Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 134292 Document(s) match with the query
cover
Nurni Wahyu Wuryandari
"Taiyang Zhao zai Sanggan He shang atau Matahari, bersinar di atas Sungai Sanggan (disingkat: Matahari) adalah novel terbesar yang dihasilkan Ding Ling, penulis wanita terkemuka di Republik Rakyat Cina (RRC). Novel itu mulai ditulis pada bulan September tahun 1946 di Fuping (propinsi Hebei), setelah Ding Ling ikut serta dalam tim kerja land reform pada bulan Juli 1946 di Huailai (propinsi Chahaer).1 Berdasarkan pengalamannya itulah tema cerita yang ditampilkan dalam novel Matahari a_dalah land reform.2 Gagasan tentang latar cerita, yaitu desa Nuanshui yang terletak.di daerah tepian Sungai Sanggan (propinsi Hebei), baru muncul ketika Ding Ling menerima berita yang sangat mengesankan dari daerah tersebut. Hal itu dinyatakannya pada bagian pendahuluan novel: Pada waktu menulis, saya menerima beberapa bahan materi dari tim pernbela tanah di tepian Sungai Sanggan. Sungguh merupakan materi, yang sangat menyentuh (Ding,1949 :1). Pada tahun 1948, novel Ding Ling yang cukup pan-jang itu selesai ditulis. Berkat kemampuan Ding Ling me_nyajikan cerita, pada tahun 1951 karyanya tersebut ber hasil memenangkan Penghargaan Stalin di bidang kesusastraan. Tidak lama setelah Ding Ling menerima Penghargaan Stalin, pada tahun 1957 novel Matahari dinyatakan sebagai satu karya yang terlarang. Sebagai suatu karya yang pernah mendapat Penghar_gaan Stalin (1951), kemudian dilarang (1957) dan akhirnya diperbolehkan beredar kembali (1979), novel Matahari adalah suatu karya yang cukup menarik untuk diketengahkan sebagai topik skripsi. Hal-hal yang melatar belakangi pengambilan novel tersebut sebagai topik skripsi adalah sebagai berikut: Matahari merupakan novel besar yang telah berhasil memenangkan Penghargaan Stalin. Belum pernah ada mahasiswa seksi Cina yang membahas novel Matahari.. Menariknya jumlah tokoh yang ditampilkan oleh Ding Ling dalam novel tersebut. Matahari, memperkenalkan lima puluh satu tokoh dalam 58 bab. Hal itu benar-benar merupakan pengalaman baru bagi penulis dalam membaca sebuah novel, sebab belum pernah penulis baca sebelumnya sebuah karya dengan jumlah tokoh begitu banyak. Untuk membedakan satu nama tokoh dengan tokoh lainnya dituntut suatu ketelitian tersendiri. Berdasarkan alasan-alasan di atas, hendak dicoba mamberikan suatu analisis terhadap novel tersebut sebatas ke_mampuan yang ada."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hsia, C.T.
New York: Columbia University Press, 1968
895.109 HSI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Egerton, Clement
London: George Routledge and Sons, 1939
895.1 EGE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Maryanto
"Skripsi ini mengangkat novel Dhuwit Asuransi karya St. Sri Purnanto yang dimuat bersambung dalam majalah mingguan berbahasa Jawa Panjebar Semangat edisi IV-XV Januari-April 2000. Analisis dilakukan terhadap unsur-unsur pembangun cerita dalam novel tersebut dengan menggunakan teori struktural seperti yang dijabarkan oleh Prof. Dr. Panuti Sudjiman dalam Memahami Cerita Rekaan. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan obyektif yang mengarah pada analisis intrinsik cerita. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif.
Hasil akhir dari penelitian ini menjelaskan bagaimana struktur di dalam novel Dhuwit Asuransi yang terdiri atas tokoh, alur, latar, dan tema saling berkaitan untuk membangun cerita tersebut.

