Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Supriatna
"Penelitian mengenai organisasi Al-Ittihadiyyah Al-Islamiyyah (AII) telah dilakukan di Sukabumi, Majalengka, Bandung dan Jakarta pada bulan April 1990-Desember 1990. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan keberadaan organisasi ini di masa lalu sebagai suatu organisasi keagamaan (Islam) yang bercorak modern yang kemudian berfusi dengan organisasi yang serupa yaitu Persyarikatan Ulama Majalengka dan akhirnya keduanya menjadi organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) hingga kini. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustaka_an disertai penelitian lapangan berupa observasi dan wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Owik Syarkowi, aktifis AII di Sukabumi; dengan Najmuddin Sanusi, putra K. H. Ahmad Sanusi dan S. Wanta, Pengurus Besar PUI di Majalengka. Pada hakekatnya hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan membuktikan bahwa organisasi AII yang didirikan oleh K.H. Ahmad Sanusi merupakan organisasi masa yang dalam paham keagamaan sangat berhasil mempertahankan paham tradisional; sedangkan dalam bidang pendidikan dan sosial menjadi gerakan pembaharuan yang dapat dikatakan serupa dengan gerakan Muhammadiyah. Dalam era pembaharuan Islam di Indonesia pada awal abad XX ini, AII merupakan satu-satunya wadah yang dapat diterima untuk mempersatukan umat Islam Priangan Barat, terutama Sukabumi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah
"Sepanjang sejarah kebudayaan Cina yang sudah berabad-abad lamanya, kesusastraan memegang peranan penting. Selama ini, saya melihat penulisan skripsi mengenai sejarah umum negara Cina jauh lebih banyak daripada penulisan skripsi yang menyangkut kesusas_traannya.Dengan ini, saya menooba menuliskan hal-hal yang menyangkut kesusastraan Cina, khususnya yang menyangkut sejarah sastra. Tetapi saya hanya meng_ambil periode terjadinya pembaharuan kesusastraan Cina pada tahun 1917, dan lebih memfokuskan peranan Hu Shi khususnya dalam gerakan pembaharuan tersebut. Cakupan Masalah.: Untuk menyesuaikan dengan topik skripsi ini, maka saya akan membatasi masalahnya. Saya hanya akan mengetengahkan masalah yang meliputi gerakan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Septiani
"Tulisan ini membahas mengenai peran AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946. Pada abad ke- 20 muncul sebuah gerakan pembaruan islam di Indonesia. Gerakan ini melahirkan dua golongan pemikirian islam yang saling berseberangan yaitu islam modern dan tradisionalis. Dampak dari adanya gerakan pembaruan ini memunculkan beberapa tokoh ulama dan organisasi yang menegakkan kebaharuan tersebut. Kondisi seperti inipun juga terjadi di Sukabumi, dua aliran keagamaan tersebut menjadi ajang perpecahan antar ulama tradisionalis dan juga ulama modernis. Meskipun demikian, di Sukabumi sendiri lahir seorang ulama yang bisa dikatakan sebagai ulama tradisionalis-modernis. Ulama ini adalah KH. Ahmad Sanusi. Pemikiran keagamaan yang di anut KH. Ahmad Sanusi juga di tuangkan kepada organisasi dan pondok pesantren yang KH. Ahmad Sanusi dirikan yaitu organisasi Al-Ittihadiyatul Islamiyyah dan Pondok Pesantren Syamsul ‘Ullum. Organisasi dan lembaga pendidikan yang KH. Ahmad Sanusi bentuk ini saling berhubungan terutama dalam menyebarkan pencerahan keagamaan yang ada di Sukabumi. Selain itu, organisasi AII juga berperan dalam peningkatan rasa nasionalisme para santri di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum dengan berbagai macam pendidikan yang diberikan oleh pengajar AII di pondok pesantrean Syamsul ‘Ullum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa organisasi AII dan lembaga pendidikan yang didirikan KH. Ahmad Sanusi yaitu pondok pesantren Syamsul ‘Ullum ini memiliki hubungan yang erat, terkhusus mengenai penyebaran keagamaan islam di Sukabumi. Organisasi AII membantu KH. Ahmad Sanusi dan pondok pesantrennya dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan islam untuk mencerdaskan muslim di Sukabumi. penyebaran pendidikan agama islam ini dilakukan oleh lembaga keguruan yang dibentuk oleh AII yaitu Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) yang juga membantu KH. Ahmad Sanusi mengajar di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum. Selain itu, pendidikan yang diberikan oleh AII secara tidak langsung membawa peningkatan kesadaran kebangsaan dan rasa nasionalisme pada diri masyarakat Sukabumi khususnya para santri. Hal ini terlihat pada masa kemerdekaan Indonesia para santri ikut berjuang melawan sekutu dan merebut paksa wilayah Sukabumi dari tangan pemerintah militer Jepang. Berbeda dari kajian -kajian sebelumnya yang membahas peran organisasi AII secara umum, penelitian ini lebih berfokus pada peran organisasi secara AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946.

