Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 104299 Document(s) match with the query
cover
Coutrier, Imelda E.V.
"Skripsi ini berjudul Terakoya Wadah Pendidikan Masyarakat Biasa pada Jaman Tokugawa. Pemilihan tema ini dilatarbelakangi alasan bahwa pendidikan Jepang sebenarnya telah dimulai dalam waktu yang lama dan pada jaman Tokugawa pendidikan sangat berkembang ditandai banyaknya jumlah sekolah dari berbagai jenis. Selain itu pada jaman Tokugawa angka buta huruf sangat rendah. Masalahnya sekarang bagaimana sebenarnya bentuk dan pelaksanaan Terakoya pada masa Tokugawa. Dalam penguraian Skripsi ini pertama kali dikemukakan latar belakang masyarakat Jepang yang ditinjau dari sudut sosial, budaya, politik, ekonomi dan kesusastraan yang sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan Jepang. Hal yang terutama dalam latar belakang ini adalah pembagian kelas masyarakat Shinokosho yaitu samurai, petani, tukang dan pedagang. Pendidikan pada masa Tokugawa berdasarkan kepada pembagian kelas masyarakat tersebut. Sekolah untuk kaum samurai terdiri dari : Sekolah Bakufu, Hanko dan Shijuku sedangkan sekolah untuk kaum non samurai yaitu kelas petani, tukang dan pedagang terdiri dari : Terakoya dan Gogaku. Pada mulanya Terakoya berkembang pada jaman Muromachi (abad 15) dan dilaksanakan di kuil Buddha. Akan tetapi pada perkembangannya Terakoya tidak lagi dilaksanakan di kuil Buddha tetapi di rumah-rumah penduduk dan isi pelajarannya juga tidak ada hubungannya dengan agama Buddha. Terakoya merupakan wadah pendidikan yang mengajarkan pendidikan dasar yaitu menulis, membaca dan berhitung yang diperuntukkan bagi masyarakat biasa. Terakoya menyebar dengan pesat sampai ke`kota-kota kecil diseluruh Jepang. Akan tetapi perkembangan Terakoya yang tepat tidak dapat dibuat karena data-data yang ditemukan diragukan kebenarannya. Tetapi perkiraan yang paling mendekati ialah 40% laki-laki dan 10% perempuan sudah bersekolah. Guru-guru Terakoya mengajar dirumahnya sendiri dengan maksud sukarela untuk mengembangkan pengetahuan, sebagai sambilan, atau sebagai mata pencaharian utama. Sebenarnya guru tersebut sudah mempunyai status sebagai samurai, pendeta Buddha dan Sinto. dokter atau masyarakat biasa. Rata-rata satu Terakoya mempunyai murid sebanyak 30 orang. Tidak ada penetapan besarnya uang sekolah yang harus dibayarkan orang tua kepada guru. Hubungan guru dan orang tua lebih dari sekedar hubungan ekonomi. Uang, hadiah dan pembedaan jasa diberikan orang tua sesuai kemampuan orang tua. Murid-murid belajar menggunakan rumah guru dan tidak ada pembedaan antara murid perempuan dan laki-laki. Murid-murid diajarkan latihan menulis sederhana, membaca dan berhitung serta ajaran moral dan disiplin. Latihan membaca dan menulis memakai buku teks yang di sebut Oraimono. Banyak Oraimono yang ditemukan pada jaman ini, tetapi dilihat dari isinya Oraimono juga mencerminkan keadaan masyarakat pada jaman itu yang terbagi berdasarkan kelas sosial. Pendidikan dalam Terakoya yang menyebar ke seluruh negeri dalam jumlah besar mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan Jepang sehingga Jepang dapat berkembang seperti sekarang ini. Meskipun banyak juga wadah pendidikan lain, tanpa Terakoya belum tentu rakyat Jepang dapat menyerap pengetahuan dari luar negeri yang digalakkan pada waktu Restorasi Meiji untuk mencapai modernisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S13574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dore, R.P.