This undergraduate thesis took the novel Dhuwit Asuransi written by St. Sri Purnanto which continuously posted in the weekly Javanese magazine Panjebar Semangat 4th to 15th edition January-April 2000 as its main analysis object. The research will focused in the elements which build the story of the novel Dhuwit Asuransi by using the structural theory as explained by Prof. Dr. Panuti Sudjiman in Memahami Cerita Rekaan. Objective approach which refers to story intrinsic analysis also used in this analysis. Whereas, the method used here is descriptive analysis method.
The last results in this analysis explains how does the structures of the novel Dhuwit Asuransi which consists of characters, plot, settings, and theme correlate each other to build the story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10835
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindita Inayah
"Catatan Harian Nona Sofia (Shāfēi nǚshì de rìjì 莎菲女士的日记) adalah novela karya Ding Ling yang dipublikasikan pada tahun 1928. Novela ini mengisahkan tentang seorang perempuan muda bernama Sofia yangtinggal seorang diri di Beijing dan mengidap penyakit tuberkulosis. Catatan hariannya dipenuhi dengan kehidupan sehari-harinya yang membosankan sampai dengan pertemuannya dengan Ling Jishi, seorang laki-laki dari Singapura yang membuat Sofiabergejolak. Kehadiran Ling Jishi membuat Sofia dilema akan posisi dirinya sebagai perempuan yang mengejar hasrat seksualnya. Percakapan-percakapannya dengan Ling Jishi, Wei, dan kedua temannya, Yufang dan Yunling, mengisi catatan harian yang mengantarkan Sofia pada kompleksitas dirinya. Bentuk novela yang berupa catatan harian, penggunaan sudut pandang orang pertama, dan mengangkat tema yang masih tabu untuk dibicarakan pada masa itu, membuat novela ini mengundang kontroversi ketika diterbitkan pertama kali dan membuat nama Ding Ling dikenal di dunia kesusastraan Cina. Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana catatan harian digunakan sebagai media Sofia untuk menulis isi hatinya dan penggambaran karakternya yang kompleks, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa catatan harian digunakan Sofia sebagai media untuk dirinya menulis dan mengekspresikan kompleksitas Sofia dan pandangannya tentang cinta dan nafsu.

The Diary of Miss Sophia (Shāfēi nǚshì de rìjì莎菲女士的日记) is a novella by Ding Ling that was published in 1928. It tells astory of a young woman named Sophia who lives alone in Beijing and suffers from tuberculosis. Her diary is filled with her boring daily life until her encounter with Ling Jishi, a man from Singapore which leaves Sophia in turbulence. Ling Jishi’s presence puts Sophia in a dilemma about her position as a woman pursuing her sexual desires. Her conversations with Ling Jishi, Wei, and her friends, Yufang and Yunling, fill the diary that leads Sophia to see her complexities. The form of the novel in the form of a diary, the use of first point of view, and the theme that was still taboo to talk about at that time made this novella controversial when it was first published and made Ding Ling’s name recognized in the Chinese literary world. To find out more deeply how the diary is used as a medium for Sophia to write her heart out and describe her complex character, this research was conducted using a qualitative descriptive research method. The results of this research that the diary was used as a medium for Sophia to write and express her complexity and her views on love and desire."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Burhan Nurgiyantoro
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012
801 BUR t
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Hsia, Chih-tsing
"Xia zhi qing jiao shou ci shu dui zhong guo gu dian xiao shuo de tan tao zhong zai chan yi. wei rao zhe yi bu bu bo da jing shen de wen xue zuo pin, chang chang cun zai xu duo ban ben he li shi wen ti. zuo zhe bu qiu yi yi cheng qing zhe xie wen ti, er shi cong zhe yang de yan jiu zhong ti qu zui xu de zi liao, wei dui zuo pin ben shen de ji ben li jie he xin shang fu wu."
Nanchang: XJiangxi Renmin Chuban Sh, 2001
SIN 895.11 09 HSI z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Stiyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pencitraan perempuan Jawa tahun 1920-an melalui novel yang terbit tahun 1934, berjudul Larasati Modern karya Sri. Penelitian ini menggunakan metode intrinsik dengan teori struktural. Novel ini berkisah tentang seorang perempuan modern yang mempertahankan hubungan dengan kekasihnya melalui nasihat dari Ibunya.