This paper discusses the role of AII in increasing the sense of nationalism in the students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946. In the 20th century there was a movement of Islamic renewal in Indonesia. This movement gave birth to two opposing groups of Islamic thought, namely modern and traditionalist islam. The impact of this renewal movement gave rise to several clerical figures and organizations that enforce the novelty. Conditions like this also occur in Sukabumi, the two religious sects into a split between traditionalist cleric and modernist cleric. Nevertheless, in Sukabumi was born a cleric who can be said to be a traditionalist-modernist cleric. This cleric is KH. Ahmad Sanusi. Religious thought in KH. Ahmad Sanusi also poured to organizations and boarding schools that KH. Ahmad Sanusi founded the organization Al-Ittihadiyatul Islamiyyah and Pondok Pesantren Syamsul ' Ullum. Organizations and educational institutions that KH. Ahmad Sanusi this form is interconnected, especially in spreading religious enlightenment in Sukabumi. In addition, the AII organization also plays a role in increasing the nationalism of the students at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school with various kinds of education provided by AII teachers at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. The method used in this study using the historical method which consists of four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From the results of the study can be seen that AII organizations and educational institutions established KH. Ahmad Sanusi, Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school, has a close relationship, especially regarding the spread of islam in Sukabumi. The organization AII helped KH. Ahmad Sanusi and his boarding school in spreading da'wah and Islamic education to educate Muslims in Sukabumi. the spread of Islamic religious education was carried out by the teacher training institute formed by All, namely Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) which also helped KH. Ahmad Sanusi teaches at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. In addition, the education provided by AII indirectly brought an increase in national awareness and a sense of nationalism to the people of Sukabumi, especially the students. This can be seen during the independence of Indonesia, the students fought against the allies and forcibly seized the Sukabumi region from the hands of the Japanese military government. Different from previous studies that discussed the role of AII organization in general, this study focuses more on the role of AII organization in increasing nationalism in students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anuri Furqon
"Skripsi ini berisikan tentang reaksi kaum tradisionaI terhadap gempuran gerakan pembaharuan yang waktu itu menjamur di dunia. Gerakan pembaharuan di Indonesia pada awal abad XX terjadi karena suasana keagamaan di Indonesia yang ada pada waktu itu menurut kaum pembaharu diwarnai oleh banyaknya penyimpangan dalam menjalankan ritual agama. Seperti, ritual setamatan yang menurut kalangan pembaharu itu adalah bid'ah. Sedangkan, hal itu bagi kalangan tradisional adalah ibadah. Kalangan pembaharu selalu melihat bahwa segala macam ibadah harus didasarkan kepada Alquran dan Hadis. Sedangkan,kalangan trradisional berpendapat bahwa ibadah itu dilakukan tidak sekedar berdasarkan Alquran dan Hadis tetapi juga penafsiran dari kalangan ulama abad pertengahan yang mumpuni dan sah. Menurut mereka, cara itu adalah cara yang terbaik dalam menjalankan ritual yang berdasarkan Alquran dan Hadis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moehamad Sahri
"Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh muslimin dari. Gujarat, India; disiarkan secara damai tanpa ada paksaan atau perang. Kemudian dilanjutkan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan wali. Para wali menyiarkan agama Islam dengan arif dan bijaksa_na. Tradisi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tidak sepenuhnya dihilangkan sepanjang tidak bertentangan dengan syariat Islam, bahkan adat istiadat itu dipelihara dan dikembangkan, disesuaikan atau diisi dengan ajaran agama Islam, seperti pagelaran wayang dan selamatan. Maka wajarlah kalau hingga sekarang masih banyak adat istiadat yang dilakukan oleh orang Islam. Dengan cara tersebut di atas banyak orang yang memeluk agama Islam dengan suka rela, bahkan ingin mempelajari ajaran-ajarannya secara mendalam. Itu dilaksanakan di rumah-rumah dan masjid-masjid; yang lama kelamaan berkembang menjadi pondok pesantren. Dalam sistem pengajaran yang dipergunakan di pondok pesantren terdapat dua cara, yaitu: Cara bandongan, yaitu seorang kiai menentukan kitab yang akan dikaji oleh para santrinya. Setelah itu pada waktu yang telah ditentukan, biasanya sesudah salat subuh..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S13307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harun
