Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widi Astuti
"Penelitian mengenai pelanggaran Prinsip Kerja Sama Grice dalam humor telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Deseruber 1995. Tujuannya ialah untuk mengetahui jenis pelanggaran prinsip Grice yang banyak dilakukan dalam teks-teks humor berbahasa Inggris, dan membuktikan apakah pelanggaran-pelanggaran gersebut memang dijadikan alat untuk menimbulkan efek humor ketidakselarasan. Pengumpulan data dilakukan melalui buku humor dan majalah bulanan berbahasa Inggris. Data dikususkan pada lelucon berbahasa Inggris yang mengandung percakapan. Hasilnya menunjukkan bahwa 80% data melanggar (me_libatkan pelanggaran) Prinsip Kerja Sama sementara se_lebihnya mengabaikan dan memilih tidak mematuhinya. Semua jenis pelanggaran ini berhasil dijadikan alat untuk menimbulkan ketidakselarasan. Analisis memenuhi tujuan penulisan skripsi dan menemukan hal lain yang penting dalam penerapan Prinsip Kerja Sama Grice.

The research on violations of Grice's Cooperative Principle in humor was conducted from October to December 1995. The aim was to find out the types of violations of Grice's principles that are often carried out in English humor texts, and to prove whether these violations are indeed used as tools to create incongruous humor effects. Data collection was conducted through humor books and English monthly magazines. The data were focused on English jokes that contain conversations. The results showed that 80% of the data violated (involved violations) the Cooperative Principle while the rest ignored and chose not to comply with it. All of these types of violations were successfully used as tools to create incongruity. The analysis fulfilled the purpose of writing the thesis and found other important things in the application of Grice's Cooperative Principle.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S13972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nisrina Ayu Sugiharto
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian mengenai penggunaan pelanggaran maksim
percakapan sebagai strategi dalam menghasilkan humor verbal dalam sketsa komedi
Little Britain. Dengan menampilkan parodi dari orang-orang dari berbagai lapisan
masyarakat di Britania, serta mengambil latar belakang sejumlah wilayah di Britania,
sketsa komedi ini menghadirkan serangkaian kelucuan lewat komunikasi verbal
maupun non verbal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitaif
dengan menggunakan gabungan dua teori yakni antara teori linguistik, yakni teori
pragmatik maksim percakapan dan implikatur percakapan, serta teori psikologi
humor berupa teori keganjilan-resolusi (the incongruity-resolution theory). Tujuan
penulisan skripsi ini untuk menunjukkan bahwa dalam humor, khususnya humor
verbal, pelanggaran kaidah berbahasa, yakni berupa pelanggaran maksim percakapan,
berakibat pada keganjilan yang pada akhirnya dapat menghasilkan efek humor dalam
humor verbal. Namun, tidak berarti bahwa keganjilan yang dihasilkan oleh
pelanggaran maksim percakapan tersebut membuat humor tersebut tidak memiliki
makna, sebaliknya, kita dapat menangkap makna dari keganjilan dalam humor verbal
tersebut seraya menikmatinya dengan suka cita. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam kajian humor dengan melihat bagaimana maksim
percakapan menjadi strategi dalam menghasilkan humor verbal.

Abstract
This study is conducted to highlight the use of violating conversational maxims as
a strategy in generating verbal humor in Little Britain, a British character-based
comedy sketch.Through featuring a parody of British people and taking the
background of some areas in Britain, this comedy sketch presents humour through
both verbal and non-verbal forms of communication. This study used qualitative
and quantitative methods using pragmatics theory, namely conversational maxim
and implicature, as the main theory and incongruity-resolution theory as the
supporting theory. The purpose of this study is to show that the violation of
conversational maxims in a verbal interaction could cause an incongruity and thus
result in humor effect through verbal interaction. However, it does
not mean that the humor itself does not convey any message. The message can be
received as well as we enjoy this comedy sketch. This study is expected to be a
contribution in seeing how violating the conversational maxim can be a strategy to
generate verbal humor."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43609
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Passar, Firmus Moa
Jakarta: Visipro, 2003
427 Poe l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Tatema
"Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar Bahasa Inggris sangatlah penting untuk membantu mengkondisikan situasi kelas menjadi lebih hidup, menarik dan tidak membosankan. Peran utama media dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah untuk merangsang pikiran siswa dan mempermudah siswa dalam menangkap/memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan."
