Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120227 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lea Santiar Saat
"Skripsi ini adalah skripsi linguistik bahasa Jepang dengan tema Data Kerja Majemuk Bahasa Jepang (Nihongo no Fukugodoshi). Dalam bahasa Jepang terdapat kata kerja majemuk (fukugodoshi), yaitu kata kerja yang terdiri dari 2 unsur pembentuk atau lebih. Seorang ahli linguistik Jepang, Nomura Masaaki berpendapat bahwa unsur pembentuk fukugodoshi dapat terdiri unsur-unsur sebagai berikut a. Noun + Verb; b. Adjective + Verb; c. Verb + Verb. Dalam skripsi ini secara khusus penulis membahas fukugodoshi dengan unsur pembentuk Verb + Verb, dengan lambang V1V2. Data-data untuk penelitian diambil dari buku Nihongo I dan Nihongo II yang dikeluarkan oleh Tokyo Gaikokugo Daigaku Fuzoku Nihongo Gakko, Jepang. Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari hubungan antara unsur-unsur pembentuk fukugodoshi dengan fukugodoshi yang dibentuknya. Penelitian ini dilakukan secara morfolo_gis dan semantis. Penelitian morfologis dilakukan untuk mengetahui pembentukan fukugodoshi, sedangkan penelitian semantis dilakukan untuk mengetahui apakah arti fukugodoshi mengandung arti kedua unsur pembentuknya, atau apakah arti fukugodoshi merupakan arti bentukan yang tidak dipengaruhi oleh arti unsur pembentuknya, atau apakah diantara unsur pembentuknya terdapat salah satu komponen yang berfungsi se_bagai kata bantu kata kerja Pertama-tama penulis mencoba meneliti pembentukan fukogodoshi (penelitian morfologis). Pembentukan fukugodo_shi adalah sebagai berikut: V1 + V2 = fukugodoshi (V1V2) dimana VI bergabung dengan V2 dalam bentuk renyokei atau lebih sering dikenal dengan sebutan bentuk masu. Contoh: kangae(masu)komu ii(masu)tsutaeru; Dari hasil penelitian semantik, penulis mengelompokkan fukugodoshi menjadi 5 kelompok. a. Fukugodoshi dimana V1 tidak memberikan artinya kepada keseluruhan anti fukugodoshi. Arti keseluruhan fukugodoshi dibentuk hanya oleh V2. b. Fukugodoshi dimana V1 maupun V2 sama-sama memberikan artinya pada fukugodoshi yang dibentuknya. Arti fukugodoshi dapat diuraikan dengan pola: V1 /V1shite V2 suru , artinya melakukan V1 kemudian melakukan V2. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai objek. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai keterangan. d. Fukugodoshi dimana kompononen pembentuk fukugodoshi VI maupun V2 mengalami pergeseran arti dalam proses membentuk arti fukugodoshi. e. Fukugodoshi dimana komponen pembentuknya tidak memberikan artinya pada arti fukugodoshi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afdol Tharik Wastono
"Nomina diptotes bahasa Arab dalam tataran sintaksisnya dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas kata bends dan kelas kata sifat serta memiliki hukum tertentu yang menyangkut masalah ketakrifannya. Dalam fungsi gramatikal, nomina diptotes bahasa Arab yang berkasus genitif dapat menduduki/menempati semua gatra; baik gatra inti maupun gatra tambahan. Analisis dilakukan dengan mengemukakan teori-teori yang dikemukakan oleh para linguis, baik secara umum maupun secara linguistik Arab (tradisional atau modern) dan juga secara linguistik Barat sebagai perbandingan. Setelah teori diperoleh, maka analisis dilakukan berdasarkan landasan teori yang dipakai sebagai dasar pembahasan. Tujuan analisis adalah untuk memperoleh suatu gambaran yang kelas tentang diptotes genitif dalam tataran sintaksis dan segala permasalahannya dalam gramatika bahasa Arab.