Jakarta: Bulan Bintang, 1975
297 NAS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin Daya
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990
297.65 BUR g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jimly Asshiddiqie, 1956-
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
T36423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
"Masyarakat Kasepuhan Gunung Halimun hingga saat ini masih memelihara dan taat menjalankan berbagai tradisi. Adanya berbagai tradisi yang masih dijalankan itulah yang menyebabkan masyarakat tersebut menjadi dikenal dan dikunjungi oleh warga masyarakat di luar lingkungannya dari berbagai kalangan. Tradisi-tradisi yang mereka jalankan itu nampak seperti tradisi lama seperti yang dijalankan oleh leluhur mereka, akan tetapi bila diamati lebih jauh tradisi-tradisi itu tidak lagi mumi sebagai tradisi lama, melainkan merupakan tradisi yang telah dikreasikan oleh elit-elit lokal dengan kemasan simbol-simbol lama sehingga dapat diterima oleh masyarakat pendukungnya dan diperlakukan bagaikan tradisi leluhur mereka. Kajian-kajian mengenai tradisi itu telah dilakukan oleh para ahli di luar Indonesia yang mengungkap adanya kelompok-kelompok tertentu yang menjadi inisiator untuk mencip-takan tradisi baru dengan mengemasnya dengan simbol-simbol lama untuk mencapai tujuan atau efek yang diharapkan. Tujuan atau efek yang diharapkan itu adalah untuk; (1) mengukuhkan kembali identitas kelompok etnis di tengah-tengah kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas; (2) menghidupkan kembali simbolisasi kepemimpinan tradi-sional; (3) memperkokoh superioritas kelompok sosial tertentu dalam persaingan mem-peroleh kesempatan-kesempatan ekonomi; (4) mengukuhkan hegemoni kebesaran suatu negara atas negara-negara lain; dan (5) untuk memperoleh dukungan, kesetiaan rakyat ter-hadap penguasanya. Penelitian mengenai tradisi yang mempunyai efek atau tujuan-tujuan tertentu itu saya lakukan di Kasepuhan Gunung Halimun, namun saya ingin mengungkap apakah semua efek atau tujuan dari penciptaan tradisi baru yang diungkap para ahli itu sepenuhnya teijadi di Gunung Halimun, atau justru terdapat efek atau tujuan-tujuan lain yang berbeda dari tujuan di atas. Hal ini menarik perhatian saya, karena karakteristik masyarakat Gunung Halimun sangat berbeda dengan masyarakat yang telah diteliti para ahli tersebut, meskipun sama-sama mengalami penciptaan tradisi baru yang digerakan oleh elit-elit lokal. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini mengungkap hubungan antara tradisi, elit politik lokal, dan pemanfaatn potensi sumber daya alam di Kawasan Gunung Halimun yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Communities of Kasepuhan of Halimun Mountain,up to now, still maintain and obey to run a variety of traditions. Running their various traditions, those communities become well known and visited by citizens of various circles who come from outside their environment Traditions they run look like such a long tradition carried on by their ancestors but when it is observed further, it is not exactly pure as the old tradition but it has been created by local elites with an old symbol packaging so they can be accepted by their supporting communities and treated like their ancestral traditions. Studies on the traditions that has been done by some experts from outside of Indonesia that reveal the presence of certain groups to be the initiator to create a new tradition packaged with the old symbols to achieve the purpose or expected effect The purpose or expected effect are: to reaffirm the identity of ethnic group among others in the wider society; to revive the symbolization of traditional leadership; to strengthen the superiority of particular social group in the competition to obtain economic opportunities; to confirm the greatness of a nation hegemony against other countries; and to get support and the loyalty of the people against their ruler. Research on the traditions that have effect or certain purposes, I conduct at Kasepuhan of Halimun Mountain, but I want to reveal whether any effect or purpose of creating a new tradition disclosed by the experts fully happened in Halimun Mountain or just have the effect or other purposes that differ from the above ones. This is caught my attention because the characteristic of communities of Halimun Mountain are quite different from those who have been researched by those experts, even though both are created by local elites. Research using qualitative method reveals the relationship between traditions , local elites and the potential utilitization of natural resources in the area of Halimun Mountain which is administratively located in the District of Sukabumi, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D-Pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Sjafaat Mintaredja
Jakarta: Septenarius, 1976
297.432.0 MIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>