakan mimetik kehidupan nyata masyarakat adat Benuaq.

Abstract
One of the cultural communities that can be studied is about the religious system. On this occasion, the authors chose to examine the religious life and religious ceremonies by indigenous Benuaq?s peoples through the novel Upacara. Issues raised by this novel is about the religious ritual that served by Benuaq?s peoples and also their thoughts and attitudes. The authors also would provide an assessment of the novel through mimetic methods and anthropological literary approach. Mimetic can not be separated from the intrinsic element of the novel, namely the setting, characterizations, and plot. The research and study results showed that the events in the novel is a mimetic real life Benuaq society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43219
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mianti
"Penelitian ini berangkat dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana film sebagai salah satu produk kesenian dapat juga digunakan untuk merepresentasikan realita sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengulas konten film Tanda Tanya sebagai salah satu film yang merepresentasikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. Dalam konteks penelitian ini, aspek utama yang dinilai adalah konten film secara struktural yaitu aktor-aktor membentuk suatu relasi yang digambarkan melalui dialog, adegan, dan alur cerita dalam film. Relasi yang terjalin antar aktor menciptkan struktur sosial yang mendefinisikan diri mereka pada kelompok-kelompok tertentu. Misalnya dalam film Tanda Tanya ada kelompokkelompok agama yang sifatnya puritan maupun sinkretis. Struktur sosial yang terbentuk dalam film mencerminkan realita yang ada di masyarakat.
Selain aspek diatas beberapa aspek penting lainnya yang dianggap berpengaruh terhadap film sebagai representasi sosial adalah aspek kultural. Aspek kultural yang ditunjukan ke dalam bentuk penanaman nilai-nilai atau ideologi Sutradara ke dalam kreasi film. Penanaman nilai-nilai tersebut mempunyai motivasi untuk menggambarkan situasi ideal di masyarakat atau dapat juga digunakan sebagai ekspektasi Sutradara terhadap suatu konteks sosial masyarakat tertentu.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa film Tanda Tanya berhasil mengubah suatu produk seni menjadi karya ilmiah melalui kacamata sosiologi dengan memotret kehidupan keberagamaan yang ada di Indonesia. Kehidupan keberagamaan tersebut dicerminkan melalui sikap pluralisme antar anggota kelompok agama tertentu terhadap kelompok agama lainnya. Adegan interaksi antar anggota kelompok agama satu dengan yang lainnya diambil melalui beberapa kasus yang terjadi dalam realita sosial di masyarakat sehingga dengan begitu film Tanda Tanya adalah salah satu dari sedikit film di Indonesia yang menggambarkan proses kehidupan keberagamaan yang sebelumnya toleran namun karena adanya factor-faktor eksternal menciptkan konflik-konflik sesuai dengan realita sosial di masyarakat.

This study aims to learn how far a movie, as an artistic product, is used to represent reality in the social world. This study employs qualitative approach to cover contents in ?Tanda Tanya? as a movie representing religious life of the Indonesian people. In the context of this study, the main aspect considered is the structural contents, which is relations shaped by the actors through dialogues, scenes, and story plots of the movie. Bonded relations among actors create social structures that define themselves into certain groups. For instance, in the movie, there were several religious groups of puritan and syncretism. Social structures formed in the movie reflect reality in the society.
Besides the aspects above, another relevant aspect also influenced the social representation in the movie, which is the cultural aspect. Culture is represented by the director's values and ideologies incorporated into his creation. Such values motivated to illustrate the ideal situation in the society or could be used as the director?s expectations on a certain social context.
The results to this study shows that the movie ?Tanda Tanya? succeeded in shifting an artistic product into a scientific product, using sociological view to snap the religious life in Indonesia. The religious life is reflected through the state of pluralism between members of a certain religious group and other religious groups. The scene where interactions between one religious group to another was taken from many cases which happened in the social reality. Thus, the movie is one of many Indonesian movie illustrating the process of religious lives, which was previously tolerant but then various external factors created conflicts, just as in the social reality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshori
"Speaking about Kyai is no end. Kyai has been attracting many circles, moreover,when kyai are connected with religious authority they have.Discussion around kyai is getting concroversial...."
