Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abigail Indriana M.
"Bahasa-bahasa di dunia ada ribuan jumlahnya dan dalam perkembangan pemakaiannya pasti bersinggungan satu dengan yang lain seiring kemajuan saling tukar infonnasi di antara manusia pemakai bahasa, Ketika bahasa saling bersinggungan terjadi pula saling mempengaruhi atau meminjam antar bahasa. Banyak bahasa yang meminjam dan memasukkan unsur bahasa asing ke dalam bahasanya termasuk bahasa Jepang, banyak memasukkan terutama unsur bahasa Inggris dan Eropa, yang disebut gairaigo (bahasa pinjaman). Dari penelitian-penel tian berkenaan dengan gairaigo di Jepang terlihat bahwa orang Jepang cenderung makin gemar dengan bahasa pinjaman, sementara belum tentu mereka mengerti arti dari bahasa pinjaman tersebut.
Untuk itulah penulis ingin meneliti sen diri apakah benar orang Jepang sangat menyukai bahasa pinjaman dan mereka belum tentu mengerti artinya, dengan metode angket yang sasarannya adalah orang Jepang yang tinggal di Jakarta.
Hasilnya ternyata bahwa orang Jepang cenderung bersikap netral, tidak lebih gemar gairaigo atau lebih gemar bahasa Jepang. Mereka cenderung lebih menyukai bahasa pinjaman tidak untuk semua kata. Bahkan pada beberapa kata banyak yang lebih menyukai ungkapan bahasa Jepangnya. Mengenai tingkat pengertian orang Jepang terhadap bahasa pinjaman ternyata cukup tinggi, hanya untuk beberapa kata tertentu tingkat pengertian mereka rendah. Hasil tambahan yang didapat adalah alasan orang Jepang bersikap netral atau pada suatu waktu lebih menyukai bahasa pinjaman dan di waktu yang lain bahasa Jepang, karena ada bahasa pinjaman yang tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Jepangnya, dan karena mereka memakai bahasa disesuaikan dengan waktu, tempat dan kesempatan/peristiwa (time, place, occasion)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S13454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Stanislausia Liem
"
ABSTRAK
Dalam beberapa bahasa di duuia ini dikenal pembagian feminim dan maskulin, bahkan dalam bahasa terentu terdapat pembagian bahasa laki-laki dan bahasa perempuan. Pembagian antara lain disebabkan dari perbedaan peran dan harapan sosial pada laki-laki dan perempuan (Wardhaugh, 1988; McGloin, 1990).
Salah satu bahasa yang dikatakan memiliki pembagian berdasarkan jenis kelamin adalah bahasa jepang. Perbedaan yang berdasarkan jenis kelamin ini dapat ditemukan pula pada kata gang. Irma sandang, akhir kalimat, dan sebagainya. Kemudian, secara khusus pada skripsi ini akan diangkat kehadiran jenis kelamin pada akhir kalimat, baik dalam bentuk parti kel akhir maupun kata bantu verba.
Menurut para ahli, pembagian langgam bahasa berdasarkan jenis kelamin sudah mulai mengalami pergeseran. Artinya laki-laki sudah mulai menggunakan bahasa perempuan, dan begitu juga sebaliknya One Endo (1995) mengatakan bahwa perubahan ini umumnya terlihat pada generasi muda, deagan alasan mereka ingin melepaskan diri dari ikatan dalam bentuk bahasa yang membelenggu kebebasan mereka meanampilkan jati diri.
Pergeseran tersebut di atas oleh penulis dianggap sebagai suatu ketidakkonsitenan, artinya penggunaan langgam bahasa tidak sesuai dengan jenis kelamin pembicara Pertanyaan yang timbul adalah apakah mereka yang berusia muda lebih tidak konsisten dibandingkaa mereka yang berusia lebih tua? Apabila dilihat dari sudut jenis kelamin, apakah perempuan lebih tidak konsisten dibandingkan laki-laki.
Guna menjawab pertanyaan tersebut di atas, dalam penelitian penulis menggunakan angket untuk mengumpulkan data, dan kemudian diolah dengan menggunakan t-test dan Chi-squared.
Hasil perhitungan statistik menununkkan bahwa secara umum pada kaum Adam usia tidak begitu mempengaruhi kekonsistenan berbahasa. Artinya mereka yang berusia 20-an (mewakili generasi muda) dan mereka yang berusia 40-an (mewakili generasi tua) menggunakan langgam bahasa yang sama. Sedangkan pada kaum Hawa, kelompok 40-an lebih konsisten, daripada kelompok 20-an. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih konsisten daripada lak i -laki.
Mulainya perempuan bekerja di luar rumah merupakan salah satu penjelasan untuk pergeseran batasan langgam bahasa laki-laki dan perempuan (Baron, 1993). Oleh karena itu. untuk memperluas ruang lingkup penelitian lanjutan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya juga dijadikan fakttor yang mempengaruhi langgam bahasa yang digunakan seseorang selain jenis kelaminnya.