Hasil penelitian menyatakan, pada umumnya perempuan tahun 1920-an yang sudah berpendidikan dan berpikiran maju akan melupakan ajaran leluhurnya, namun tidak demikian dengan tokoh Kadarwati dalam novel ini. Kadarwati merupakan cerminan perempuan Jawa modern yang masih memegang teguh prinsip-prinsip ajaran tradisional dan tidak melupakan kedudukannya sebagai perempuan yang patuh dan menghormati pria.

The focus of this study is 1920?s women?s Javanese images looks from novel Larasati Modern by Sri that published in 1934. Larasati Modern?s storied about a young modern woman that tries to keep her relationship by advice from her mother. This research used intrinsic method and structural theory.
The conclusions find, common 1920's intellect woman sometimes doesn?t take seriously about their ancestor's admonition, but that doesn't exist in character of this novel. Kadarwati is modern Javanese woman that consistent about traditional admonition and try keeping her position as a woman that have to obedient and respect to the man."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10992
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tandjung, Elizabeth C.
"ABSTRAK
Ambivalensi dalam memeluk agama Kristen diantara kelompok-kelompok masyarakat minoritas di Amerika seperti yang tergambar di dalam novel-novel The Color Purple, The Mixquiahuala Letters dan Love Medicine. (Di bawah bimbingan Dr. Melani Budianta). Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1995.
Skripsi ini berusaha menunjukkan sikap ambivalensi kelompok-kelompok masyarakat minoritas di Amerika (Negro, Hispanik dan Indian) dalam memeluk agama Kristen yang ditunjukkan di dalam masing-masing korpus serta penyebab ambivalensi yang tergambar dalam masing-masing novel tersebut. Di dalam The Color Purple, para tokoh digambarkan sangat `akrab' dengan agama Kristen. Sikap dan tindakan mereka sehari-hari menunjukkan bagaimana nilai-nilai ke-Kristen-an sudah tertanam dalam diri mereka. Tokoh Celie misalnya menjadikan Tuhan sebagai tempat curahan hati yang terpercaya, menjadikan nilai-nilai ke-Kristen-an sebagai standar moral kehidupan sehari-hari, menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pelindung, dll. Hal ini merupakan perwujudan dari teori James Stuart Olson yang mengatakan bahwa kaum minoritas mengadaptasi kebudayaan kaum mayoritas -- karena agama Kristen adalah salah satu unsur kebudayaan masyarakat mayoritas, agama Kristen tersebut juga diadaptasi oleh kaum minoritas kulit hitam.
Di sisi lain, ternyata para tokoh tersebut merasa anti terhadap agama Kristen. Hal ini diakibatkan oleh adanya pandangan bahwa agama Kristen tersebut identik dengan kaum kulit putih. Masyarakat kulit hitam dalam novel ini menganggap kaum kulit putih sebagai penyebab kesengsaraan hidup mereka. Mereka kemudian berusaha membentuk persepsi sendiri terhadap identitas Tuhan untuk menjauhkan Tuhan dan citraNya yang seolah-olah adalah `milik' kaum kulit putih.
Di dalam The Mixquiahuala Letters, ambivalensi tampak dalam sikap tokoh Teresa yang di satu sisi sudah sangat tidak peduli terhadap nilai-nilai ke-Kristen-an, namun di sisi lain juga tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari agama Kristen yang dalam sejarah memang memegang peranan panting sebagai identitas masyarakat Hispanik. Teresa misalnya digambarkan tidak peduli akan kesucian perkawinan yang diluhurkan oleh agama Kristen -- Teresa menikah sesuai adat Hare Krishna dari India dan hidup bersama di luar perkawinan dengan banyak pria. Sikap Teresa ini menunjukkan bagaimana ia sudah mengadaptasi kebudayaan kaum flower children yang sedang melanda Amerika saat itu. Hal ini, seperti juga di dalam The Color Purple, merupakan perwujudan teori lames Stuart Olson mengenai adaptasi kebudayaan' Di sisi lain, Teresa sebenarnya masih `dekat' dengan ke-Kristen-an tersebut -- ia tetap menginginkan putranya dibaptis dan masih membutuhkan `bantuan' Tuhan untuk mengusir setan_ Ke-ambivalensi-an sikap Teresa disebabkan akibat tidak tertanamnya nilai-nilai agama Kristen dalam diri Teresa sehingga ia mudah terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh lain seperti gerakan flower children dan juga masalah superstitious.
