Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lulut Filmy
"Pengumpulan data dilakukan melalui data kepustakaan dari perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, di Jakarta. Skripsi ini mengangkat figur seorang penyair sekaligus juga sebagai seorang negarawan Mesir yang bernama Mahmud Sami al-Barudi. ia lahir pada tahun 1838 pada masa kebangkitan kesusastraan Arab. Kehidupan masyarakat Mesir pada masa datangnya Napoleon yang membawa perubahan pemikiran masyarakat dalam hal politik, sosial dan budaya pada umumnya serta kesusastraan pada khususnya, tetapi Barudi tidak terpengaruh aliraa sastra Barat. Puisi-puisinya tetap pada pola lama, baik daiam isi, bentuk kata, maupun kesatuan wazan atau qofiahnya dipadu dengan lingkungan alam pada saat ia berada atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kehidupannya.Pada saat di pengasingan kehidupan Baxudi dekat dengan alam sehingga deskripsi tentang alam mendominasi puisinya. Alarn pada malam hari ketika turun hujan yang sangat deras dimana is sedang berjalan bersama tentaranya, alam pada saat menjelang fajar ketika is sedang istirahat di bawah pohon dan pada saat musirn semi ketika bunga-bunga sedang mekar. Sikap yang mencerminkan rasa simpatik terhadap alam adalah sikap yang dimiliki oleh para penyair romantik. Pada puisi Barudi yang banyak mendeskripsikan alam, kelihatan keluwesannya dalam mengungkapkan perasaan dengan melalui kata-kata yang murni, yang keluar dari hati nuraninya, bukan kata -kata yang dibuat-buat atau dibagus-baguskan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Dasuqi, Umar
"Buku ini merupakan buku biografi dari tokoh arab yaitu Mahmud Sami Al-Barudi"
Beirut: Dar Al-Ma`arif, 1953
ARA 928.927 DAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Hasanah
"ABSTRAK
Kata sapaan merupakan salah satu segi dari fenomena bahasa yang ada di masyarakat. Setiap bahasa mempunyai sistem tutur sapa. Yang dimaksud dengan sistem tutur sapa adalah sistem yang mempertautkan seperangkat kata atau ungkapan yang dipakai untuk memanggil para pelaku percakapan dalam suatu peristiwa bahasa (Kridalaksana, 1980:12). Kata atau ungkapan sapaan dalam tulisan ini adalah kata atau ungkapan yang dipakai untuk memanggil oleh pembicara untuk menyapa orang kedua atau orang yang diajak bicara. Pemilihan kata sapaan terutama dipengaruhi oleh peserta pembicaraan. Dalam memilih kata sapaan pembicara senantiasa memperhatikan jarak yang ada diantara pembicara dan tersebut dengan orang yang diajak bicara. Hal tersebut dikarenakan setiap orang mempunyai peran dan kedudukan masing-masing. Skripsi ini membahas kata sapaan bahasa Arab. Dalam bahasa Arab terdapat berbagai bentuk kata sapaan yang dipakai oleh para peserta pembicaraan.Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk kata sapaan bahasa Arab dan korelasinya dengan peran dan kedudukan pemakai kata sapaan tersebut. Sumber data dalam skripsi ini berasal dari sebuah naskah drama bahasa Arab yang berjudul Al -Khatam 'cincin' karya Ali Ahmad Baksir dalam Al-'Arabiyah linnasyi'In, 1983. Penulis memilih drama tersebut sebagai sumber karena dalam drama tersebut terdapat dialog-dialog yang menggunakan kata sapaan . Dari kata sapaan yang terdapat dalam drama tersebut tergambar bahwa pemilihan bentuk kata sapaan dipengaruhi oleh peran dan kedudukan para peserta pembicaraan.