"
1997
S13684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Santiar Saat
"Skripsi ini adalah skripsi linguistik bahasa Jepang dengan tema Data Kerja Majemuk Bahasa Jepang (Nihongo no Fukugodoshi). Dalam bahasa Jepang terdapat kata kerja majemuk (fukugodoshi), yaitu kata kerja yang terdiri dari 2 unsur pembentuk atau lebih. Seorang ahli linguistik Jepang, Nomura Masaaki berpendapat bahwa unsur pembentuk fukugodoshi dapat terdiri unsur-unsur sebagai berikut a. Noun + Verb; b. Adjective + Verb; c. Verb + Verb. Dalam skripsi ini secara khusus penulis membahas fukugodoshi dengan unsur pembentuk Verb + Verb, dengan lambang V1V2. Data-data untuk penelitian diambil dari buku Nihongo I dan Nihongo II yang dikeluarkan oleh Tokyo Gaikokugo Daigaku Fuzoku Nihongo Gakko, Jepang. Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari hubungan antara unsur-unsur pembentuk fukugodoshi dengan fukugodoshi yang dibentuknya. Penelitian ini dilakukan secara morfolo_gis dan semantis. Penelitian morfologis dilakukan untuk mengetahui pembentukan fukugodoshi, sedangkan penelitian semantis dilakukan untuk mengetahui apakah arti fukugodoshi mengandung arti kedua unsur pembentuknya, atau apakah arti fukugodoshi merupakan arti bentukan yang tidak dipengaruhi oleh arti unsur pembentuknya, atau apakah diantara unsur pembentuknya terdapat salah satu komponen yang berfungsi se_bagai kata bantu kata kerja Pertama-tama penulis mencoba meneliti pembentukan fukogodoshi (penelitian morfologis). Pembentukan fukugodo_shi adalah sebagai berikut: V1 + V2 = fukugodoshi (V1V2) dimana VI bergabung dengan V2 dalam bentuk renyokei atau lebih sering dikenal dengan sebutan bentuk masu. Contoh: kangae(masu)komu ii(masu)tsutaeru; Dari hasil penelitian semantik, penulis mengelompokkan fukugodoshi menjadi 5 kelompok. a. Fukugodoshi dimana V1 tidak memberikan artinya kepada keseluruhan anti fukugodoshi. Arti keseluruhan fukugodoshi dibentuk hanya oleh V2. b. Fukugodoshi dimana V1 maupun V2 sama-sama memberikan artinya pada fukugodoshi yang dibentuknya. Arti fukugodoshi dapat diuraikan dengan pola: V1 /V1shite V2 suru , artinya melakukan V1 kemudian melakukan V2. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai objek. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai keterangan. d. Fukugodoshi dimana kompononen pembentuk fukugodoshi VI maupun V2 mengalami pergeseran arti dalam proses membentuk arti fukugodoshi. e. Fukugodoshi dimana komponen pembentuknya tidak memberikan artinya pada arti fukugodoshi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Meiwati
"Dalam setiap bahasa yang ada di dunia ini hampir seluruhnya memiliki aisatsu. Disadari atau tidak, aisatsu tersebut sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat penggunanya. Sedikit sekali orang yang menyadari bahwa aisatsu itu sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena merupakan salah satu cara untuk memperlancar hubungan manusia. Bahasa Jepang memiliki banyak perbendaharaan aisatsu, yang sering membingungkan dan menyulitkan, tidak saja bagi anak-anak muda Jepang sekarang ini, tetapi juga terutama bagi orang asing (non-Jepang) yang mempelajari bahasa Jepang. Sekalipun kita dapat berbahasa Jepang dengan amat baik, jika tidak memaharni aisatsu, maka akan sulit untuk memasuki kelompok masyarakat Jepang, karena komunikasi antara kita dengan mereka menjadi tidak lancar. Setelah membaca beberapa buku tentang percakapan bahasa Jepang untuk bisnis dan wisata, penulis menemukan beberapa ekspresi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang memahami dan dapat menggunakan aisatsu, paling tidak yang telah penulis ketahui dari beberapa buku seperti Japanese Language and Culture Business and Travel. Di samping itu juga penulis berkeinginan mengetahui lebih luas mengenai aisatsu tersebut. Untuk mengetahui jawaban dari persoalan tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan studi pustaka dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan maka didapatkan data mengenai pemahaman aisatsu oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang. Pertama yang memiliki persentase terbesar adalah kategori cenderung paham dari masing-masing kelompok. Kemudian kedua, sangat kecil persentase pada kategori paham, dan yang terakhir tidak ada yang dikategorikan sangat paham. Dari data yang diperoleh melalui studi pustaka dan kuesioner maka penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan masing-masing aisatsu."