Arabic diptotes nouns in their syntax can be classified based on the class of bends and adjectives and have certain laws concerning their definition. In grammatical function, Arabic diptotes nouns in the genitive case can occupy all gatra; both core gatra and additional gatra. The analysis is carried out by presenting theories put forward by linguists, both in general and in Arabic linguistics (traditional or modern) and also in Western linguistics as a comparison. After the theory is obtained, the analysis is carried out based on the theoretical basis used as the basis for the discussion. The purpose of the analysis is to obtain a class picture of genitive diptotes in the syntax level and all its problems in Arabic grammar.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Notowidigdo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achaddiani Tjahjaningsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ranuki kotoba (RK) dinyatakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai fenomena kerancuan berbahasa, karena bentuk RK dan rareru dengan pengertian potensial digunakan bersamaan dalam masyarakat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana RK dipakai dalam bahasa sehari-hari masyarakat Jepang. Penelitian mengenai RK sebagai bahasa percakapan anak muda kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemakaian RK di kalangan anak muda Jepang yang sebenarnya melalui percakapan yang terdapat dalam komik-komik Jepang.Sumber data adalah 8 (delapan) buah komik Jepang dalam berbagai jenis, dengan klasifikasi komik untuk pembaca usia anak muda, yaitu usia 12-15 tahun hingga usia 30 tahunan.Hasilnya menunjukkan bahwa RK dipakai oleh anak muda Jepang pada percakapan yang bersifat informal kepada orang-orang yang hubungannya dekat atau akrab dengan si pembicara. Faktor usia lawan bicara tidak mempengaruhi pemakaian RK. Meskipun usia lawan bicara jauh lebih tua, sepanjang hubungan di antara kedua belah pihak terjalin akrab , RK tetap digunakan.Selain itu, ditemukan pula bahwa RK hanya dipakai pada kata kerja deru, miru, dan kuru. Penggabungan kata dengan kata juga turut mempengaruhi frekuensi pemakaian bentuk RK pada kata kerja deru dengan kuru yang menjadi satu kesatuan bentuk detekuru. Detekuru yang sudah menjadi satu kesatuan bentuk akan mengalami RK menjadi detekareru."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariestyani Wahyu Perwitasari
"Penelitian mengenai fungsi keigo ini dilakukan dengan menggunakan metodeDeskriptif di dalam penelitian kepustakaan dan menggunakan bahan pengajaran visual yaitu video dengan judul Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen sebagai sumber data. Data yang dianalisis adalah data percakapan aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf). Data percakapan dalam video tersebut kemudian dianalisis dengan menerapkan teori Leo Loveday mengenai fungsi penggunaan keigo. Leo Loveday mengemukakan bahwa selain sebagai penanda inferioritas/superioritas, keigo juga berfungsi untuk menyoroti perbedaan gender, mengekspresikan formalitas dalam keadaan terpaksa; mencirikan lawan bicara sebagai anggota kelompok atau individu diluar kelompok; untuk tujuan gaya bahasa, misalnya sarkasme, cercaan, dan humor; mentsu wo mamoru; mencari bantuan atau perlindungan; memberikan pesan khusus seperti rasa terima kasih; melindungi wilayah individu dan privasi; mendekorasi pertukaran bisnis dan jasa; mengindikasikan kehalusan budi bahasa pembicara; dan sebagai penanda kelompok sosial.Permasalahan dalam skripsi ini adalah penggunaan keigo dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen khusus mengenai penggunaan aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari fungsi penggunaan keigo yang terdapat daiam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi penggunaan keigo dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen pada data percakapan aisatsu adalah: 1) sebagai penanda inferioritas/superioritas dan 2) menyoroti perbedaan gender. Sedangkan fungsi penggunaan keigo daiam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen pada data percakapan ayamaru (minta maaf) adalah I) sebagai penanda inferioritas/superioritas dan 2) mencirikan lawan bicara sebagai anggota kelompok atau individu di Iuar kelompok. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil analisis data percakapan individu-individu yang muncul dalam video. Ungkapan-ungkapan yang digunakan individu_individu tersebut dianalisis dengan memperhatikan variabel yang mempengaruhi penggunaan keigo, antara lain: status sosial, perbedaan usia, perbedaan gender, situasi, dan keanggotaan kelompok yang disajikan dalam bentuk tabel. Dari tabel tersebut bisa dilihat bagaimana pola hubungan individu-individu yang muncul daiam video. Dari hasil analisis data aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf) dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen, bisa diketahui bahwa individu di luar kelompok mendapat prioritas daiam penggunaan keigo dibandingkan dengan anggota kelompok. Dan di dalam kelompok itu sendiri pun terdapat suatu hirarki yang menghendaki perbedaan dalam penggunaan keigo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filia
"ABSTRAK
Tuturan yang mengungkapkan tindakan merupakan salah satu fungsi bahasa sebagai instrumen tindakan. Austin (1962:12) mengatakan: "Say something is to do something; or in which by saying or in saying something we are doing something". Dengan demikian ketika seseorang melakukan tindakan dengan bahasa, secara bersamaan mengungkapkan tindak itu sendiri. Tindakan dalam bahasa disebut juga tindak tutur. Searle (1969) juga mengatakan bahwa tindak tutur itu sendiri merupakan tindakan.
Ada pelbagai tindak tutur, salah satu tindak tutur yang digunakan manusia dalam berinteraksi dengan sesama adalah tindak tutur meminta maaf. Tindakan meminta maaf dilakukan ketika ada prilaku yang melanggar norma sosial, antara lain apabila penutur berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan atau telah melukai perasaan petutur. Jika hal ini terjadi hubungan kedua belah pihak menjadi tidak seimbang. Salah satu cara untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu ialah dengan meminta maaf (Cohen dan Clshtain, 1983).
