Ditemukan 176606 dokumen yang sesuai dengan query
Melani Budianta
"Skripsi ini mengemukakan pokok-pokok terpenting gaya Harold Pinter melalui analisa tiga lakonnya yang penting yuitu The Birthday Party, The Caretaker dan Silence. Analisa bersifat struktural, yakni menguraikan lakon-lakon di atas menurut alur, penokohan dan dialognya. Tujuan skripsi ini adalah mencari pendekatan yang tepat untuk memahami lakon-lakon Harold Pinter dan dengan demikian meningkatkan apresiasi terhadapnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S14200
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Knowles, Ronald
London: Macmillan, 1988
822.914 KNO b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Leila Djafaar
"
ABSTRAKHarold Pinter (1930- ) adalah seorang dramawan inggris yang termasuk dalam apa yang disebut kelompok dra_mawan Absurd, suatu aliran yang mulai berkembang dengan pesat setelah pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Karya_-karya aliran ini sering mendapat julukan 'anti-plays_, karena banyak menentang aturan-aturan drama konvensional pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari ketidak-jelasan waktu kejadian, tokoh-tokohnya yang hampir tidak memiliki kepribadian bahkan sering tanpa nama, tindakan-tindakan mereka yang cenderung selalu berubah selama perkembangan lakon, alur yang tidak linear, serta rentetan kejadian yang tidak dikaitkan oleh hubungan sebab akibat seperti dalam drama konvensional. Sebagai akibat, sering timbul pertanyaan apakah lakon itu menampilkan suatu dunia mimpi yang buruk atau dunia nyata. Tetapi satu hal yang menonjol adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam lakon_-lakon tersebut tampak berada di luar jangkauan akal pikir_an manusia - penuh absurditas, tak ada konsistensi gerak maupun watak, dan tanpa makna serta tujuan yang jelas.
Kata 'absurd' itu sendiri dapat berarti 'ketidak_harmonian yang tanpa alasan, tak wajar, tak logis_
"
1985
S14088
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dukore, Bernard Frank, 1931-
London : Macmillan Education , 1988
822.91 DUK h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Panjaitan, Henny R.
"Tulisan ini membahas mengenai konsep silence dan bagaimana implikasinya terkait ruang dalam arsitektur. Sebagai suatu istilah yang sering dikaitkan dengan konotasi - ketiadaan - dan - kekosongan - baik dalam musik maupun puisi, silence sebenarnya merupakan suatu jeda dengan muatan signifikan. Keberadaan silence yang hadir dari - kekosongan - tersebut justru memberi jeda dan kesempatan bagi interpretasi terhadap estetika, terutama terkait dengan pengalaman terhadap aspek suara. Ketika pengalaman manusia terhadap ruang dalam arsitektur cenderung dipersepsi lebih dominan dari apa yang terlihat, penilaian terhadap estetika ruang seringkali terbatasi hanya pada properti ruang yang menyangkut domain visual, sehingga properti lainnya terabaikan dan aspek-aspek dalam ruang lainnya menjadi tertutupi. Ini menyebabkan pengalaman ruang yang diperoleh menjadi terdegradasi. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap estetika ruang ini, suara sebagai bagian dari aspek aural kemudian menjadi suatu properti ruang yang mempunyai potensi memperkaya pengalaman dalam ruang, terlebih ketika arsitektur kemudian dikaitkan dengan musik. Dalam konteks ini, silence dalam arsitektur kemudian hadir sebagai suatu bingkai ruang-waktu di mana pengalaman terhadap seluruh aspek-aspek dalam ruang mungkin untuk dialami. Dalam pengalaman terhadap silence ini kepekaan terhadap ruang - yang dimulai dari kepekaan terhadap pengalaman aural - membuka kemungkinan terhadap dialaminya setiap dimensi dalam ruang lainnya secara seimbang dan menyeluruh, sehingga pengalaman terhadap ruang lebih dari persepsi visual belaka. Sehingga di sini kehadiran silence dapat mengungkapkan estetika ruang yang lain yang dapat dirasakan sebagai pengalaman ruang yang berbeda dari - yang biasa.
This thesis focuses on the study of the concept of 'silence' and its implication in architectural space. Both in music and poetry, silence usually relates to an understanding of 'nothingness' and 'emptiness'. Moreover, silence actually is a gap that contains important capacity. When silence is present with its 'emptiness', it indeed presents a moment of rest for us to open a space for an interpretation of the aesthetics, especially towards the experience of sounds. While experiencing a space, we tend to perceive architecture from what we can see. Thus, appreciation of the aesthetics of an architectural space is often limited on the spatial properties concerning only to visual domain, which makes the properties of other aspects in space do not get our attention sufficiently. The result is that the value of our experience in space comes to a degradation of what its essence truly is. As we deal with this understanding of the aesthetics in space, sounds as the object of aural experience indeed gets the potency to enrich our feeling for space. Aural experience is, then, supposed to be possible to give us another aesthetics in experiencing architecture, especially when we try to relate architecture to music. In this case, silence implies in architecture as a time-space frame, which lets all aspects in space come to our experience. By experiencing silence, our awareness towards space increases'which begins from our awareness for aural properties'and then opens the possibility for every spatial dimension to be experienced thoroughly. So that the presence of silence will reveal the 'other' aesthetics of space that can be perceived as a different spatial experience from 'the usual'."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52252
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Endo, Shusaku, 1923-1996
Tokyo: Sophia University, 1972
895.63 END s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Retty Irawati
"
ABSTRAKTopik ini saya ajukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Belum adanya pembahasan tentang kata makian membuat saya tertarik mengemukakan topik ini. Tidak adanya topik yang menyangkut hal ini disebabkan dalam keadaan atau kehidupan sehari-hari orang enggan membicarakan kata makian. Kata-kata makian ini dianggap terlalu kotor, kasar dan kurang sopan untuk dipakai. Demikian yang dikatakan Trudgill karena kata makian diambil dari kata tabu.
Analisis skripsi ini diuraikan ke dalam 4 tabel. Tabel I menganalisis 6 macam situasi dimana kata-kata makian dipakai (6 buah kata makian). Tabel II mengenalisis masing-masing pemakaian kata makian. Tabel III berhubungan atau lanjutan dari Tabel I, dan Tabel II merupakan kelanjutan Tabel II; hanya pada tabel III dan IV sudah terperinci karena dibagi pemakaiannya antara wanita dan pria...
"
1985
S14026
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dodds, Harold W.
New York, N.Y.: McGraw-Hill, 1962
378.119 73 DOD a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Leavitt, Harold J.
Jakarta: Erlangga, 1986
158.7 LEA pt
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Leavitt, Harold J.
Jakarta: Erlangga, 1992
658 LEA mt (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library