1999
S13669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheddy Nagara Tjandra
1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Kusumawardhani
"Penelitian mengenai makna adverbia bahasa Jepang tingkat dasar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memaparkan makna dan padanan kata di dalam bahasa Indonesia dari adverbia-adverbia bahasa Jepang yang terdapat dalam buku ajar Nihongo Ichi, sebagai salah satu buku ajar bahasa Jepang tingkat dasar. Selain itu, juga untuk mengetahui klasifikasi bahasa Jepang Ichikawa Takashi dan Suzuki Hideo. Pengumpulan data dilakukan terhadap semua adverbia bahasa Jepang yang terdapat dalam buku ajar Nihongo Ichi terbitan Kokusai Gakuyukai. Kemudian data-data tersebut dianalisis dan diklasifikasi dengan melihat semua data kalimat yang ada penulis yang menggunakan masing-masing data adverbia tersebut. Hasil dari penelitian ini berupa tabel yang berisi makna, padanan kata dalam bahasa Indonesia dan jenis adverbia dari masing-masing data adverbia. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah masing-masing jenis adverbia bahasa Jepang dalam buku ajar Nihongo Ichi adalah sebagai berikut: 1) Adverbia SItuasi : 19 adverbia; 2) Adverbia Tingkat: 16 adverbia; 3) Adverbia Pernyataan: 16 adverbia; 4) Adverbia Penilaian: 6 adverbia; 5) Adverbia Pembatasan: 1 adverbia"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Sutanto
"Skripsi ini menguji mengenai hubungan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan di tahun 2010 terhadap biaya atas pinjaman perusahaan di tahun 2011. Pengujian ini menggunakan ukuran perusahaan, reputasi auditor dan times interest earned ratio sebagai variabel pemoderasi. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat pengaruh pengungkapan terhadap biaya atas pinjaman. Semakin baik tingkat pengungkapan, maka biaya atas pinjaman yang diperoleh semakin rendah. Selain itu, ingin melihat apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor dan times interest earned ratio dapat berperan sebagai variabel pemoderasi antara pengungkapan dan biaya atas pinjaman. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan pada tahun 2010 memiliki pengaruh negatif terhadap biaya atas pinjaman pada tahun 2011. Selain itu, diperoleh kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, reputasi auditor dan times interest earned ratio berpengaruh negatif dengan biaya atas pinjaman. Ukuran perusahaan dan times interest earned ratio dapat berperan sebagai variabel pemoderasi. Akan tetapi berperan dalam memperlemah hubungan negatif antara independen dan dependen. Sedangkan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya atas pinjaman, dan tidak dapat berperan sebagai variabel pemoderasi.

This thesis regards the relationship of the level of completeness of annual report's disclosure in 2010 to the cost of debt's companies in 2011. This test uses the size of the company, the reputation of the auditor and times interest earned ratio as the moderating variables between disclosure and the cost of debt. The purpose of this test is to see the influence of the disclosure to the cost of debt. It means if the level of disclosure is good then the cost of debt is obtained the lower in the next period. In addition, it's also want to see if the size of the company, the reputation of the auditor and times interest earned ratio can be used as a moderating variables. The samples of this research are the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2010. The test results indicate that the disclosure in 2010 have a negative effect to the cost of debt in 2011. It's also obtained the conclusion that the size of the company, the reputation of the auditor and times interest earned ratio are effected negatively with the cost of debt. The size of the company and times interest earned ratio can be used as moderating variables regression, but are weakening the negative relationship between independent and dependent variable. While the auditor reputation do not effect significantly to the cost of debt, and it can't be used as the moderating variable.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartati
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research was conducted in accordance with the phenomenon occurred in Dokkai learning in which the students show lack understanding on reading. The aims of research are (1) to obtain clear description of the findings comprehensively about the reality in Dokkai learning of the students of JPBJ UPI as the learning goals through the story telling approach ; (2) to figure out the difficulties and factors influencing the low level of understanding Japanese reading (Dokkai). The population of the research is the third semester students of Japanese Education Department FPBS UPI Bandung as 19 students taken randomly from Chuukyuu Dokkay I course. Qualitative method is employed using quasi experimental design. Thus, in the research, there is no control group as comparing class. From the result of data analysis, we find that (1) according the questionnaire result, 90% of the respondents respond that the story telling approach in Dokkai course is interesting; (2) the students must be able to comprehend the reading text and then retell it; (3) the class becomes more active and effective.
"
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Conchita Zaubin
"Penelitian mengenai penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata Ganti Orang Kedua. Pengumpulan data dilakukan melalui penyeleksian data-data KGO I dan KGO II yang terdapat dalam buku-buku cerita bergambar yang dilanjutkan dengan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian skripsi ini bukan merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi, ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak, akhiran -tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung digunakan oleh pria. 2). Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra. Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri menggunakan akhiran -domo. 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin, kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>