Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diakayudi Migra Hubekayanti
"ABSTRAK
Penulis membahas masalah Shinbutsubunri ini karena gerakan ini muncul pada jaman Edo, di mana sampai saat itu agama Budha telah menyatu dengan kepercayaan asli Jepang, Shinto. Serta mencapai masa Jaya dengan jumlah kuil yang banyak dan secara administrasi dan birokrasi sudah mapan. Tujuannya ialah untuk menjelaskan penyebab munculnya gerakan tersebut. Serta menerangkan bahwa kepercayaan yang merupakan hal yang subyektif irasional tidak mudah diubah dan dipengaruhi oleh suatu peraturan.
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan buku-_buku, artikel, ensiklopedia yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas. Buku pegangan utama adalah Shinbutsubunri karangan Tanamuro Fumio.
Gerakan Shinbutsubunri pertama muncul di bawah pimpinan Tokugawa Hitsukuri (1628-1700 sebagai penguasa wilayah Nita. Gerakan ini terjadi karena faktor ekonomi, di mana jumlah kuil Budha yang terlampau banyak memberatkan beban rakyat sebagai penyandang dana.

"
1990
S13702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Puspitasari
"Di dalam skripsi ini yang berjudul rangaku: bentuk ilmu pengetahuan yang berkembang pada jaman Edo, penulis mencoba membuat ringkasannya sebagai berikut. Kurang lebih 3 abad lamanya, Jepang memasuki era sakoku yang berarti Jepang menutup dirinya dari pengaruh bangsa asing. Akan tetapi selama tahun-tahun itu, Jepang juga mengadakan hubungan dengan luar negeri yaitu Cina dan Belanda Walaupun dalam taraf yang sangat minim. Khususnya di sini akan diuraikan mengenai hubungan Jepang dengan barat terutama Belanda, berkenaan dengan masuknya ilmu pengetahuan barat yang dipelajarinya. Dengan masuknya pemikiran-pemikiran barat tersebut, menimbulkan suatu akulturasi budaya barat yang berarti penyerapan budaya pada masa itu tidak terbatas pada budaya Cina. Budaya Cina terutama pemikiran Konfusianisme, memberikan pengaruh tidak kecil terhadap perwujudan budaya Jepang diberbagai aspek. Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana peranan dan pengaruh rangaku pada masyarakat jaman Edo. Dengan membahas masalah di atas, diharapkan dapat mengetahui peranan dan pengaruh rangaku pada masyarakat Edo. Serta dapat memahami pendapat dari Reischauer bahwa masa sakoku merupakan masa persiapan untuk tinggal landas menuju Jepang mutahir seperti yang dapat dilihat sekarang ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan yaitu membaca secara kritis bahan-bahan bacaan, mediskripsikan dan menyusun kembali ke dalam bentuk skripsi. Penulis mendiskripsik:an beberapa bab dari buku Yogaku Jo, Nihon Shiso Taikei. Adapun skripsi ini dibagi dalam 5 bab, yang terdiri dari Bab 1 berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan serta pembagian uraian. Bab II menguraikan latar belakang awal mula hubungan Jepang dengan Belanda. Bab III membahas pengertian rangaku dan yogaku yang kedua_duanya sebenarnya adalah ilmu pengetahuan barat. Di dalam sub dijelaskan juga bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tercangkup dalam rangaku dan yogaku serta berbagai macam pandangan terhadap ilmu pengetahuan tersebut. Bab IV menjelask:an tentang perkembangan dan pengaruh rangaku pada masyarakat Edo serta beberapa tokoh yang berjasa dalam mengembangkan rangaku. Bab V diakhiri dengan sebuah kesimpulan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahadian Sari
"Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan di paruh awal jaman Edo, kebutuhan akan jasa finansial untuk mengatasi masalah-masalah uang di bidang komersial makin mendesak. Kondisi uang di jaman Edo sendiri cukup rumit, tampak dari beredarnya 3 jenis uang logam yang kerap kali berubah nilainya dan berlakunya standar mata uang ganda di dua kota besar, yakni Edo (emas) dan Osaka (perak). Hal itu merumitkan pola pembayaran antar dua kota penting tersebut. Sementara itu, makin besarnya transaksi uang menjadikan tindakan membawa, menyimpan, dan mengirimkan sejumlah besar uang dari satu lokasi ke lokasi lain tidak praktis dan berbahaya. Oleh karenanya, jasa ryogaeya, yang pada mulanya murni mengacu pada usaha penukaran uang, berkembang menjadi jasa pelayanan finansial (bankir) untuk mengatasi masalah- masalah keuangan disektor komersial."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Niken Tresnawati
"Skripsi ini menguraikan tentang peran Konfusianisme dalam berbagai aspek budaya Jepang jaman Edo, antara lain dalam sistem keluarga tradisional Jepang yang dikenal sebagai sistem ie dan dalam moral kelas penguasa saat itu, yaitu bushido. Penyusunan skripsi ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan membaca bahan-bahan referensi, memilih, menimbang, menolak, dan menyusun kembali bahan-bahan tadi ke dalam suatu bentuk yang sesuai dengan judul skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran budaya Cina, khususnya Konfusianisme dalam berbagai aspek budaya Jepang jaman Edo, serta untuk membuktikan bahwa jaman Edo mempunyai arti penting bagi Jepang untuk selanjutnya mengadakan suatu pembaharuaan dalam berbagai aspek budaya, terutama dalam penyerapan budaya Barat. Hasil penelitian skripsi ini menyatakan bahwa Konfusianisme mempunyai arti yang sangat penting dalam membentuk budaya Jepang. Meskipun Konfusianisme merupakan budaya yang berasal dari Cina, bangsa Jepang rnenafsirkan dan mengambilnya disesuaikan dengan keadaaan dan kepentingan pemerintahan dan masyarakat Jepang sendiri, sehingga Konfusiansisme Jepang dapat dikatakan berbeda dengan Konfusianisme Cina, dan telah menyatu menjadi bagian dalam budaya khas Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Bangkit Setiawan
"Zaman Edo atau yang disebut juga zaman Tokugawa (1600-1868) adalah salah satu zaman di mana Jepang menerapkan sistem pemerintahan feodal. Akan tetapi, karakteristik feodalisme yang terjadi di zaman Edo apabila dibandingkan dengan feodalisme zaman yang lain terlihat dengan jelas memiliki 2 buah ciri yang tidak dimiliki oleh zaman lainnya. Kedua karakteristik tersebut adalah Pemusatan Kekuasaan pada bakufu (sentralisasi kekuasaan), dan Penyusunan Masyarakat dan sistem Stratifikasi yang ketat.
Tokugawa Ieyasu (1542-1616) sebagai seorang konseptor keshogunan Edo menggunakan ajaran-ajaran moral yang dikembangkan oleh Neo Konfusianisme aliran Shushigaku untuk mencetak masyarakat menjadi suatu kelompok terstratifikasi, dan dalam bidang politik ia menggunakannya sebagai doktrin bagi para penguasa daerah agar meyakini bahwa konsep politik terpusat (sentralisasi) adalah 'jalan langit' yang harus mereka tempuh. Ini semua termaktub dalam babad resmi zaman Edo, Tokugawa Jikki.
Dalam masalah yang berbau ideologis ini, Tokugawa Ieyasu mengangkat seorang murid dari ahli Konfusianisme di Kyoto, Fujiwara Seika (1561-1619) yang bernama Hayashi Razan (1583-1657) untuk memberi nasehat dan masukkan dalam bidang politik. Pengangkatan Hayashi Razan ini membuahkan hasil diundangkannya 3 peraturan utama Edo yakni; Bukeshohatto, Jiin Hato, Kinchu Narabini Kugeshohatto, yang mana ketiga undang-undang ini menjadi undang-undang yang membentuk dan memberikan ciri pada sistem feodal zaman Edo sebagai mana disebutkan di atas.