Di dalam Love Medicine, ambivaiensi tampak dalam hal di satu sisi masyarakat Indian sudah memeluk agama Kristen, akan tetapi di sisi lain masih memegang kepercayaan aslinya. Hal ini berhubungan dengan kekecewaan para tokoh tersebut akan nasib mereka sebagai bangsa Indian. Kemiskinan, standar hidup yang buruk, kehidupan yang sulit membuat mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak memperhatikan bangsa Indian. Hal ini membuat mereka beralih ke dewa-dewa mereka. Tapi untuk kembali sepenuhnya ke kepercayaan aslinya juga merupakan suatu hal yang mustahil karena telah hilangnya `cara-cara berdoa' yang banar- secara Indian.
Dari pengkajian atas ketiga novel tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa tokoh-tokoh utama dalam ketiga korpus tersebut: Celle, Shug, Nettie, Teresa, Lipsha, Marie dan Gordie adalah para marginal man -- mereka hidup di antara dua kebudayaan: kebudayaan kaum mayoritas kulit putih dan kebudayaan mereka masing-masing sebagai kaum minoritas. Konflik akibat pertemuan kebudayaan itu terealisasi dalam sikap dan tindakan mereka yang ambivalen tersebut dalam memeluk agama Kristen sebagai salah satu unsur dari kebudayaan masyarakat mayoritas kulit putih. Faktor sejarah masa lalu dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat minoritas tersebut di tengah masyarakat mayoritas berperan besar dalam mempengaruhi sikap mereka dalam mengadaptasi kebudayaan masyarakat mayoritas.

"
1995
S14157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rustin Rahayuni
"Mori Ogai, merupakan salah satu pengarang besar dalam Kesusastraan Jepang Modern, yang hidup pada masa Jepang tengah gencar-gencarnya melaksanakan pembaharuan di segala bidang, yakni yang disebut Restorasi Meiji (1868). Pada saat masuk ke dinas ketentaraan yang bertugas sebagai dokter, ia mendapat tugas belajar ke Jerman. Sesuai dengan suasana Jepang yang pada masa itu tengah membuka diri dan condong ke Eropa dan Amerika, Ogai pun tumbuh sebagai orang yang mempunyai pemikiran Eropa. Ketika di Jerman, ia telah mulai mengarang, dan karya pertamanya, Maihime, merupakan karya besar yang sampai sekarang masih banyak diteliti. Setelah pulang kembali ke Jepang, Ogai masih terus melanjutkan menulis, sehingga ia pun memutuskan untuk menjadi seorang pengarang disamping masih dinas sebagai dokter tentara, dan menghasilkan banyak karya. Novel Saigo no lkku, yang dibahas pada penulisan skripsi ini merupakan karyanya yang ditulis pada tahun 1915. Di dalamnya berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Ichi, yang lahir sebagai anak tertua, yang berusaha menolong ayahnya yang akan dihukum gantung, dengan mengorbankan dirinya beserta adik-adiknya untuk menggantikan menjalani hukuman itu. Dalam usahanya itu, dia benar-benar memikirkannya sendiri, dan apa yang akan diperbuatnya itu telah dia perhitungkan sebelumnya. Ternyata, apa yang dilakukannya itu membuat para penguasa menjadi berfikir lebih lanjut terhadap kasus ayah Ichi ini, hingga akhirnya usaha Ichi tidak sia-sia, karena ayahnya tidak jadi dihukum mati, tetapi dihukum buang. Di dalam novel ini, Ogai ingin menyampaikan kepada pembaca, bahwa didalam tindakan Ichi ini, ada"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S13582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>