Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yakti Rizkinanda
"Sejak jaman Cina kuno, yaitu jaman di mana dinasti-dinasti secara silih berganti memerintah di Cina, perang merupakan alat pergantian kekuasaan hingga pada akhimya terbentuk suatu negara Republik yang meruntuhkan dinasti Cling, dinasti terakhir di Cina. Pemikiran strategi perang di Cina dewasa ini nampaknya dipengaruhl oleh pemikiran ahli-ahli perang Cina kuno, pemikiran militer Mao Zedong dan juga pengaruh Soviet melalui Marxisme-Leninisme. Sun Zi, ahli strategi perang Cina kuno yang hidup pada tahun 500 sebelum Masehi banyak mempengaruhi pemikiran ahli-ahli strategi perang di dalam sejarah perang Cina hingga kini. Yang menarik untuk diamati adalah pengaruh pemikiran Sun Zi yang terdapat di dalam tulisan Mao Zedong pada tahun 1936 yaitu Masalah Strategi di Dalam Perang Revolusioner Cina Di dalam tulisan tersebut, Mao Zedong banyak mengutip konsep-konsep pemikiran Sun Zi mengenai strategi perang. Dari peninggalan-peninggalan Wasik bangsa Cina, Mao Zedong menggali pemikiran-pemikiran yang dapat dipakainya untuk menerangkan gagasan-gagasannya tentang perang. Dalam kasus ini Mao Zedong berusaha untuk menerapkan pemikiran perang Cina kuno dan pengalaman pribadinya dalam berperang ke dalam suatu tulisan mengenai strategi perang. Dari pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa terdapat banyak kesamaan pandangan dari dua ahli strategi perang Cina yang hidup dalam zaman yang berbeda."
1991
S13092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mao, Zedong
Beijing: Renmin Wenxue Chubanshe Chuban, 2002
SIN 920.051 MAO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Sukma, 1964-
Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995
951 RIZ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Ichsan Arifin
"Pemikiran militer Mao Zedong dan peranannya dalam Tentara Pembebasan Rakyat. Di bawah bimbingan Dr. A. Dahana , Fakultas Sastra Universitas Indonesia , 1997. Sejak masa dinasti, peran dan kehadiran militer dalam perjalanan sejarah bangsa Cina sangat penting. Pergantian antara dinasti yang satu ke dinasti berikutnya selalu ditandai dengan adanya pemberontakan bersenjata kaum tani terhadap dinasti penguasa yang dianggap telah kehilangan 'mandat clan langit' (Tianming). Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cikal bakal militer di Cina.
Jika pada masa Cina klasik terdapat pemikiran militer Sun Zi yang sangat terkenal, maka pada masa Cina kontemporer terdapat pemikiran militer Mao Zedong. Mao terkenal dengan konsep Perang Rakyat-nya sebagai doktrin rniliter. Doktrin tersebut telah menjadi suatu landasan kebijaksanaan militer Cina selama puluhan tahun. Pemikirannya tersebut dipengaruhi oleh dua sumber utama yaitu pemikiran Cina klasik dan Marxisme-Leninisme.