London: Athlone Press, 1984
370.952 DOR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Noviantoro
"Pada permulaan Zaman Meiji terjadi perubahan besar-besaran pada masyarakat Jepang pada berbagai aspek kehidupan. Ketika masa tersebut, diskriminasi sosial masyarakat dihapuskan dan Jepang membuka dari masuknya peradaban barat setelah sekian lama mengisolasi negeri. Hal ini adalah konsekuensi yang dijaiani setelah Kaisar Meiji mengumumkan Gokajo no Goseimon (Lima Sumpah Kaisar) yang menjadi ideologi dan landasan berpijak pemerintahan baru Meiji. Dengan terjadinya perubahan yang besar pada kemajuan Jepang terutama dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, juga dibarengi dengan masuknya kebudayaan dan paham-paham barat yang dikenal dengan istilah westernisasi atau seiyouka. Kaisar melihat gejala-gejala sosial yang terjadi pada masyarakat sehingga dirasa perlu untuk membuat rambu-rambu untuk mengatasi implikasi dari kebijakannya memodernisasi negeri dengan mengeluarkan Kyouiku Chokugo (Sabda Kaisar tentang Pendidikan). Kyouiku Chokugo adalah maklumat yang dikeluarkan untuk membentuk sebuah pendidikan yang berbasis moral yang bersumber dari ajaran Konfusianisme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ediana Yusuf
"ABSTRAK. Kedatangan comodor Ferry ke Jepang pada tahun 1858 pada mulanya hanya ingin mengadakan hubungan perdagangan dengan Jepang, tetapi kemudian juga mempunyai tujuan untuk membuka Jepang supaya mau berhubungan dengan negara lain. Kedatangan yang pertama ini tidak membuahkan hasil dan baru pada kedatangannya yang kedua yaitu tahun 1854, Amerika dapat memaksa Jepang untuk perjanjian persahabatan yang kemudian disusul dengan perjanjian perdagangan. Pada masa pemerintah Meiji, Jepang mulai sadar bahwa perjanjian yang dibuat dengan Amerika sangat merugikannya. Oleh karena itu pemerintah mengirim utusannya ke Amerika dan Eropa untuk merevisi perjanjian. Sementara itu, mereka banyak mengamati kebudayaan Barat dan apa yang mereka lihat nantinya mempunyai pengaruh besar terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dijalankan oleh pemerintah Jepang. Pemerintah kemudian memusatkan perhatiannya akan modernisasi untuk memelihara ke1angsungan posisi internasional. Maka penting sekali untuk memordenisasikan atau mewesternisasikan negaranya untuk pelaksanaannya. Ada tiga langkah yang dilaksanakan dan harus di perhatikan yaitu: Landeform, meluaskan militer dan pendidikan. Untuk memperkuat penghasilan nasional, Jepang perlu membenahi dan memperkuat sistem pajaknya. Langkah selanjutnya dengan memperluas kekuatan militer, dimana fasilitas untuk pabrik-pabrik senjata yang digunakan untuk perang. Perluasan dari fasilitas militer ini akhirnya mendorong perkembangan industri yang akhirnya dapat mendorong kemajuan ekonomi nasional. Langkah yang ketiga ialah pendidikan dengan diambilnya tindakan positif oleh pemerintah mengenai sistim pendidikan untuk masyarakat. Untuk tercapainya tujuan memodernisasikan negaranya, Jepang kemudian mengirim pelajar -pelajarnya untuk belajar di luar negeri. Pelajar -pelajar yang mempelajari barat ini sekembalinya ke negerinya, memberikan sumbangnya pada masyarakat Jepang. Mereka menganjurkan supaya jepang meninggalkan cara berpikir dan cara bertindak mereka yang masih tradisional dan menggantinya dengan cara_ modern. Hal ini dapat dipahami karena Jepang terisolasi dari dari dunia luar selama 250 tahun, tetapi dari segi lain hal ini dapat membuat Jepang membentuk kepribadian nasionalnya dengan kuat. Sarjana-sarjana Jepang yang bertujuan ingin memajukan bangsanya lni banyak yang terhimpun dalam gerakan pencerahan, salah satu diantaranya adalah Mori Arinori. Mori terkenal sebagai penganjur modernisasi. la yang belajar di Inggris, mengamati kehidupan masyarakat dan sosial di sana. Setelah ia bersekolah di Inggris, ia juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi Amerika sehubungan dengan tugasnya sebagai perwakilan diplomatik Jepang. ia juga banyak mengamati kehidupan di Amerika, salah satu bukunya mengenai Amerika yaitu Life and Resources in Amerika, merupakan buku yang terlengkap yang menceritakan tentang Amerika di Jepang dan yang ditulis oleh orang Jepang. Dalam