Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Pangastoeti
"ABSTRAK
Perdagangan merupakan sektor yang amat berpengaruh besar dalam kehidupan ekonomi Jepang. Aktivitas perdagangan di. Jepang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dan dalam hal ini swasta memegang peranan panting. Di antara sekian banyak perusahaan yang terdapat di Jepang, ada sembilan perusahaan besar yang membentuk sebuah persatuan yang disebut Sogo Shosha. Sogo Shosha marupakan perusaha_an perdagangan umum yang terdiri dari Mitsubishi Corpora_tion, Mitsui & Co, Sumitomo Corporation, Marubeni Corporation, C. Itoh & Co. Nissho Iwai Co, Toyomenka Kaisha, Kanematsu Gosho Ltd, dan Nichimen Company.
Sogo Shosha mempunyai sejarah yang amat panjang. Dalam skripsi ini penulis mengawali pembahasan dari zaibat_su yang merupakan cikal Bakal terbentuknya Sogo Shosha. Sejak awal masa pembentukannya aktivitas zaibatsu yang paling dominan adalah dalam bidang keuangan yang diwujudkan dalam bentuk perbankan, dan industri yang diwujudkan dalam bentuk perusahan-perusahaan besar . Mereka banyak membantu pemerintah dalam menyediakan dana untuk pembangunan di dalam negeri, juga untuk membiayai peperangan di luar regeri dimana Jepang telibat. Kerjasama yang erat antara pemerintah dan zaibatsu berlangsung sampai pemerintahan diambil alih oleh Sekutu akibat kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Tahun 1946 zaibatsu dibubarkan oleh pemerintah pendudukan. Meskipun demikian aktivitas mereka tetap berjalan dalam bentuk perusahaan-perusahaan kecil yang merupakan pecahannya. Tahun 1951 perintah pembubaran dicabut sehingga zaibatsu dapat bergerak lebih luas lagi. Karena luasnya wilayah dan usaha yang mereka tangani maka istilah zaibatsu sudah tidak sesuai lagi, dan mereka lazim disebut Sogo Shosa.
Aktivitas initi Sogo Shosa adalah perdagangan dengan tidak mengutamakan kepentingan sekelompok produk atau wilayah tertentu saja. Usaha-usaha lain dilakukan untuk mendukung usaha intinya. Soga Shosha bukan merupakan (conglomerats) produsen, tetapi merupakan persatuan perdagangannya, jadi me_reka tidak melakukan usaha yang memproduksi barang. Untuk membiayai aktivitas perdagangannya, masing-masing perusahaan mempunyai bank induk, dan menjadikannya sebagai partner dalam bentuk zaikai. Ada tiga hal pokok yang menunjang kemajuan Sogo Shosha yaitu sumberdaya manusia, organisasi, dan informasi. Ketiganya disusun dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan.

"
1989
S13873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mossadeq Bahri
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kunio, Yoshihara
Jakarta: Gramedia, 1987
338.095 KUN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Christy
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ILO mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan perburuhan di Jepang sebelum Perang Dunia II. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan sumber-sumber data sekunder. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah deskritif analitis. Dalam penulisannya, penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronis yang tidak selalu berdasarkan kronologi waktu.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mulai dari periode Meiji hingga awal periode Showa, sebelum Jepang mengambil peran dalam Perang Dunia II (1939-1945). Tepatnya dimulai sejak tahun 1868 hingga 1941, sebelum Perang Pasifik (1941-1945). Walaupun ILO sendiri baru resmi berdiri pada tahun 1919 setelah Perang Dunia I, namun sangatlah penting untuk terlebih dahulu melihat keadaan perburuhan di Jepang sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Dengan demikian dapat diketahui apakah ILO mempunyai pengaruh positif dalam perkembangan perburuhan di Jepang.
Dapat disimpulkan berdasarkan uraian dan analisa dalam penelitian ini bahwa keberadaan ILO turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan positif perburuhan di Jepang sebelum Perang Dunia II. Dengan wakil buruh Jepang untuk konferensi ILO yang dipilh dari serikat-serikat buruh, pemerintah Jepang sudah mengakui keberadaan serikat-serikat buruh yang sebelumnya selalu ia represi. Selain itu, sesuai dengan konvensi ILO, pemerintah juga mulai meratifikasi legislasi-legislasi yang berhubungan dengan perburuhan serta menata administrasi perburuhan sehingga menjadi lebih terstruktur dan efisien. Hal ini turut membantu pemerintah dalam menekan radikalisme buruh. Lambat laun pemerintah Jepang mulai mentoleransi kepentingan para buruh dan menyadari bahwa perbaikan keadaan buruh pada akhirnya demi kemajuan perekonomian.

