Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luluk Afidah
"Penelitian ini bertujuan untuk memerikan partikel /qad/ agar dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku sintaktis dan semantisnya.Pengumpulan data dilakukan dengan mencari ayat-ayat A1-Qur'an yang mengandung partikel /qad/, kemudian mengklasifikasikan data. Klasifikasi data menunjukkan bahwa partikel /qad/ dapat bergabung dengan partikel /lam!, /waw/, / fa/ serta /waw/ dan /lam/ membentuk gabungan partikel /laqad/, /waqad/, /faqad/, dan /walaqad/. Dilihat dari segi posisi sebelum /qad/, partikel /gad/ menempati sepuluh posisi dalam konstruksi gramatikal Arab, yaitu : khabar mubtada', khabar kana, khabar inna, khabar anna, khabar an, ma'ful qaul, jumlah sifat, hal, jumlah silah,dan jumlah ibtida'iyah.Dari segi makna gramatikal, partikel /qad/ mempunyai enam makna, yaitu : makna tawaqqu', taqribul-madi minal-hal, taqilil, tahqiq, taksir, dan nafi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rachmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran pola-pola struktur kalimat syarat yang mengandung flaw dalam AI-Quran, berdasarkan sintaksis subordinator syarat, berupa keterikatan dan bentuk, posisi. serta kasus dan modus; dan aspek waktu yang diasumsikan dapat mempengaruhi makna.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari ayat-ayat yang mengandung partikel /law/ dan memisahkan antara flaw/ dengan flaw laf dan /law mar', kemudian memasukan ke dalam kartu-kartu menurut pola-pola struktur gramatikalnya, berdasarkan ciri-ciri subordinatornya.
Hasilnya menunjukkan flaw/ sebagai subordinator syarat dapat terikat dengan klausa verbal dan nominal, posisi protasis dan apodosis dapat dipermutasikan, serta tidak terdapat perubahan pada kasus nortuna dan modus verbs yang menglkutinya. Dan segi semantis, subordinator /law/ dapat mengakibatkan adanya makna imtina'iyyah, syartiyyah, tamanni dan taqlil.

"
1995
S13392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harini Dhamayanti
"Kalimat kompleks adalah suatu kalimat yang terdiri atas beberapa klausa. Dalam gramatika transformasi generatif kalimat kompleks adalah suatu kalimat yang terdiri atas satu kalimat matriks (matrixsatz) dan satu atau lebih kalimat konstituen (Konstituentensatz). Kalimat kompleks memiliki lebih dari satu konstituen 'K' dalam diagram pohonnya (Lewandowski, 1984 : 554). Dalam upaya penggunaan bahasa secara lebih ekonomis dan efisien, anak kalimat pada kalimat kompleks ditransformasikan ke dalam bentuk frasa tanpa mengurangi makna yang ingin disampaikan oleh penuturnya. Predikat predikat yang dapat disederhanakan ditampilkan dari bentuk verba ke dalam bentuk frasa nominal-adjektival (Lewandowski, 1984 : 721). Proses nominalisasi verba ini antara lain dapat kita lihat pada transformasi bentuk Gliedsatz (anak kalimat, selanjutnya saya sebut Gliedsatz) kedalam bentuk Satzglied (bagian kalimat, selanjutnya saya sebut Satzglied) pada kalimat temporal yang akan dibahas dalam skripsi ini. Contoh: Die Schiller haben viel gelernt, seit der Kurs begann. (Schulz-Griesbach 1982 : 345) Seit dem Begin des Kurses haben die Schiller viel gelernt. (Schulz - Griesbach 1982 : 345) Saya tertarik untuk membahas transformasi Gliedsatz-Satzglied ini karena pada masa kuliah saya mengalami kesulitan dalam.mengerjakan soal-soal latihan mengenai transformasi ini. Tetapi lama kelamaan, setelah banyak berlatih dengan banyak kalimat, saya justru tertarik untuk membahas masalah ini dalam skripsi saya. Saya memilih Gliedsatz temporal sebagai data karena adanya hubungan waktu antara peristiwa/keadaan yang digambarkan dalam Gliedsatz dan Hauptsatz-nya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Im, Young Ho
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Im, Young Ho
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Adiyanti
"Dubbelop adalah istilah dalam bahasa Belanda yang dapat diterjemahkan sebagai: pendobelan/pengulangan. Yang dimaksud di sini adalah pengulangan pemakaian kata dalam suatu kalimat, baik pengulangan yang eksplisit maupun yang implifsit. dapat berjalan dengan lancar.