[place of publication not identified]: [publiser not identified], [Date of publication not identified]
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syamsuritzal
"Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang bhinneka, arti_nya terdiri dari, beraneka macam suku bangsa. Ada suku bangsa yang berasal dari berbagai daerah, seperti: Aceh, Batak, Mi_nangkabau,. Sunda, Jawa, Bugis, Dayak dan lain-lain. Ada pula suku bangsa yang berasal dari.keturunan Asing, seperti: ketu_runan Cina, Arab, Belanda dan lain-lain.Masalah yang menarik bagi penulis, ialah masalah keturu_nan Arab. Untuk bisa menyelami kehidupan di lingkungan mereka, terutama aspek-aspek yang berhubungan dengan keagamaan mereka, penulis menggunakan pengamatan partisipasi. Penulis langsung terjun ke lapangan dan tinggal beberapa hari bersama mereka untuk mengikuti beberapa upacara keagamaan di kalangan mere_ka. Kemudian mewawancarai pimpinan upacara atau imam tentang hal-hal yang dianggap penting. Kemudian penulis berusaha menguraikan masalah secara deskriptif. Tempat-tempat yang penulis kunjungi pada waktu upacara keagamaan ialah: Al--Rabithat Al-Alawiyah dan Jami'at Khair J1. K.H. Mas Mansyur 17 Jakarta, Mesjid Luar Batang di Pasar..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtiar Effendy
Jakarta: Galang Press, 2001
297.63 BAH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mudjahirin Thohir
"Permasalahan yang diajukan untuk dicari jawabannya dilapangan adalah bagaimana agama yang dilihat dan ditempatkan sebagai nilai-nilai budaya yang bersifat sakral yang isinya terdiri dari pandangan hidup (worldview) dan etos untuk menginterpretasi dan menjadikannya sebagai pedoman untuk pemenuhan kebutuhan biologi, kebutuhan sosial, dan kebutuhan adab, dibakukan dan perlakukan dalam kehidupan masyarakat Bangsri Jepara. Pengertian agama dalam studi ini dilihat dalam perspektif kebudayaan. Sedang teori kebudayaan yang digunakan adalah teori ideasional yang dikembangkan oleh Clifford Geertz dan Parsudi Suparlan serta ahli lain yang sepaham.
Berdasarkan pada studi lapangan, menunjukkan bahwa: 1) Agama dalam realitas sosial pada dasamya adalah hasil tafsiran-tafsiran terhadap apa yang diyakininya sebagai bersumber dari teks-teks suci. Dari tafsiran-tafsiran itu melahirkan model-model tentang pengetahuan dan keyakinan keagamaan yang bervariasi. Model-model pengetahuan dan keyakinan keagamaan sebagai hasil tafsiran-tafsiran tersebut merupakan "warisan" yang diterimanya dari generasi-generasi sebelumnya melalui suatu proses kebudayaan, dan warisan tersebut diterima, dibakukan, dan diberlakukan oleh sejumlah orang tetapi tidak untuk sejumlah orang yang lain. Karena itu (2) dalam kehidupan sosial terdapat macam-macam komunitas keagamaan, di mana masing-masing komunitas tersebut dalam satu segi diikat oleh kesadaran kedaerahan yang diperkuat oleh kesamaan faham keagamaan, dan organisasi-organisasi sosial keagamaan tetapi dalam segi yang lain, faham keagamaan dan organisasi sosial yang berbeda-beda tadi pada saat-saat tertentu bisa memudarkan atau memperlemah ikatan-ikatan kedaerahan atau persaudaraan. Dalam konteks seperti inilah sering terjadi (3) tumpang tindih antara kepentingan agama dengan kepentingan orang beragama; antara kebenaran agama dan kebenaran yang diperjuangkan oleh lembaga. Tumpang tindih demikian semakin kelihatan ketika warga masyarakat dihadapkan oleh kompetisi untuk memperebutkan sumber-sumber daya lingkungan yang terbatas. Dalam kondisi seperti itu, nilai-nilai agama yang berisi pandangan hidup dan etos mengalami penyempitan-penyempitan makna karena ia akan ditakar disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan ukuran-ukuran kepuasan antar-kelompok keagamaan atau oleh lembaga-lembaga sosial yang menggunakan atribut-atribut keagamaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