Melalui penelusuran teks-teks kuno dan doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Hayashi Razan, dengan kata lain dengan merekonstruksi pemikiran Hayashi Razan tentang dua konsep yang menjadi karakteristik sistem feodal zaman Edo; yakni pemusatan kekuasaan dan stratifikasi masyarakat; maka dapat dikatakan bahwa terbukti ada pengaruh pemikiran-pemikiran Shushigaku yang dibawa oleh Hayashi Razan dalam sistem politik dan struktur masyarakat Jepang zaman Edo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ligia Emila
"ABSTRAK
Cara bunuh diri yang dilakukan, oleh orang-orang hampir di se1uruh dunia, umumnya mengambil bentuk yang hampir sama. Misalnya; menggunakan obat serangga, terjun dari tempat yang tinggi, gantung diri, menggunakan senjata api, bakar diri, memotong urat nadi. Tetapi didalam masyarakat Jepang diantara cara-cara tersebut diatas ini mereka mengenal suatu cara bunuh diri yaitu apa yang disebut Seppuku atau Harakiri (pemotongan perut). Cara ini sangat terkenal dan diakui sebagai salah satu cara bunuh diri yang dianggap terhormat.
Cara bunuh diri seperti ini khususnya diselenggarakan dikalangan kaum Samurai atau Rushi (kesatria Jepang). Seppuku bagi kaum samurai memiliki dua pengertian. Yakni, pertama, Jisatsu yaitu bunuh diri, dan kedua Keioatsu yang artinya hukuman mati.
Setelah membaca sebuah karya yang berjudul Seppuku no Eanashi yang ditulis oleh seorang ahli Antropologi Jepang yang bernama Chiba Tokuji, hal ini telah menjadi suatu motivasi bagi penulis untuk lebih mengetahui dan memahami maksud dan pengertian seppuku. Dalam karya tersebut diuraikan tujuan dan arti seppuku yang hidup didalam sejarah kebudayaan Jepang mengikuti arus perkembangan_

"
1984
S13652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Agama Kristen masuk ke Jepang sejak tahun 1549, yaitu pada saat seorang misionaris Katolik Roma bernama Francis Xavier tiba di daerah Kagoshima. Memasuki zaman Edo (1603-1867), pada awalnya Tokugawa Ieyasu sebagai pemimpin pertama pemerintahan bakufu Edo, tidak menunjukkan keberatannya terhadap penyebaran agama Kristen dan keberadaan para misionaris di Jepang.Pada tanggal 1 Februari 1614, pemerintah bakufu Edomengeluarkan dekrit pertama pelarangan agama Kristen. Alasan utamadikeluarkannya dekrit tersebut adalah bahwa pemerintah Tokugawa ingimenciptakan suatu pemerintahan yang absolut di Jepang dan agamaKristen dianggap sebagai ancaman bagi persatuan bangsa Jepang. Selaindikeluarkannya dekrit pelarangan agama Kristen, sebagai bagian dari pelaksanaan pelarangan penyebaran agama Kristen, pemerintah bakufuEdo juga melaksanakan politik sakoku (politik penutupan negara) dansistem danka. Menurut Okuwa Mitoshi dalam bukunya yang berjudul Jidanno Shiso, dijelaskan bahwa pengertian dari danka adalah keluarga yangmelaksanakan upacara kematian pada kuil Budha tertentu danbertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan terhadap kuil tersebut. Dengan diterapkannya sistem danka, maka setiap keluargadiwajibkan untuk menjadi anggota kuil Budha tertentu dan penganutKristen diharuskan meninggalkan agamanya tersebut. Selain adanyapenganut Kristen yang meninggalkan agamanya, juga ada penganutKristen yang tetap bertahan dengan keyakinannya selama masapenerapan sistem danka tersebut dan disebut dengan kakure kirishitan. Permasalahan dalam skripsi ini adalah sistem danka sebagai salah satu faktor penyebab munculnya kakure kirishitan.Permasalahan dalam skripsi ini adalah sistem danka sebagai salah satu faktor penyebab munculnya kakure kirishitan.Permasalahan dalam skripsi ini adalah sistem danka sebagai salah satu faktor penyebab munculnya kakure kirishitan.Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi Sistem Danka dan kehidupan Kakure Kirishitan Pada Zaman Edo di Jepang {1603-1867) di Jepang adalah_ Dengan diterapkannya sistem danka pada zaman Edo, para penganut Kristen terpaksa meninggalkan agamanya tersebut. Namun, selain adanya penganut Kristen yang meninggalkan agamanya, ada juga para penganut Kristen yang tetap bertahan dengan keyakinannya tersebut dan disebut dengan kakure kirishitan._ Di satu sisi, para penganut Kristen pada zaman Edo berusaha untuk tetap bertahan dengan keyakinannya, sedangkan di sisi lain mereka berusaha untuk menuruti perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah bakufu Edo untuk menjadi anggota danka._ Dengan diterapkannya sistem danka, pemerintah bakufu makin mempertegas pelarangan terhadap penyebaran agama Kristen sehingga agama Kristen tidak dapat berkembang luas di Jepang._ Pelaksanaan sistem danka juga melahirkan perpaduan (sinkrstisme) antara tiga agama, yaitu Budha, Shinto, dan Kristen. Hal ini disebabkan karena seluruh masyarakat Jepang pada zaman Edo, baik yang beragama Budha, Shinto, ataupun Kristen, wajib untuk menjadi anggota danka."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gitta Amalia Widyaputri
"ABSTRAK
Kimono adalah baju tradisional Jepang yang berarti sesuatu yang dipakai. Kimono memiliki banyak ragam yang terkenal, tergantung dari status pemakainya, acara dimana kimono itu akan dipakai, dan lain sebagainya. Kimono adalah pakaian yang memiliki motif dan warna-warna yang indah. Motif dan warna pada kimono memiliki nilai estetika yang tinggi serta mengandung maknanya tersendiri. Beberapa nilai estetika yang dapat ditemui pada kimono adalah unsur Wabi-sabi dan shibui. Selain itu, motif pada kimono banyak yang mengandung Kisetsu atau unsur musim.

ABSTRACT
Kimono is Japanese traditional clothes that literally means something to wear. There are various types of kimono depending on the persons status, the event where the kimono will be used, and others. Kimono are the type of clothes that has various motifs and beautiful colors. These motifs and colors has high aesthetic values and each has their own meanings. Some of the aesthetics that can be found on kimono is Wabi-sabi and Shibui. Other than that, it also has Kisetsu or seasonal elements on it."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"Penelitian mengenai etika kerja yang terkandung dalam Kamigata choonin doo (jalan hidup pedagang Kamigata) dan aspek perilaku ekonomi mereka pada jaman Edo (1604-1868) melalui penelitian kepustakaan. Tujuannya ialah untuk mengetahui hubungannya terhadap kekuatan dan keberhasilan pedagang Kamigata dalam bidang ekonomi sehingga dapat menahan pengaruh kekuatan politik bushi penguasa serta faktor-faktor penyebabnya. Pengumpulan data dilakukan melalui terutama pengambilan ungkapan ajaran dan pemikiran Ishida Baigan (1685-1744) dan ajaran nasehat serta ungkapan dari sastrawan Ihara Saikaku (1642-1693). Kedua tokoh Kamigata choonin ini sangat terkenal dan ungkapannya merupakan ekspressi jalan hidup pedagang Kamigata pada umumnya. Selain itu pula pemikir-pemikir lain dari wilayah Kamigata. Ungkapan-ungkapan mereka didapat dari buku-buku yang ditulis terutama oleh Watsuji Tetsuro dan Harada Tomohiko Berta beberapa buku pendukung lainnya. Dasar teoritis yang dipakai adalah memakai konsep etika kerja dari Watsuji Tetsuro dan Yuasa Yasuo yang keduanya mempunyai pemikiran searah. Sedangkan penguraiannya bersifat deskriptif dengan hanya menganalisa dan menafsirkan ungkapan yang ada untuk menangkap wujud Kamigata choonin doo dan etika kerja yang terkandung di dalamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa di dalam Kamigata choonin doo terkandung etika kerja shoojiki (jujur), kenyaku (hemat), dan saikaku (pandai atau cakap) yang menyertai pula dalam aspek perilaku ekonomi mereka sehari-hari. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab utama kekuatan dan keberhasilan mereka."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>