"
1996
S13331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Muslim
"ABSTRAK
Mustafa Lutfi al-Manfaluti (1876-1924) yang lebih dikenal dengan nama al-Manfaluti, adalah seorang sastrawan Mesir yang cukup terkenal pada zaman. Karya cukup banyak, terdiri dari esei, cerpen dan terjemahan. Esei dan cerpennya terkumpul dalam dua bukunya, yakni al-Nazarat dan al-Abarat. Syairnya tertuang dalam Mukhtarat al-Manfaluti (Pilihan Pilihan al-Manfaluti) dan terjemahannya dari bahasa Perancis masing-masing berjudul Majdulin (Mag_dalena), Fi Sabil al-Tai (Karena Mahkota), al-Sha_ir (Penyair), dan al-Fadila (Keutamaan) (Muhammad Mahmud Ridwan, 1963 :

"
1984
S13137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Partini Sardjono Pradotokusumo
Bandung: Binacipta, 1986
899.29 SAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM, 1996
808.81 UNI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Bakri
"Penelitian ini merupakan hasil penelitian sejarah yang bertujuan untuk merekonstruksi kemunculan dan tumbuhnya pergerakan di Surakarta pada masa kolonial. Penelitian ini menjawab pertanyaan mengenai dinamika dan pergerakan di Surakarta, yang meliputi: (1) faktor yang melatarbelakangi dinamika dan pergerakan di Surakarta pada masa kolonial, dan (2) bentuk dinamika dan pergerakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Paradigma sejarah yang digunakan adalah John Tosh, yaitu merekonstruksi sejarah dengan memahami latar belakang sosial dan keadaan yang menyebabkan berkembangnya suatu peristiwa, serta arah perubahannya. Sedangkan untuk rekonstruksi masa lalu, penelitian ini menggunakan model lingkaran pusat. Dalam model ini diasumsikan bahwa kejadian di pusat lingkaran akan menimbulkan akibat di sekitarnya. Pada gilirannya, pusat lingkaran dan sekitarnya akan mengarah pada pusat baru disekitarnya yang juga akan menimbulkan gejala baru. Teori yang digunakan adalah teori konflik, gerakan sosial, dan ideologi perlawanan. Penggunaan teori-teori sosial penting agar kajian sejarah dapat meluas dalam ruang (sinkron), di samping tetap berada pada pola dasar dasar sejarah yang meluas dalam waktu (diakronis). Kajian ini menemukan fakta sejarah bahwa dalam penggalan sejarah pergerakan di Indonesia, terdapat berbagai faktor dan bentuk dinamika pergerakan di Surakarta pada masa kolonial. Dinamika dan pergerakan di Surakarta dilatarbelakangi oleh faktor eksternal (tekanan imperialisme Barat) dan faktor internal (meningkatnya perjuangan organisasi pribumi dan media modern). Bentuk dinamika dan pergerakan di Surakarta bersifat melingkar terpusat, kompleks dan saling terkait dalam berbagai bidang yaitu bidang sosial budaya, agraria, ekonomi, politik dan agama. Hasil penelitian ini telah memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan bagi disiplin ilmu sejarah, khususnya dalam pemaparan dan rekonstruksi sebuah penggalan sejarah tentang dinamika dan pergerakan kaum pribumi (masyarakat adat) dalam pemberontakan imperialisme. Selain itu, peran gerakan agama dalam membentuk situasi yang bergerak ditemukan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi pada disiplin ilmu Sejarah Kebudayaan Islam."
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2018
297 JPAM 31:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Herminie Soemitro
"This paper sugest the readers to be critical in their concern for the problem of pornography. It seems clear that pornography is a moral problem, but a simple argument from traditional philosophy of language has shown that pornography does not have any meaning. This kind of argument is named Meta-ethics. However, pornography is a phenomenon in our society and it does happened. On the one side, we should resist the temptation of scrutinizing pornography as a moral problem. On the other side, pornography has risen a big worry in our society. In resisting the temptation we found a better theory, so that we are able to uncover the origin of pornography. John Langshaw Austin has saved some study of imposible phenomena including pornography by this theory of speech art. The result of the study is that pornography is made possible in social relation and it is about power."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiah Alatas
"Muhammad Hafiz bin Ibrahim Afnadi Fahmi (1872-1932) yang lebih populer dengan nama Muhammad Hafiz Ibrahim, dikenal secara luas oleh rnasyarakat Mesir sebagai salah seorang penyair Abad Pencerahan, yang masih berpegang beguh pada tradisi kesusasteraan Arab Klasik. Oleh karenanya beliau dikenal sebagai Penyair Neoklasik. Selain itu beliaupun mendapat julukan Penyair Rakyat, Penyair Nasional serta dikenal pula sebagai pejuang dan penyair dengan pedang dan pena (julukannya: as-Sayf wa al-Qalam / _ ) Puisi yang menyebabkan beliau terkenal dengan julukan-julukan t.ersebut di atas adalah puisi yang bertemakan Sosial Kemasyarakatan ( _ ) dan puisi Politik ( _ ). Jika kita tinjau puisi M. Hafiz Ibrahim yang bertemakan Sosial Kemasyarakatan dan puisi yang bertemakan Politik, maka akan jelas terlihat bagaimana pandai dan mahirnya Hafiz Ibrahim menjiwai ungkapan-ungkapan yang ditulisnya dalam puisi-puisinya tersebut. Hal ini karena Hafiz Ibrahim sudah cukup lama senang mengubah puisi, tidak kurang sejak beliau masih kanak-kanak atau tepatnya ketika beliau mulai merasakan kesusahan hidupnya sebagai seorang anak yatim. Untuk menghilangkan kesusahan hidupnya inilah beliau sering menyendiri dan membaca buku-buku sastra, sampai akhirnya beliaupun mampu menggubah puisi dan menjadi seorang penyair yang terkenal. Faktor lain yang menyebabkan M. Hafiz Ibrahim menjadi seorang penyair yang terkenal adalah karena kepeduliannya yang sangat besar terhadap masalah-masalah sosial dan politik yang terjadi dalam masyarakat di sekitarnya, serta perasaan kasihnya yang mendalam terhadap sesama manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S13262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamon, Max Laurens
"Minahasa adalah salah satu Kabupaten Daerah Tingkat II di Sulawesi Utara. Kultur masyarakat Minahasa telah membentuk sistem kehidupan masyarakatnya. Kata Mina'esa yang akhirnya menjadi Minahasa yang berarti "tanah yang dipersatukan", adalah sebutan lain dari "Musyawarah Para Ukung" (Vergadering der Doopshoofden) atau "Dewan Wali Pakasaan" (Raad der Doopshoofden). Dewan ini merupakan "lembaga" tertinggi dalam masyarakat Minahasa yang bertahan hingga akhir abad ke-19.