banyak tulisannya di media masa, Mori merupakan seorang penganjur yang memperkenalkan kebudayaan dan permikiran barat kepada rakyat. Dalam tulisan-tulisannya itu, Mori cukup berani untuk mengkritik pemerintah yang dianggapnya belum dapat menghilangkan sisa-sisa feodalnya, baik itu di dalam menjalankan sistim pemerintahannya maupun dalam pelayanan masyarakat. Tindakan Mori yang seperti ini dianggap sebagai tindakan yang berani, karena pada mass itu mengkritik pemerintah masih merupakan hal yang tabu. Mori juga dikatakan sebagai Orang barat yang lahir di Jepang atau Tokoh yang kebarat-baratan. Gelar ini diberikan oleh sahabat Mori yaitu Ito Hirobumi. Memang dalam menjalankan kebijaksanan-kebijaksanannya, Mori terkadang terlalu Barat dalam memandang sesuatu. Misalnya pada waktu Mori mengusulkan dihapuskannya pemakaian bahasa Jepang dan menggantinya dengan bahasa Inggris (Kokugo Haishi Ego Saivoron), sebenarnya hal ini merupakan tindakan yang tergesa-gesa dari Mori tetapi ini semua berangkat dari keinginannya untuk secara cepat dapat memajukan bangsanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nurwiati Giyoso
"ABSTRAK
Di seluruh negara saat acara pergantian tahun identik dengan diadakannya pesta kembang api. Di Jepang tidak hanya saat pergantian tahun saja, saat musim panas terdapat festival kembang api yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juli atau Agustus. Kembang api di Jepang disebut dengan kata hanabi. Hanabi secara harfiah lsquo;bunga api rsquo; berasal dari dua kanji? hana berarti 39;bunga 39; dan? hi atau bi berarti 39;api 39;. Penggambaran bunga dan api memperlihatkan Jepang yang memiliki budaya rasa hormat terhadap alam yang tinggi. Kembang api awalnya adalah sebuah penemuan Cina kuno, lalu tiba di Jepang pada abad ke-16. Zaman Edo adalah zaman dimana peran Tokugawa sangat penting. Masa periode Tokugawa merupakan periode Edo yang berlangsung pada tahun 1603 sampai 1867. Banyak peran Tokugawa dalam membangun Jepang sehingga Jepang menjadi negara yang maju. Begitu pula dengan pengaruh masuknya kembang api atau hanabi di Jepang. Terdapat keterkaitan antara latar belakang masuknya kembang api dengan masyarakat Jepang yang memberikan pengaruh terhadap 3 bidang, yakni budaya, industri, dan politik.

ABSTRACT
Fireworks has always been associated with New Years Eve in almost every country around the world. In Japan, fireworks is not only used on New Years Eve celebration, there is also a fireworks festival in Summer around July to August every year. In Japan, fireworks is called as Hanabi. The literal translation of Hanabi means 39 fire flower 39 , derived from two kanjis hana which means flower and hi or bi which means fire. The depiction of flower and fire shows how respectful Japan is towards nature. Originally, fireworks is an invention of ancient China, it is only 39 arrived 39 in Japan on 16th century. The Edo period is highlighted as Tokugawa 39 s most important. It is the period between 1603 until 1867. Tokugawa plays a huge role in turning Japan into a highly developed country. And so does the influence of fireworks or hanabi. The connection between the background of fireworks and the Japanese, through the years, has influence Japan rsquo s development in 3 major areas culture, industries, and politics. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwira Hernandita
"Penelitian mengenai sistem kekerabatan dozoku dan shinzoku telah dilakukan sejak bulan Januari 1990. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui struktur hubungan kekerabatan dozoku dan shinzoku dengan skala keluasan dan kedalam_annya dan juga untuk membuktikan bahwa struktur kekerabatan orang Jepang dengan terhapusnya ia dari Undang-Undang Sipil Jepang tidak mengalami perubahan. Untuk sampai pada tujuan penulisan digunakan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk mengeta_hui sistem kekerabatan orang Jepang sebelumnya perlu mema_hami struktur keluarga tradisional Jepang yang dikenal de_ngan sistem ini kemudian akan berkembang dan meluas membentuk sebuah kelompok kekerabatan dozoku yang anggotanya terdiri tidak hanya terdiri dari mereka yang memiliki hu_bungan darah saja, tetapi mereka yang tidak memiliki hubung_an darah pun dapat menjadi anggota dozoku. Sementara itu, shinzoku yaitu jalinan kekerabatan yang ada di dalam dozoku didasarkan pada hubungan darah baik dekat maupun jauh serta hubungan perkawinan. Sistem kekerabatan ini masih menjadi pedaman hidup masyarakat Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murdoch, James