The objective of this study is to ascertain whether if the International Labor Organization (ILO) contributed a positive influence in Japan's labor development before World War II. This is a literature study, based on secondary data sources. The study's method is analytical descriptive. Furthermore, this study is using a synchronic approach which is not always based on a time chronology.
The scope of this study starts from the Meiji period until the early period of Showa, before Japan played a part in World War II (1939-1945). The precise date starts from year 1868 until 1941, before Pacific War (1941-1945). Although the ILO itself only had been founded in 1919, after World War I, it is very important to begin with studying the labor condition prior to 1919 as a comparative component. Therefore, the influence of ILO to the Japan's labor development could be assess.
Based on the description and analysis in this study, it could be concluded that the ILO existence had an influence to the positive development of labor in prewar Japan. With the labor representative for ILO conference chosen from trade unions, the Japanese government had acknowledged the existence of trade unions whom before were repressed. Moreover, in accordance to the ILO convention, the government also ratified the labor legislations and made a structured and efficient labor administration. In doing so the government could contain the labor's radicalism to a minimum. Slowly the Japanese government could tolerate the labor's concern and realized that improving the labor's condition would eventually benefit the economy and the nations interest"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusia Prasanti
"Lusia Prasanti. Sistem Pendidikan Jepang Setelah Perang Dunia II : Pengaruhnya terhadap Motivasi Kerja Pemuda. (Dibawah bimbingan Dr. Siti Dahsiar Anwar) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992. Skripsi ini menguraikan mengenai sistem pendidikan Jepang setelah Perang Dunia II dengan melihat apa pengaruhnya terhadap motivasi kerja pemuda Jepang. Peneli_tian dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan sistem pendidikan Jepang setelah Perang Dunia II sehingga dapat mengetahui apa pengaruh sistem tersebut terhadap pemikiran kaum muda Jepang mengenai motivasi kerja. Kaum muda yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini adalah mereka yang berusia kira_kira antara 20-25 tahun, yang merupakan usia mulai beker-ja. Pengumpulan data dipusatkan pada faktor-faktor pendidikan di sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai sampai Perguruan Tinggi dan faktor lain yang berhubungan dengan kaum muda. Selain itu juga dikemukakan data-data historis pendidikan di Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pendi_dikan Jepang setelah Perang Dunia II bersifat demokratis yaitu memberikan kesempatan yang sama pada seluruh rakyat untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara dalam pasal 26 tentang pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Undang-Undang Pendidikan Sekolah, diaturlah kurikulum pendidikan sekolah di Jepang yang menekankan pada kesem_patan yang sama bagi setiap pelajar untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuannya dan memberikan kebe_basan untuk berpikir. Karena ajaran tentang kesamaan dan kebebasan itu diperoleh hingga tingkat Perguruan Tinggi, para pelajar telah menjadi biasa oleh hal itu. Sehingga ketika mereka mulai memasuki dunia kerja, para pemuda yang memperoleh pelajaran demikian selama masa sekolah, mereka ingin bekerja agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mendapat kebebasan dalam bekerja tanpa mengabaikan pekerjaan. Mereka cenderung mencari kepuasan bekerja karena dapat menunjukkan kemampuannya dibandingkan kepuasan dari besarnya gaji yang diperoleh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Rustam
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kunio, Yoshihara
Tokyo : Oxford University Press, 1982
330.095 KUN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fatimah Latif Nurachman
"ABSTRACT
Nohonshugi adalah pemikiran yang menjadikan pertanian sebagai landasan kehidupan bangsa. Pengikut Nohonshugi atau disebut nohonshugisha terbagi ke dalam dua jenis, birokrat atau pejabat pemerintah dan populer atau kaum intelektual yang memiliki ketertarikan pada politik pertanian. Penelitian ini membahas perkembangan pemikiran Nohonshugi dan kaitannya dengan pembentukan negara Jepang modern sebelum Perang Dunia II. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan menggunakan pendekatan metode sejarah dengan tahapan-tahapan: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dengan mempelajari studi terdahulu dan sumber pustaka penulis menemukan fakta sejarah mengenai pengaruh pemikiran Nohonshugi terhadap proses modernisasi dan menuliskannya dalam bentuk analisis deskriptif. Pada awal Meiji Nohonshugi menjadi sebuah alat rasionalisasi dalam proses modernisasi negara Jepang dari ekonomi yang berlandaskan pertanian menuju ekonomi yang berlandaskan perdagangan dan industri. Pada awal abad ke-20 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat Jepang sehingga muncul kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintah. Kebijakan pemerintah tidak lagi melindungi para petani sehingga setelah Perang Dunia I Nohonshugi menjadi pemikiran yang menolak kebijakan pemerintah. Nohonshugisha populer menolak sentralisasi pemerintah dan monopoli kapital oleh kaum elit serta menuntut pengembalian nilai pertanian sebagai dasar negara dan adanya otonomi daerah berdasarkan komunalisme pedesaan. Sehingga perkembangan pemikiran Nohonshugi menjadi salah satu dasar dalam membentuk negara Jepang modern.