Dewan Wali Pakasaan dalam fungsinya, dapat menangani berbagai permasalahan yang muncul, utamanya seperti konflik dalam masyarakat Selain itu, lembaga ini berfungsi sebagai sarana untuk menampung aspirasi yang datangnya dari masyarakat serta yang terpenting lagi, lembaga ini dapat melawan apa yang disebut "musuh bersama" yaitu bajak laut Mindanao.
Adat-istiadat/tradisi, selalu menjadi dasar bertindak lembaga ini, karena setiap musyawarah dan apa yang dihasilkan dalam musyawarah itu, selalu didasarkan atas prinsip kebersamaan, yaitu prinsip Mina'esa.
Idealisme L Wenzel selaku Residen pertama di Keresidenan Manado sejak tahun 1824, yang mengedepankan adaptasi program pemerintahannya dengan tradisi Minahasa, tidak terwujud. Wenzel sebaliknya menerapkan sistem pemerintahannya itu dengan mengacu pada sistem hukum Barat, yang secara nyata bertentangan dengan kultur Minahasa.
Kondisi yang diciptakan Wenzel tambat laun menjadi pemicu bagi masyarakat Minahasa, khususnya bagi mereka yang telah berpendidikan Barat, untuk menuntut kepada pemerintah Hindia Belanda agar memberikan otonomi seluas-luasnya bagi Minahasa. Alasannya, pertama, telah ada undang-undang desentralisasi (decentralisatieweb) 1903 tentang otonomisasi di Hindia Belanda; kedua, kuatnya "dorongan" tradisi Mina'esa bagi masyarakat Minahasa; ketiga, walaupun ada beberapa orang anak Minahasa yang duduk sebagai anggota Volksmad, akan tetapi kepentingan Minahasa tidak terakomodasi dalam lembaga itu. Tiga hal inilah yang telah menjadi faktor penentu, sehingga pada tahun 1919, lahirlah apa yang disebut Minahasa Raad (Dewan Minahasa), yang menggantikan fungsi dari Dewan Wali Pakasaan yang telah diselewengkan oleh J.Wenzel dan para penggantinya sepanjang pemerintahannya di Hindia, khususnya di Minahasa.

From Mina'esa to Minahasa Raad (Minahasa Council) the end of Nineteenth Century to the Early of the Twentieth CenturyMinahasa is one the counties in North Sulawesi. The culture of Minahasan society has formed and built their systems and ways of lives. "Minahasa" another name for Vergadering der Doopshoofden (The Forum of the Llkungs) or Rued der Doopshoofden (The Council of Pakasaan). This council was the highest representative in Minahasan society which last until the end of the nineteenth century.
In its function, the council of Pakasaan could overcome kindsof problems such as conflicts which emerged from the people. Furthermore, this council was the place where the people could convey their voices and the most important thing it could fight against the pirates coming from Mindanao that was known as "the enemy of all the Minahasan people".
The customs and the traditions of the people were always the basic principle for the council in taking any decision for the sake of the people. Thus all the results taken this council always reflected their unity and togetherness. This basic principle known as the philosophy of Mina'esa.
Since 1824, J. Wenzel became the first resident in the residence of Manado. As the resident, Wenzel ran his government by applying the mixing of traditions in Minahasa with his own administration program, but unfortunately it did not work. On the other hand, Wenzel ran his government administration system by putting priority on the western law, which obviously contradicted to the culture of Minahasan people.
The condition created by Wenzel eventually became the major source for the Minahasan people especially for those who had received western education to sue their right for governing their own land, claiming the autonomy from the Dutch government. The Minahasan had three reasons for their claim; first, they had already got the law for decentralization (decentralisatieweb) in 1903 which was about the autonomy in Netherlands Indies; second the strong will to conservate the Mina'esa's tradition for the Monaha_san people; third the lack of ability of the Minahasan people who sat in the representative to fight for the sake of Minahasan people. These three reasons became the basic affect that in 1919 they gave birth to the founding of Minahasa Raad (Minahasan Council) which replaced the Pakasaan Council which had been misled by Wenzel and also those who took over his position during his government in Netherlands Indie especially in Minahasa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T9484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>