Universitas Dharmawangsa, 2016
330 MIWD 48 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rosfita
"Skripsi ini membahas keberhasilan dan kegagalan komunikasi yang terjadi antara penutur bahasa Indonesia dengan penutur bahasa Inggris. Keberhasilan komunikasi ini ditinjau dari keberterimaan dan ketidakberterimaan ujaran yang merupakan realisasi permintaan dan permintaan maaf.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan responden penutur bahasa Indonesia berdasarkan kuesioner yang telah disusun. Hasil tertulis dari wawancara, dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing bagi responden, kemudian diperlihatkan kepada responden penutur asli bahasa Inggris untuk dinilai menjadi berterima dan tidak berterima dengan disertai alasannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 68 ujaran permintaan (request) yang berhasil dikumpulkan, 44,1% merupakan ujaran yang berterima, 19,1% tidak berterima karena penyimpangan tata bahasa dan kosa kata, dan 36,7% tidak berterima karena alasan pragmatic yang dinilai sebagai ujaran yang tidak sopan: Kesan tidak sopan timbul karena penutur mempergunakan bentuk langsung (direct) untuk merealisasikan permintaan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih tinggi dimana seharusnya dipergunakan bentuk tidak langsung (indirect).
Untuk realisasi permintaan maaf (apology), dari 38 ujaran yang terkumpul, 28,9% merupakan ujaran yang berterima. 34,2% merupakan ujaran yang tidak berterima karena penyimpangan dalam kaidah tata bahasa atau pemilihan kosa kata. Sisanya, 36,8% tidak berterima karena sebab sebab pragmatic, yaitu kekuranglengkapan.
Dalam merealisasikan permintaan maaf seseorang bukan hanya diharapkan mengujarkan ungkapan maaf, tetapi juga alasan terjadinya pelanggaran yang juga harus dapat diterima dan masuk akal, serta sebaiknya diikuti pula dengan tawaran untuk mengganti atau memperbaiki kerusakan atau pelanggaran yang terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tyana Rahestrie
"ABSTRAK
Penelitian ini mengenai penggunaan preposisi bahasa Inggris oleh penutur bahasa Indonesia yang sedang belajar bahasa Inggris. Preposisi yang digunakan dianalisis berdasarkan makna preposisi yang berkaitan dengan orientas ruang dari Tyler dan Evans 2003 dan Lindstromberg 2010 . Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan orientasi ruang apa saja yang terdapat pada penggunaan preposisi bahasa Inggris oleh penutur bahasa Indonesia sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan orientasi ruang preposisi sesuai dengan kaidah kolokasi dalam tata bahasa Inggris. Metode yang digunakan adalah metode simak dan catat. Penelitian awal dilakukan dengan mengedarkan kuesioner mengenai penggunaan dan penguasaan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk memilih mahasiswa dengan karakteristik sesuai dengan yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Dari hasil pengolahan 100 data esai, terdapat 37 esai yang mengandung kesalahan penggunaan preposisi dan 58 data kalimat kesalahan penggunaan preposisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 8 preposisi yang penggunaannya salah karena adanya perbedaan makna orientasi ruang, yaitu 1 for, 2 to, 3 with, 4 in, 5 on, 6 at, 7 behind, dan 8 by. Selain itu, terdapat 3 kategori perbedaan makna orientasi ruang berupa orientasi arah tujuan, orientasi lokasi, dan orientasi pertalian.

ABSTRACT
The focus of this study is the use of English preposition by Indonesian speakers who are learning English. The preposition used are analyzed based on spatial orientation meaning from Tyler and Evans 2003 and Lindstromberg 2010 . The purpose of this study is to elaborate the differences between the spatial orientation meanings in English preposition used by Indonesian speakers and spatial orientation meaning based on English collocation rules. This research uses observation method metode simak and writing technique teknik catat . Preliminary research was conducted by distributing questionnaires on the use and mastery of local languages, Indonesian, and English to select students with appropriate characteristics required for this study. Based on data processing of 100 essays, 58 sentences with misuse of preposiion in 37 essays were found. The result of this study shows that there are 8 misused English preposition because of the differences on spatial orientation meaning, which are 1 for, 2 to, 3 with, 4 in, 5 on, 6 at, 7 behind, and 8 by. Moreover, there are 3 categories of differences on spatial orientation meaning which are destination direction orientation, location orientation, and affiliation orientation."
2018
T49378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Affandi
"Skripsi ini mencoba membahas stereotip atas penutur kebudayaan Timur (Indonesia) yang menyebutkan bahwa mereka lebih cenderung menggunakan ujaran yang implisit untuk menyatakan ketidaksetujuan dan kerap mengungkapkan permintaan maaf khususnya terhadap lawan bicara yang status sosialnya lebih tinggi.