Pengulangan ini sering terjadi, tapi bila pengulangan terjadi pada teks tertulis, hampir dapat dipastikan bahwa pengulangan tersebut dimaksudkan untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memberikan penekanan anti dapat berjalan dengan lancar.
Dalam skripsi ini, penelitian dilakukan terhadap teks-teks tertulis yang mengandung pengulangan, dan yang akan diteliti adalah apa unsur pembentuk pengulangan serta bentuk pemuncu_lannya, pada jenis bacaan apa pengulangan lebih banyak terjadi serta fungsi dari pengulangan itu sendiri dalam suatu kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shantie Srie Widowatie
"Penelitian ini bertolak dari temuan hasil penelitian terhadap pola penerjemahan idiom dari bahasa Mandarin atau 1 chengyu ke bahasa Indonesia pada kasus penerjemahan cerita pendek zhengchuan karya Lu Xun yang diterjemahkan menjadi 'Kisah si A Q' . Temuan tersebut adalah adanya idiom dalam bahasa Mandarin yang konstituennya dapat disisipi atau diganti dengan unsur lain, serta adanya makna idiom dalam Bahasa Mandarin yang dapat diduga atau diketahui dari makna konstituennya. Temuan ini berbeda dengan konsep idiom secara umum yang menyatakan bahwa idiom memiliki bentuk yang cenderung beku sehingga tidak dapat disisipi serta maknanya nonkomposisional. Temuan ini menimbulkan pertanyaan tentang idiom dalam bahasa Mandarin dari perspektif sintaktis dan semantis.
Data dalam penelitian ini berjumlah 164 buah. Data ini dianggap cukup mewakili karena penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil analisis data dari perspektif sintaktis memperlihatkan bahwa mayoritas idiom bahasa Mandarin memiliki pola empat karakter. Idiom dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai rase tetap, tetapi dalam penelitian ditemukan idiom yang dapat menjadi kalimat Selain itu, ditemukan idiom dalam bahasa Mandarin yang di antara konstituennya dapat disisipi oleh adverbia atau konstituennya dapat diganti dengan unsur lain yang bersinonim, berhomofon, berhomograf atau berkategori sama. Idiom dalam bahasa Mandarin dapat dikategorisasikan menjadi idiom yang bersifat nominatif atau substantif dan yang bersifat predikatif. Idiom bahasa Mandarin selain dapat menjadi kalimat juga dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, keterangan atau pelengkap di dalam kalimat.
Dari perspektif semantis, idiom bahasa Mandarin dapat diklasifikasikan menjadi idiom yang bermakna nonidiomatis, semi-idiomatis dan idiomatis, Makna nonidiomatis idiom mencakupi idiom yang setiap konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya sehingga makna idiom dapat diduga dari maims konstituennya tersebut atau makna idiom merupakan makna konstituennya. Makna semi-idiomatis idiom adalah makna idiom yang beberapa konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya. Sedangkan, makna idiomatic pada idiom bahasa Mandarin mencakupi makna figuratif dan makna yang berdasarkan konvensi sehingga makna idiom nonkomposisional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutiman
"Negation as a modality has been interest scholars. At first, negation was described in the logical approach, but this description did not satisfie by linguists. As we know, Jespersen (1917) described it from a linguistic poini of view. I lis approach was developed by Klima (1964), Payne (1985), and Quirk el cri. (1985). In my thesis I try to describe the concept of negation in Javanese by referring to the concept which Payne has developed using a syntactic and semantic approach. The data collected for this thesis belong to the Ngoko variety of Javanese in magazines i.e. Jawa Anyar, Jaya Baya, Jaka Lot/hang, Alekar Seri, and l'wiyehar Semangal, further from the recording of a waywig kalif performance: Dewa Ruci. Being a Javanese native speaker. I have also included intuitive data. Negation in Javanese can De expressed syntactically by placing negative constituent in the sentence. The negative constituent can be a free or bounded form. The placement of the negative constiuent before the predicate, establishes standard negation. The negative constituent preceeding an adverbial forms a constituent- or special-negation. Negative constituents in Javanese can also form idiomatic expressions. Negation can be found in all types of sentence in the language. Syntactically, idiomatic expressions function as adverbials and semantically express modality. The negative marker ora 'not' underlies the derived affixed form, i.e. ngorakake 'say Not' which functions as a predicate and which semantically suggests the concept of denying ngiyakake 'say Yes'. Its derived form by reduplication, i.e. ora-ora functions as an adverbial and expresses the epistemic modality. Double negation causes the negative sentence to an affirmative one. Furthermore, double negative forms result in idiomatic expressions and syntactically function as adverbials. Semantically, it expresses the deontic modality."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T37253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Madia
"Konstruksi-dengan dapat berupa konstruksi frasal dan klausal. Dalam konstruksi frasal, dengan adalah preposisi, sedangkan dalam konstruksi klausal, dengan adalah konjungsi. Sebagai konjungsi, dengan selalu terdapat dalam konstruksi subordinatif (klausa subordinatif yang berkonjungsi dengan selanjutnya disebut "klausa-dengan"). Telah sejak lama perhatian para ahli tertuju pada konstruksi, berpreposisi dengan. Tidak demikian halnya dengan konstruksi berkonjungsi atau bersubordinator dengan.