Dalam pernikirannya, Mao sangat memperhatikan keseimbangan antara unsur 'merah' dan 'ahli' namun pada pelaksanaannya justru terdapat penekanan dalam hal 'manusia yang mengungguli mesin' sehingga unsur keahlian dan modemisasi militer agak terabaikan. Perselisihan antara unsur 'merah' dan 'ahli' tersebut selalu mewarnai kemelut kepemimpinan di Cina dan mencapai puncaknya pada saat pecahnya Revolusi Besar Kebudayaan Proletariat (Wenhua da Geming) di tahun 1966."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S13057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S5860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganik
"Skripsi ini membahas tentang ekonomi politik dalam prinsip Minsheng. Prinsip Minsheng dijabarkan melalui unsur-unsur dan aspek-aspek ekonomi politik. Unsur-unsur yang terkandung dalam prinsip Minsheng terdiri dari pendirian Sun terhadap interpretasi sejarah dan kritik terhadap Marx, pajak atas tanah, kerja sama dan peran negara. Aspek-aspek prinsip Minsheng yaitu aspek keadilan, kesejahteraan, keharmonisan dan kekuasaan negara. Aspek keadilan meliputi keadilan pada masyarakat domestik dan internasional. Aspek kesejahteraan mencakup pemenuhan semua kebutuhan pokok hidup manusia seperti makanan, pakaian, pemukiman dan transportasi. Aspek keharmonisan meliputi keharmonisan pada kapitalis buruh, masyarakat kooperatif, negara dan masyarakat, sektor publik dan sektor swasta, harmoni agung. Aspek kekuasaan negara meliputi pemegang otoritas dan pelindung rakyat, penggerak dan pengelola industri negara, pewujud kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian yang menggambarkan secara detail isi pemikiran Sun Yat-sen yaitu Prinsip Minsheng. Penulis menganalisis unsur-unsur pada pembentukan konsep Minsheng dan aspek-aspek ekonomi politik yang terkandung di dalam konsep Minsheng.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prinsip Minsheng adalah persoalan utama penghidupan masyarakat; Sosialisme menjadi bagian Prinsip Minsheng; Prinsip Minsheng memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan, keharmonisan dan kekuasaan negara; Prinsip Minsheng tidak hanya sebagai prinsip ekonomi Cina tetapi Minsheng merupakan sistem ekonomi politik.

This study focuses on political economy in Minsheng Principle. Minsheng Principle is elaborated into political economy elements and aspects. The elements of Minsheng Principle includes Sun?s conviction of history interpretation and critism of Marx Theory, land tax, cooperation, role of government. Political economy aspects of Minsheng Principle consist of justice, prosperity, harmonism, state authority. Justice aspect covers justice in domestic and international society. Prosperity aspect covers the fulfillment of human need such as food, clothing, housing and transportation. Harmonism aspect includes harmonism in capitalist and worker, society cooperation, state and society, public sector and private sector, great harmony. State authority includes authority holder and society protector, activator and manager in state enterprise, creator of people?s prosperity. This research uses descriptive analysis method. This Research elaborates the content of Minsheng Principle. Then the researcher analyses elements in formulating Minsheng Principle and political economy aspects in Minsheng Principle. The conclusion of this research is that Minsheng Principle means livelihood; Sosialism is part of Minsheng Principle; Minsheng Principle has several purpose those are justice, prosperity, harmonism, state authority; Minsheng Principle is not only an economic principle of China but also a political economic system."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12970
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saribu, Marintan Dolok
"Kaum intelektual di Cina adalah mereka yang memiliki pendidikan menengah ke atas atau mereka yang memiliki pendidikan yang hampir setaraf dengan itu. Dapat digolongkan ke dalamnya adalah para pengajar universitas, guru sekolah menengah, anggota staf, mahasiswa, pelajar, guru sekolah dasar, para profesional, insinyur, teknisi, dan mereka yang mempunyai kedudukan yang penting. Para pemimpin Cina selalu mempunyai pandangan dan sikap yang berubah-ubah dari waktu ke waktu dalam menghadapi kaum intelektual. Sebelum Republik Rakyat Cina berdiri, pada tanggal 1 Desember 1939, dalam suatu rencana keputusan yang dibuat oleh Mao Zedong bagi Komite Sentral PKC dikatakan bahwa ...Tangga partisipasi kaum intelektual, kemenangan revolusi adalah tidak mungkin. Tentara dan partai kita telah berusaha untuk merekrut para intelektual selama tiga tahun terakhir ini, dan banyak intelektual