Masalah yang diangkat di sini adalah sampai sejauh mana kebenaran anggapan tersebut sewaktu mereka memakai bahasa Inggris, serta strategi apa yang mereka pergunakan dalam menjaga atau mengurangi keterancaman muka pada situasi yang dapat mengancam muka salah satu penyerta tutur.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan bentuk-bentuk ujaran yang dihasilkan oleh penutur bukan asli bahasa Inggris (penutur Indonesia) sewaktu mengungkapkan ketidaksetujuan dan teguran dalam berbahasa Inggris terhadap lawan bicara yang status sosialnya berbeda, serta untuk mengetahui bentuk strategi yang dipakai dalam menjaga keterancaman muka ketika memberikan respon kepada lawan bicara dalam situasi yang dapat mengancam muka salah seorang penyerta tutur.
Teori yang dipakai adalah teori-teori yang berhubungan dengan penggunaan bahasa seperti teori kesantunan bahasa, tindak tutur, pragmatik dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa stereotip atas penutur Indonesia agaknya memang benar, akan tetapi untuk membuktikan hal itu lebih jauh masih sangat diperlukan penelitian-penelitian lain yang lebih mendalam serta data-data yang lebih akurat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiva Herry Chandra
"Pemahaman implikatur percakapan lebih sulit jika dibandingkan dengan pemahaman makna tersurat tuturan, lebih-lebih di dalam wacana humor yang penuh dengan muatan budaya pembuat tuturan tersebut. Perbedaan budaya yang melatarbelakangi masing-masing penutur dan petutur akan berdampak pada mudah dan tidaknya makna implisit tersebut diungkap kembali.
Penelitian ini bertujuan memaparkan dan memberikan deskripsi tentang pemahaman implikatur percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama. Paparan dan deskripsi tersebut mencakup strategi penguasaan atau pemahaman implikatur percakapan serta sebab-sebab kegagalan di dalam memahami implikatur percakapan.
Teori yang menjadi landasan di dalam penelitian kualitatif ini adalah teori Grice (1975) tentang implikatur percakapan dan prinsip kerja sama dan teori Sperber dan Wilson (1995) tentang enam fitur teori relevansi. Data penelitian ini terdiri atas informasi tentang strategi atau cara menarik inferensi pragmatik dalam sebuah percakapan dan jawaban responden terhadap kuesioner. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif dan rnetode analisis pragmatik dengan menggunakan analisis fitur relevansi.
Dari analisis data penelitian ini diperoleh temuan bahwa strategi pemahaman implikatur percakapan pada lima jenis tindak tutur, yaitu 1) tindak tutur direktif, 2) tindak tutur komisif, 3) tindak tutur ekspresif, 4) tindak tutur representatif, dan 5)tindak tutur deklaratif, tidak menunjukkan perbedaan cara di dalam menarik inferensi pragmatik sebuah tuturan. Untuk dapat menarik implikasi pragmatik sebuah tuturan keenam fitur relevansi digunakan,yaitu 1) eksplikatur, 2) andaian dan simpulan implikatur, 3) sumber petutur, 4) pengungkapan makna, 5) aksesabilitas, dan 6) tuturan sementara. Kesalahan dalam menenrukan salah satu fitur relevansi tersebut akan berdampak pada kesulitan di dalam memahami implikasi pragmatik sebuah tuturan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keterpahaman sebuah implikatur percakapan mensyaratkan kemampuan petutur untuk dapat mengidentifikasi keenam fitur relevansi tersebut dengan benar. Kegagalan di dalam memahami implikatur percakapan disebabkan kegagalan di dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan salah satu atau beberapa fitur. Adapun jenis fitur relevansi yang gagal diidentifikasi sangat bervariasi antara responden yang satu dengan responden lain. Responden gagal menginterpretasikan wacana humor yang ada karena salah di dalam 1) menangkap eksplikatur ujaran, 2) mengambil andaian dan simpulan implikatif, 3) mengembangkan kesan konteks ujaran, 4) memberikan pemaknaan yang tepat pada ujaran, atau 5) menentukan tuturan sementara yang dijadikan acuan dalam membuat simpulan.

Understanding a conversational implicature is more difficult than comprehending the explicit meaning of an utterance, especially humor discourses, which are rich of speaker's cultural background. The cultural difference between speaker and hearer creates an impact on revealing the understanding of implicit meaning.
The aims of this research are to explore and to describe a conversational implicature understanding, which appears as the result of cooperative principle violations. The explanation and description encompass the strategy of conversational implicature understandings and the causes of failure in understanding conversational implicature.