ABSTRACT
Nohonshugi is an ideology that makes agriculture the foundation of the nation 39 s life. The agrarian or nohonshugisha is divided into two types, bureaucrats or government officials and popular or intellectuals who have an interest in agricultural politics. This research discusses the development of Nohonshugi thought and its relation to the formation of modern Japanese state before World War II. This research uses qualitative method with source data obtained through literature study and using historical method approach with stages heuristic, critic, interpretation and historiography. At the beginning of Meiji Nohonshugi became a tool of rationalization in modernization Japan from agricultural economy to a trade based and industrial economy. At the beginning of the 20th century there was an economic crisis that caused suffering to the people of Japan so there were groups who were dissatisfied with the government. Government policy no longer protected the peasants, so that after World War I Nohonshugi became a thought that contradiction with government policy. The popular Nohonshugisha critics centralization policy and monopoly capital by elite and demanded to return of agriculture as the basis of the state and the local autonomy based on rural communalism. Develpoment of Nohonshugi thought has two opposing sides and became one of foundations to made the modern Japan."
2018
spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Juwita Supratiwi
"Burakumin berasal dari kata buraku (desa) dan min (penduduk). Secara harfiah burakumin berarti penduduk desa, sedangkan pengertian yang berkembang secara luas di Jepang yaitu suatu kaum yang mengalami diskriminasi dalam masyarakat Jepang karena pembagian kelas yang pernah mereka alami pada masa lalu. Cikal bakal burakumin adalah eta dan hinin. Pada jaman Edo mereka menempati posisi yang paling rendah dalam struktur masyarakat Jepang yang berlaku pada saat itu. Sebagian besar dari mereka berada dalam garis kemiskinan. Pekerjaan yang biasa mereka lakukan antara lain sebagai tukang daging, penyamak, algojo, penjaga makan, dan lain-lain. Saat itu mereka sering mengalami diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat. Diskriminasi terhadap mereka juga diperkuat oteh ajaran Budha dan Shinto yang melarang membunuh binatang dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian adalah kotor dan tabu. Pada jaman Meiji pemerintah menghapuskan sistem kelas yang berlaku pada jaman Edo kecuali untuk anggota kerajaan. Status eta dan hinin juga dihapuskan. Mereka lambat laun dikenal sebagai burakumin karena tinggal di wilayah yang disebut tokushu buraku (desa khusus). Meskipun kedudukan mereka lama dengan masyarakat Jepang lainnya, mereka masih sering menerima periakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat Jepang pada umumnya khususnya dalam bidang perkawinan, pekerjaan dan kehidupan masa sekolah. Dalam bidang perkawinan burakumin yang menjalin hubungan dengan bukan burakumin sering mengalami masalah. Banyak yang memutuskan hubungan atau bercerai setelah mengetahui kalau suami, istri atau kekasih mereka adalah burakumin. Dalam bidang pekerjaan burakumin sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, antara lain saat melamar pekerjaan. Perusahaan-perusahaan banyak yang membeli daftar nama dan tempat tinggal Orang-orang yang tinggal di wilayah buraku. Jika diketahui kalau pelamar berasal dari wilayah buraku, kesempatannya untuk diterima bekerja di perusahaan tersebut sangat kecil. Saat masa sekolah siswa buraku sering dikucilkan, dihina, bahkan diganggu secara fisik. Mereka menjadi malas pergi ke sekolah sehingga tingkat absen mereka lebih tinggi dari siswa lainnya. Sudah ada usaha-usaha untuk menghilangkan diskriminasi yang dialami oleh burakumin, namun sampai sekarang mereka masih sering mengalami diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Soufiany
"Setelah Perang Dunia II, akibat kebijakan sekutu, zaibatsu dibubarkan kemudian berubah menjadi keiretsu. Keiretsu muncul diikuti dengan perkembangan perekonomian yang pesat. Dengan demikian di dalam perkembangan perekonomian Jepang keiretsu memiliki pengaruh. Pengaruh keiretsu terhadap perkembangan perekonomian Jepang inilah yang akan dibahas dalam skripsi ini dengan tujuan agar pengaruh keiretsu dapat dipahami dengan baik. Sistem keiretsu yang memiliki jaringan kerja sama yang baik ini diterapkan dalam perusahaan-perusahaan industri Jepang. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dapat meningkatkan ekspor industri dan turut mendorong perkembangan perekonomian Jepang dan meningkatkan GNP Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>