Pemerian konstruksi berpreposisi dengan telah tersebar di dalam berbagai tulisan tata bahasa Indonesia (Melayu) baik yang ditulis oleh ahli yang sekaligus sebagai penutur bahasa Indonesia (Melayu) seperti Slametmuijana (1951), Hadidjaja (1985), Sastradiwirja (1960), Sudaryanto (1983), Harimurti Kridalaksana (1986), dan (sejumlah tulisan) Hamian (107Y, 1980, dan 198b); maupun yang ditulis oleh ahli asing seperti De Hollander (1819/1984), Van Wijk (1909/1985), Van Ophuijď·“sen (1910/1983), Alieva (1961/1991), dan Mees (1969).
Penyebutan adanya konstruksi bersubordinator dengan ditemukan dalam sejumlah tulisan yang terbatas, yaitu dalam Fokker (1979), Junus (1967), Hamlan (1981a), Moeliono {1988), dan Suwatno (1990/1991). Deskripsi terhadap konstruksi bersubordinator dengan dalam karyakarya ini hanyalah sepintas.
Pembahasan pelesapan subjek dalam bahasa Indonesia oleh Suguno (1991) sama sekali tidak menyinggung adanya pelesapan subjek dalam konstruksi berkonjungsi dengan. Pembahasan adverbial cara dan adverbial sarana dalam bahasa Indonesia oleh Sumadinata (1992) terbatas pada konstruksi yang berpreposisi dengan.
Berdasarkan fakta-takta yang disebutkan di atas, konstruksi bersubordinator dengan belum memikat perhatian para ahli untuk mendeskripsikan secara lebih mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Erlangga
"Partikel penegas yang saya bahas di dalam skripsi ini termasuk di dalam kategori kata adverbia. Adverbia berfungsi menerangkan kekhususan yang lebih mendalam pada verba, adjektiva atau adverbia lain. Sesuai dengan fungsinya sebagai keterangan, partikel penegas mengandung aspek modalitas tertentu, yaitu sikap subjektif si pembicara mengenai sesuatu dalam kenyataan. Analisis sintaktis yang saya lakukan, berpedoman pada urutan kata yang terdapat dalam buku Algemene Naderiandse Sprakkunst (Geerts:1984).
Hasil yang didapat ialah partikel penegas dapat terletak di kolom aanloop, kolom eerste zinsplaats, kolom middenstuk, dan kolom uitloop. Penempatan yang lazim dari partikel penegas tersebut ialah di kolom middenstuk. Secara semantis partikel penegas sulit untuk diuraikan dengan jelas. Partikel penegas mempunyai empat manna sesuai fungsinya sebagai keterangan modalitas, yaitu makna ekspresif, makna konektif, makna atitudinal dan makna ilokutif.
Dalam pemakaiannya tidak dapat dilihat batasan yang jelas di antara keempat makna tersebut. Hasil analisis sintaktis maupun semantis menunjukkan bahwa karakter subjektif yang dimiliki oleh partikel penegas berpengaruh terhadap penempatan yang babas dari partikel penegas dan kelayakan makna yang dimiliki oleh partikel penegas tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S15804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>