revolusioner yang telah terserap ke dalam partai, tentara, organ-organ pemerintah, pergerakan kebudayaan, dan pergerakan massa, hal ini menuju pada persatuan; Ini merupakan basil yang sangat besar yang telah dicapai. Selaiu itu pada tanggal 24 April 1945, Mao di dalam program khusus kebijaksanaan PKC tentang masalah kebudayaan, pendidikan dan intelektual mengalakan bahwa bencana yang menimpa rakyat Cina karena penindasan asing dan kaum feodal juga mempengaruhi kebudayaan nasional kita. Lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan yang maju serta pendidikan dan pekerja budaya juga ikut menderita. untuk melenyapkan penindasan asing dan kaum feodal dalam jumlah yang besar bagi rakyat. Dan negara Cina juga membutuhkan para ilmuwan, intelektual, insinyur, teknisi, dokter, jurnalis, pelukis, sastrawan dan artis. Mereka harus diilhami dengan semangat untuk melayani rakyat dan harus bekerja keras. Asal saja mereka melayani rakyat dengan terpuji maka seluruh kaum intelektual merupakan milik rakyat dan negara yang berharga dan mulia. Masalah kaum intelektual menjadi penting di Cina karena latar belakang kebudayaan negara Cina merupakan hasil tekanan asing dan feodal dan karena kaum intelektual sangat dibutuhkan dalam perjuangan rakyat bagi kemerdekaan. Pada tahun 1949 setelah berhasil menguasai Cina Daratan dari tangan Nasionalis, Partai Komunis Cina segera berupaya merombak struktur lembaga-lembaga pemerintahan dan menggantikannya, sesuai dengan ideologi yang mereka anut. Sejak saat itu, kepemimpinan politik RRC juga selalu berubah, berganti_-ganti antara kepemimpinan kelompok moderat yang bergaya Birokrat dan kelompok radikal yang bergaya Maois..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdin
"Pembaruan pemikiran Islam merupakan hal yang niscaya Secara spesifik, pembaruan pemikiran Islam yang terjadi di Indonesia pada awal abad ke-20, dipengaruhi oleh pemikiran dari Timur Tengah, terutama pemikiran Wahabiah yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi, hal terpensing dalam pembaruan yang perlu dipertegas dan pembaruan pembaruan pemikiran Islam yaitu adanya ruang terbuka dalam al-Quran dan al-Hadits untuk terus-menerus diinterpretasikan dan direalisasikan dalam berbagai konseks serta ruang dan waktu.
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi pemikiran Ahmad Wahib, dengan terlebih dahulu rnengetahui gagasan-gagasan pembaruannya, serta memetakan pemikirannya, yang pada akhirnya akan diketahui dan diidentifikasi kontribusi pemikirannya terhadap pembaruan pemikiran Islam di Indonesia Sehingga penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk memberikan kontribusi akademik tentang permikiran Islam di Indonesia.
Dalam penelitian ini teori yang akan digunakan adalah teori pembaruan, sebagaimana ditawarkan oleh Fazlur Rahman yang menganalisis sekaligus membagi dialektika pemikiran Islam ke dalam empat pemikiran, yaitu ; revivalisme pra-moderns, modernisme klasik, neo-revivalisme dan neomodernisme. Teori ini digunakan, karena mampu mengakomodasi gerakan pembaruan, baik dalam kerangka revivalisme maupun modernisme. Dan pemikiran Ahmad Wahib, akan dianalisis berdasarkan teori pembaruan yang ditawarkan Fazlur Rahman ini.
Penelitian ini akan dibatasi dengan menjadikan pemikiran Ahmad sebagai obyek penelitian, sementara karakteristik datanya adalah data teks. Data teks yang dimaksud adalah buku 'Pergolakan Pemikiran Islam', 'Catatan Harlan Ahmad Wahib', yang disunting oleh Djohan Effendi dan Ismed Natsir. Dan buku ini dijadikan sebagai dasar primer. Adapun data sekunder diperoleh dan buku-buku dan tulisan-tulisan yang membahas pemikiran Ahmad Wahib, serta buku-buku yang secara umum membahas pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.Dengan menggunakan teori dan metodologi Peneltian yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan beberapa gagasan Ahmad Wahib mengenai pembaruan pemikiran Islam di Indonesia, yaitu; kebebasan berpikir, Mencari eksistensi, pentingnya Sekularisasi, pentingnya ijtihad kontekstual, dan sejarah nabi sebagai sumber ajaran Islam. Gagasan inilah, yang merupakan kontribusi Ahmad Wahib terhadap pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.

Modernization of thought in Islam is inevitable. Specifically, modernization of Islamic thought occurred early in 20th century, influenced by Middle East thought, particularly. Wahabiyah's thought was developed by Muhammad Bin Abdul Wahab. However, the most main point in modernization needs to be firmed within modernization of Islamic thought is the open space within al-Qur'an and hadist to be interpreted and realized continuously in any context, time, and space.