This qualitative research is based on Grice's (1975) theory of conversational implicature and cooperative principle and Sperber and Wilson's (1995) theory of relevance. The sources of data are the information of strategy or way of pragmatic inferring and the answer of respondents to questionnaires. Qualitative and pragmatic analyses using six features of relevance theory are conducted to analyze the data.
The findings of the research show that the strategies used in understanding conversational implicatures of the five speech acts, namely, 1) directive, 2) commissive, 3) expressive, 4) representative, and 5) declarative, aren't dissimilar in inferring pragmatic implications of utterances. To infer pragmatic implications, speaker applies simultaneously the six features of relevance, such as 1) explicature, 2) implicit premise and conclusion, 3) hearer's source, 4) meaning judgment, 5) accessibility, and 6) garden-path utterance. A mistake in determining one of the features of relevance causes difficulties in understanding the pragmatic implication of utterances.
The analysis shows that the comprehension of a conversational implicature requires the hearer's ability to identify six features of relevance. A failure in identification of one or some features causes a misunderstanding in comprehending the conversational implicatures. And the features that can't be identified by respondents vary among them. Respondents fail to interpret the humor discourses since they fail in 1) identifying the explicature of utterance, 2) determining the implicative premise and conclusion, 3) developing the contextual meaning of utterance, 4) giving the right meaning of the utterance, or 5) determining the garden-path of utterance as reference in interpreting the discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T1227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Megiyatri
"Pertimbangan memilih buku ajar tidak hanya ada pada aspek linguistik, tetapi juga aspek visual yang diharapkan dapat memantik minat pemelajar muda, terutama untuk menarik minat pemelajar muda. Penelitian ini berkaitan dengan makna multimodal gambar visual dan fungsi tutur teks verbal dalam buku teks EFL yang terkenal, yaitu Super Minds Student’s book 3. Penelitian ini menginvestigasi interaksi antara pembaca dan gambar panel pada buku teks yang dibangun melalui gambar visual dan tulisan penyertanya. Penelitian ini mengadopsi kerangka tata bahasa visual (Kress & van Leeweun, 2020) yang berfokus pada bagaimana makna dibuat melalui elemen interaksional dan kerangka analisis fungsi tutur (Halliday & Matthiessen, 2014) untuk mengetahui bagaimana teks verbal membentuk interaksi melalui fungsi tutur dalam Super MindsStudent’s book 3. Data yang diperoleh dari gambar visual sebanyak 80 gambar. Hasil penelitian menunjukkan beberapa temuan. Pertama, gambar cenderung memposisikan pembaca sebagai pengamat. Gambar-gambar ini berfungsi untuk merinci karakter dan karakteristik peserta dalam gambar sehingga pembaca perlu memperhatikan pesan dalam cerita. Kedua, teks verbal yang dianalisis dari 325 ujaran mengungkapkan bahwa pernyataan lebih mendominasi percakapan dalam cerita daripada perintah dan pertanyaan. Artinya, partisipan dalam cerita tersebut bermaksud menyampaikan informasi. Dapat disimpulkan bahwa analisis interaksional dan fungsi tutur menunjukkan bahwa moda visual dan verbal saling terkait dan berperan penting dalam membangun interaksi dengan pembaca. Oleh karena itu, guru di kelas EFL yang menggunakan buku Super Minds harus menyertakan pertimbangan multimodal dalam pengajaran bahasa yang memperhatikan bahasa dan gambar yang disajikan dalam buku teks.

The consideration of using textbooks should not only include linguistic aspects, but visual aspects as well, particularly to attract young student’s motivation. This research is to do with multimodal meanings of visual and verbal text relation in a well-known EFL textbook, Super Minds Student’s book 3. This study investigates the interaction between readers and panel images in the textbook constructed through visual images and their accompanying texts. This study employs a multimodal framework of visual grammar (Kress & van Leeweun, 2020), which focuses on the construction of interactional elements in images, and speech function (Halliday & Matthiessen, 2014), to examine how verbal texts shape interactions in a popular textbook. Data were obtained from the chosen book drawing on the total of 80 images. The results of the study indicate several findings. First, the images tend to position the reader as an observer. These images serve to detail the characters and the characteristics of the participants in the image so the readers need to pay attention to the message in the story. Secondly, the verbal texts analysed from 325 speeches acknowledged that statements dominate the conversation in the story more than commands and questions. This means that participants in the story intend to deliver information. It can be concluded that interactional analysis and speech function show that visual and verbal modes are interrelated and play an important role in building interactions with readers. Teachers in EFL classes using Super Minds books should thus include a multimodal consideration of teaching the language which pay attention to both language and images presented in the textbook."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>