D405
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radjasa Mu`tasim
"Tema penelitian ini adalah `wacana keagamaan 'lokal' yang dikaitkan dengan `perilaku sosial' , jadi masuk dalann kajian antropologi linguists. Asumsi yang mendasari adalah ; bahwa bahasa dan perilaku sosial memiliki hubungan yang sangat erat. Faktor bahasa menentukan sikap dan perilaku seseorang, bahkan karena begitu pentingnya peran bahasa dalam kehidupan seseorang, apa yang ada di luar jangkauan bahasanya tidak dapat dipikirkan apalagi dikerjakan. `Wacana keagamaan' yang dimaksudkan adalah ungkapan-ungkapan yang muncul di masyarakat, sebagai cerminan dari pengetahuan data keyakinan agama. Ungkapan-ungkapan itu akan dianalisis dengan melihat makna kebudayaan yang tersembunyi, sehingga terlihat jelas hubungannya dengan perilaku masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pedesaan yang mempunyai latar belakang keagamaan yang kuat dan dipimpin oleh seorang tokoh agama yang kharismatik. Desa ini bernama Jumeneng (selanjutnya disamarkan menjadi Mangadeg) di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pengumpulan datanya dilaksanakan dengan cara observasi dan wawancara mendalam pada kurun waktu 1998 - 1999, selama kurang lebih satu tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana keagamaan lokal yang berkembang pada masyarakat Mangadeg menyiratkan adanya pola pemahaman keagamaan yang mereka sebut sebagi salaf ( tradisional ). Pemahaman tersebut berakar pada sikap ketaatan masyarakat terhadap Kyai yang memiliki kekuasaan sangat kuat, baik dalam kehidupan beragama maupun kehidupan social. Kyai adalah rujukan utama bagi masyarakat dalam berbagai bidang. Proses pembentukan wacana tersebut, diawali dengan digunakannya teks-teks keagamaan yang ditentukan oleh Kyai sebagai sumber, yang kemudian oleh Kyai diterjemahkan untuk masyarakat. Apa yang disampaikan Kyai, sebagai wacana, sangat dipengaruhi oleh posisinya sebagai elit masyarakat yang memegang kendali kehidupan di Mangadeg. Produksi wacana dari Kyai ( hasil interpretasi ) sarat dengan berbagai kepentingan subyektif ; terutama kepentingan politik atau kekuasaan yang dipegangnya. Oleh karena itulah dominasi Kyai dengan sendirinya, didukung wacana keagamaan masyarakat yang bersumber dari Kyai sendiri. Padahal wacana Kyai adalah satu-satunya yang dipegangi masyarakat.
Maka, seluruh aspek kehidupan masyarakat didominasi oleh kharisma Kyai tersebut. Subtansi agama yang dikembangkan secara lokusumal adalah yang terkait dengan kesalehan individual. Sedangkan yang terkait dengan kesalehan sosial tidak berkembang. Agama diwacanakan sebagai jalan untuk menyelamatkan diri dari api neraka, bukan sebagai rahmat lii alamin yang berdimensi sosial. Karena itu secara illokusional masyarakat memahami agama sebagai jalan menyelamatkan diri sendiri.
Perilaku masyarakat cenderung hanya melaksanakan norma agama yang sifatnya individualistik, tetapi sangat lemah komitmennya terhadap persoalan sosial. Kontrol masyarakat terhadap pelanggaran norma agama sangat keras, tetapi sangat lemah kontrol terhadap penyimpangan sosial. Sikap ambivalen seperti ini tentu terkait dengan pola keagamaan mereka yang didominasi oleh Kyai, yang notabene kurang memiliki referensi yang cukup dalam masalah-masalah kemasyarakatan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoewisno MS
Jakarta: Khas Studio , 1988
305.809 58 DJO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>