The objective of this research is to explore Ahmad Wahib's thought, initially by recognizing his ideas of modernization, mapping his thought as well. Finally, his thought contribution toward Islamic thought in Indonesia will be recognized and identified. So, this research is supposed to be beneficial for academic purposes on Islamic thought in Indonesia.
In this research the theory will be utilized is modernization theory, as offered by Fazlur Rahman shat analyzed and divided the thought dialectique into four short of thought, i.e.: pre-modemist revivalism, classical modernism, neorevivalism, and neo-modernism. Then Wahib's thought will be analyzed based on modernization theory offerred by Fazlur Rahman.
This research will be restricted by considering Ahmad's thought as object of the research, meanwhile its characteristic is textual data. The textual data meant is Pergolakan Pemikiran Islam, Catatan Harlan Muhammad Wahib', that is edited by Djohan Effendi and Ismed Natsir. This book is considered as primary data. Meanwhile, the secondary data is gained from many related books and writings on Wahib's thought, also many books generally discussing on Islamic thought modernization in Indonesia.
The method utilized in this research is hermeneutic method, i.e., interpretation of the object having meaning for the purpose of reaching the possible objective understanding. This method can be implemented in three steps: study on the essence of the text, the process of appreciation, and the process of interpretation. The data for this research are gained by collecting text document. Meanwhile, to analyze data, discourse analysis is utilized.
By making use of the theory and methodology of the research illustrated above, the ideas of Ahmad Wahib on modernization of Islamic thought in Indonesia can be concluded, i.e., freedom of thought, searching the existence, the significance of secularization, the importance of contextual iftihad, and the history of the prophet as the source of Islamic teaching. This is the idea of Ahmad Wahib as his contribution to the modernization of Islamic thought in Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina
"[Sebagai pemimpin tertinggi Republik Rakyat Cina pada tahun 1949-1976, Mao Zedong
banyak membawa pengaruh pada berbagai aspek dalam negara, salah satunya aspek militer.
Berbagai pemikirannya dalam bidang militer diaplikasikan pada kegiatan militer Republik
Rakyat Cina, terutama pada Tentara Pembebasan Rakyat sebagai komponen utama militer
negara. Setelah meninggalnya Mao Zedong, Deng Xiaoping melanjutkan kepemimpinan dan
mencanangkan pelaksanaan program Empat Modernisasi pada tahun 1978 yang di dalamnya
berisikan program modernisasi militer. Secara otomatis, Tentara Pembebasan Rakyat
mengalami modernisasi pada masa tersebut. Pemikiran militer Mao Zedong yang sebelumnya berpengaruh kuat dalam Tentara Pembebasan Rakyat juga mengalami perubahan.;As the supreme leader of the People's Republic of China in 1949-1976, Mao Zedong has
strong influence in various aspects of the country, including military aspect. His military
thoughts was applied to military activities of the People's Republic of China, especially in the
People's Liberation Army as a major component of the country's military. After the death of
Mao Zedong, Deng Xiaoping became president of the People's Republic of China and started
the Four Modernizations program in 1978 which contains military modernization program.
It’s also followed by the modernization of People's Liberation Army. Since that, the strong influence from Mao Zedong's military thoughts in the People's Liberation Army is also changing.;As the supreme leader of the People's Republic of China in 1949-1976, Mao Zedong has
strong influence in various aspects of the country, including military aspect. His military
thoughts was applied to military activities of the People's Republic of China, especially in the
People's Liberation Army as a major component of the country's military. After the death of
Mao Zedong, Deng Xiaoping became president of the People's Republic of China and started
the Four Modernizations program in 1978 which contains military modernization program.
It’s also followed by the modernization of People's Liberation Army. Since that, the strong influence from Mao Zedong's military thoughts in the People's Liberation Army is also changing., As the supreme leader of the People's Republic of China in 1949-1976, Mao Zedong has
strong influence in various aspects of the country, including military aspect. His military
thoughts was applied to military activities of the People's Republic of China, especially in the
People's Liberation Army as a major component of the country's military. After the death of
Mao Zedong, Deng Xiaoping became president of the People's Republic of China and started
the Four Modernizations program in 1978 which contains military modernization program.
It’s also followed by the modernization of People's Liberation Army. Since that, the strong influence from Mao Zedong's military thoughts in the People's Liberation Army is also changing.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>