Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102892 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saribu, Marintan Dolok
"Kaum intelektual di Cina adalah mereka yang memiliki pendidikan menengah ke atas atau mereka yang memiliki pendidikan yang hampir setaraf dengan itu. Dapat digolongkan ke dalamnya adalah para pengajar universitas, guru sekolah menengah, anggota staf, mahasiswa, pelajar, guru sekolah dasar, para profesional, insinyur, teknisi, dan mereka yang mempunyai kedudukan yang penting. Para pemimpin Cina selalu mempunyai pandangan dan sikap yang berubah-ubah dari waktu ke waktu dalam menghadapi kaum intelektual. Sebelum Republik Rakyat Cina berdiri, pada tanggal 1 Desember 1939, dalam suatu rencana keputusan yang dibuat oleh Mao Zedong bagi Komite Sentral PKC dikatakan bahwa ...Tangga partisipasi kaum intelektual, kemenangan revolusi adalah tidak mungkin. Tentara dan partai kita telah berusaha untuk merekrut para intelektual selama tiga tahun terakhir ini, dan banyak intelektual revolusioner yang telah terserap ke dalam partai, tentara, organ-organ pemerintah, pergerakan kebudayaan, dan pergerakan massa, hal ini menuju pada persatuan; Ini merupakan basil yang sangat besar yang telah dicapai. Selaiu itu pada tanggal 24 April 1945, Mao di dalam program khusus kebijaksanaan PKC tentang masalah kebudayaan, pendidikan dan intelektual mengalakan bahwa bencana yang menimpa rakyat Cina karena penindasan asing dan kaum feodal juga mempengaruhi kebudayaan nasional kita. Lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan yang maju serta pendidikan dan pekerja budaya juga ikut menderita. untuk melenyapkan penindasan asing dan kaum feodal dalam jumlah yang besar bagi rakyat. Dan negara Cina juga membutuhkan para ilmuwan, intelektual, insinyur, teknisi, dokter, jurnalis, pelukis, sastrawan dan artis. Mereka harus diilhami dengan semangat untuk melayani rakyat dan harus bekerja keras. Asal saja mereka melayani rakyat dengan terpuji maka seluruh kaum intelektual merupakan milik rakyat dan negara yang berharga dan mulia. Masalah kaum intelektual menjadi penting di Cina karena latar belakang kebudayaan negara Cina merupakan hasil tekanan asing dan feodal dan karena kaum intelektual sangat dibutuhkan dalam perjuangan rakyat bagi kemerdekaan. Pada tahun 1949 setelah berhasil menguasai Cina Daratan dari tangan Nasionalis, Partai Komunis Cina segera berupaya merombak struktur lembaga-lembaga pemerintahan dan menggantikannya, sesuai dengan ideologi yang mereka anut. Sejak saat itu, kepemimpinan politik RRC juga selalu berubah, berganti_-ganti antara kepemimpinan kelompok moderat yang bergaya Birokrat dan kelompok radikal yang bergaya Maois..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
951 PRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boulder Westview Press 1992,
951 Chi
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor, George E.
New York Institute of Pasific Relations 1940
320.9 T 20
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ngoei Sui Ling
"ABSTRAK
Skripsi mengenai Bangka Pada Masa Revolusi, mengkaji reaksi masyarakat Bangka terhadap pola-pola pemerintahan yang dijalankan pada masa revolusi. Untuk mengkaji masalah tersebut digunakan Metode Sejarah yang proses penelitiannya dilakukan dalam beberapa tahap. Mulai dari pengumpulan data melalui studi kepustakaan, kemudian melakukan kritik intern dan penafsiran terhadap data. Setelah itu kemudian melakukan penulisan dengan menggunakan metode deskriptif Analisis. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peminat studi sejarah Indonesia, khususnya pada masa revolusi. Hasil yang diperoieh dapat dipahami mengapa masyarakat Bangka sangat mendukung pemerin_tahan RI yang diproklamasikan Soekarno - Hatta. Sehingga setelah penyerahan Kedaulatan pada 27 Desember 1949, rakyat Bangka menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

"
1996
S12579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mao Zedong is discussed in terms of his four thoughts on Marxism-Mao Leninism: the Chinese-zation of Marxism, priority of praxis, contradiction, and mass-line. The conclusion of the articles says that Mao's basic thought is revolutionary will."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mao, Zedong
Beijing : Wu zhou chuan bo chu ban she, 2006
SIN 895.1 MAO i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Valentia
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13011
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surryanto Djoko Waluyo
"Munculnya Mao Zedong sejak sebelum terbentuknya PKC sampai dengan terbentuknya PKC pada tahun 1921 telah menyemarakkan perebutan kekuasaan antara PKC dan Guomindang. Mao kemudian selalu berperan aktif dalam setiap momentum perjuangan melawan musuh baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Cina. Melalui pola strategi perjuangan dan kepemimpinannya yang ampuh Mao berhasil membangun basis-basis merah yang kokoh. Taktik perang gerilya yang dikembangkannya semasa perang melawan Jepang merupakan taktik ampuh untuk melumpuhkan kekuatan musuh. Keberhasilan Mao dalam mengindoktrinasi anggota partai dan tentara telah mewujudkan PKC yang handal yang pada akhirnya mampu melumpuhkan kekuatan Guomindang serta berhasil meniadikan PKC berkuasa di seluruh negeri sejak tahun 1949. Semuanya ini merupakan wujud nyata hasi perjuangan Mao yang didukung oleh unsur rakyat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S12703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>