Jika hal itu dikaitkan dengan konsep muka yang dikemukakan Brown dan Levinson (1978;1987), meminta maaf merupakan salah satu upaya menghargai muka penutur (karena muka petutur terancam oleh tindakan penutur), akan tetapi di sisi lain muka penutur pun terancam. Untuk menyelamatkan muka kedua belah pihak, penutur dapat memilih cara atau strategi dalam mengungkapkan permintaan maaf.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis memfokuskan penelitian tindak tutur meminta maaf dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Memang, Jepang memiliki latar budaya yang berbeda dengan Indonesia. Nakane (1973: 31) mengatakan, dunia orang Jepang terbagi dalam tiga kategori, sempai (senior), kohai (junior), doryo (pangkat yang sama). Dengan demikian, ada perbedaan kadar perhatian orang atas kaidah-kaidah penghormatan rnenurut pribadi tiap-tiap orang (Nakane, 1973:37).
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, tiap-tiap suku memiliki budayanya sendiri. Jika dalam masyarakat Jepang secara tegas dikatakan terdiri dari tiga kategori seperti yang telah dikemukakan di atas, tidak demikian halnya dengan masyarakat Indonesia"
2006
T16840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Bharata
"Bahasa yang hidup manapun tentu mengalami perubahan yang memang mtangkin tidak nampak kepada pemakai-pemakai bahasa itu sendiri di dalam waktu yang pendek, tetapi secara kumulatif dan dalam waktu cukup lama akan terlibat denoan jelasnya perubahan itu. (Samsuri, Analisis Bahasa. 1987:50). Demikian pula halnya dengan bahasa Jepang, yang juga mengalami perubahan dari japan ke jaman. Salah satu perubahan dalam bahasa Jepang adalah munculnya kata pinjaman (loanwords), yang di dalam bahasa Jepang disebut gairaigo. Kata pinjaman adalah kata dari bahasa asing yang telah mengalami penyesuaian dalam bahasa nasional. Kata pinjaman muncul sebagai salah satu akibat dari adanya hubungan antara satu masyarakat bahasa dengan masyarakat bahasa lain. Menurut Komisi Pene1iti Bahasa Nasional Jepang (Koko go Singikai) yang dimaksud dengan kata pinjaman umumnya adalah kata-kata yang berasal dari Barat (Eropa-Amerika) yang masuk ke Jepang setelah akhir jaman Muromachi. Kango juga merupakan kata yang berasal dari negara asing (Cina), meskipun demikian tidak termasuk sebagai kata pinjaman karena Kango telah ada sejak jaman dahulu. Kata dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Jepang selain mengalami penyesuaian dalam bahasa Jepang, juga dapat mempengaruhi sistem bahasa Jepang itu sendiri. Menurut Ohso, kata pinjaman seringkali membawa bunyi bunyi baru dari bentuk-bentuk baru, namun banyak kasus dimana bunyi-bunyi bahasa asinq tersebut dirubah agar sesuai dengan sistem bunyi bahasa yang dimasukinya. Dan penyesuaian tersebut bersifat sangat teratur. Masyarakat tidak dengan begitu saja menggantikan bunyi-bunyi baru tersebut dengan segmen-segmen bahasanya yang arbitrer, (Ohso, 1973:1). Pendapat Ohso ini sejalan dengan prinsip peminjaman kata yang dikemukakan oleh Hyman seperti yang dikutip olehnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Ira Natasha Naomi
"Peningkatan minat pembelajar bahasa dari Indonesia terhadap bahasa jepang berdampak pada semakin banyaknya penelitian yang dilakukan untuk memudahkan pemahaman tata bahasa Jepang dengan baik dan benar. Salah satu tema yang menarik untuk diteliti adalah ungkapan potensial atau dalam bahasa jepang disebut kanou lryougen. Ungkapan potensial ini merupakan bentuk kebahasaanyang menunjukkan makna kesanggupan atau potensi, biasanya ditunjukkan melalui verba potensial yang dibentuk baik secara morfologis maupun sintaktis. Penelitian ini akan membahas tentang pembentukan verba potensial secara morfologis pada bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Kajian untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Hal ini dilakukan agar pembelajarbahasaJepang di Indonesia semakinmudah memahami tatabahasalepangkhususnya yang menyangkut temakanou hyougen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural kontrastif. Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa pembentukan verba potensial secara morfologis dalam bahasa Indonesia melibatkan proses afiksasi, sedangkan dalambahasa ]epang melibatkan proses konjugasi yangmengubah makna verba dasar menjadi verba turunan yang bermakna potensial."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>