New York : Routledge , 1926
R 952 MUR h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Kathrin Octiana
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini, yang dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada tahun 1996, ialah memaparkan serta mengkaji pemikiran dari seorang politikus pada zaman Meiji, yaitu Mori Arinori dalam memodernisasikan Jepang. Kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian seorang tokoh Mori Arinori adalah bagaimana dia dapat mencetuskan pemikirannya untuk memodernisasikan Jepang, dengan gaya dan pikirannya yang berani dan gigih. la memiliki tekad yang tinggi untuk memajukan Jepang dengan hasil pemikirannya yang modern. Latar belakang keluarga dan pendidikan yang dipelajarinya menjadikan Mori Arinori memiliki pemikiran bergaya Eropa. Negara Jepang yang pada saat itu menurut Mori sangat ketinggalan zaman, sehingga tidak akan mengalami kemajuan jika tidak melakukan tindakan modernisasi seperti penghapusan kebiasaan menyandang pedang pada kaum samurai, pemakaian bahasa Inggris, dan mengajarkan pendidikan bergaya militer. Karena dinilai pemikirannya terlalu berani dan...

"
1996
S13993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Education in Japan that is having a modernization is not just because the changes that come from the inside and bottom but also from foreign interference because Japan has invited foreigner and imported the foreign pattern. Education in Japan is modernization after the changes from the inside and bottom that strengthen power from the top and outside.  That is the tipycal of underdeveloped country. Japan under the Meiji, has win in war against the China and Rusia. Meanwhile, this country also has finished the industry revolution. "
NIGAKU 1:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Bangkit Setiawan
"Zaman Edo atau yang disebut juga zaman Tokugawa (1600-1868) adalah salah satu zaman di mana Jepang menerapkan sistem pemerintahan feodal. Akan tetapi, karakteristik feodalisme yang terjadi di zaman Edo apabila dibandingkan dengan feodalisme zaman yang lain terlihat dengan jelas memiliki 2 buah ciri yang tidak dimiliki oleh zaman lainnya. Kedua karakteristik tersebut adalah Pemusatan Kekuasaan pada bakufu (sentralisasi kekuasaan), dan Penyusunan Masyarakat dan sistem Stratifikasi yang ketat.
Tokugawa Ieyasu (1542-1616) sebagai seorang konseptor keshogunan Edo menggunakan ajaran-ajaran moral yang dikembangkan oleh Neo Konfusianisme aliran Shushigaku untuk mencetak masyarakat menjadi suatu kelompok terstratifikasi, dan dalam bidang politik ia menggunakannya sebagai doktrin bagi para penguasa daerah agar meyakini bahwa konsep politik terpusat (sentralisasi) adalah 'jalan langit' yang harus mereka tempuh. Ini semua termaktub dalam babad resmi zaman Edo, Tokugawa Jikki.
Dalam masalah yang berbau ideologis ini, Tokugawa Ieyasu mengangkat seorang murid dari ahli Konfusianisme di Kyoto, Fujiwara Seika (1561-1619) yang bernama Hayashi Razan (1583-1657) untuk memberi nasehat dan masukkan dalam bidang politik. Pengangkatan Hayashi Razan ini membuahkan hasil diundangkannya 3 peraturan utama Edo yakni; Bukeshohatto, Jiin Hato, Kinchu Narabini Kugeshohatto, yang mana ketiga undang-undang ini menjadi undang-undang yang membentuk dan memberikan ciri pada sistem feodal zaman Edo sebagai mana disebutkan di atas.
Melalui penelusuran teks-teks kuno dan doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Hayashi Razan, dengan kata lain dengan merekonstruksi pemikiran Hayashi Razan tentang dua konsep yang menjadi karakteristik sistem feodal zaman Edo; yakni pemusatan kekuasaan dan stratifikasi masyarakat; maka dapat dikatakan bahwa terbukti ada pengaruh pemikiran-pemikiran Shushigaku yang dibawa oleh Hayashi Razan dalam sistem politik dan struktur masyarakat Jepang zaman Edo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>