Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Shuri Mariasih Gietty
"Sebagai seorang penulis wanita di Amerika pada akhir abad 19, Louisa May Alcott yang sebelumnya hanya dikenal sebagai penulis karya-karya domestik ternyata juga menghasilkan karya-karya gothic. Dengan menghasilkan dua karya dengan genre yang bertolak belakang ini, ternyata terdapat persamaan dan perbedaan perihal ideologi gender yang berusaha disampaikan. Dua korpus yang dipilih yaitu, Little Women dan Behind A Mask; or A Woman's Power merepresentasikan pemikiran gender yang berbeda tersebut dengan mempertimbangkan latar belakang konstruksi gender pada masa itu yaitu the true cult of womanhood.
Dengan melihat konstruksi gender yang ada, ideologi gender yang ditampilkan kedua karya ternyata sudah mulai mengangkat nilai-nilai feminisme walaupun pada dasarnya keduanya tidak bisa terhindar dari pemikiran patriarki. Persamaan yang ada terdapat pada identitas gender yang muncul pada kedua tokoh utama, yaitu Jo March dalam Little Women dan Jean Muir dalam Behind A Mask.
Dengan bentuk yang berbeda, kedua tokoh ini berusaha mengatasi konstruksi gender yang ada supaya dapat terhindar dari segala macam bentuk opresi terhadap wanita. Jo March berusaha keluar dari konstruksi tersebut dan bahkan menyeberang dari sisi feminin ke sisi maskulin. Hal ini menjadi mencolok terutama bila dibandingkan dengan karya domestik pada umumnya yang cenderung mengacu pada konstruksi gender yang ada dan menempatkan tokohnya pada sisi yang feminin. Di lain pihak, dalarn Behind A Mask, Jean Muir berusaha melakukan negosiasi dengan memanipulasi konstruksi feminitas dan justru menempatkan diri dalam sisi yang feminin.
Dua Cara yang berbeda ini sebenarnya sudah merupakan bentuk pemberontakan terhadap nilai-nilai patriarki dalam konstruksi gender the true cult of womanhood. Akan tetapi, hal yang sangat disayangkan adalah kegagalan Behind A Mask sebagai sebuah karya gothic yang seharusnya bisa lebih memberontak terhadap konstruksi gender masyarakat apabila dibandingkan dengan karya domestik seperti Little Women.
Pada akhir cerita, Jean Muir terjebak dalam feminitasnya yaitu dalarn institusi pernikahan ketika sang tokoh harus mempertahankan topeng feminitasnya supaya tidak diketahui identitas aslinya oleh sang suami. Menempatkan Jean dalam feminin pada akhir cerita meruntuhkan kekuatan manipulasi yang dilakukannya sebelumnya, terutama bila dibandingkan dengan Jo March yang berhasil keluar dari feminitasnya dan menyebrang ke sisi maskulin sebagai sebuah bentuk pemberontakan. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa karya Little Women bisa menampilkan idoeologi gender yang lebih feminis apabila dibandingkan dengan Behind A Mask yang pada akhirnya justru 'menjebak' tokoh utamanya dalam konstruksi gender tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
"Mary dan Percy Shelley hidup pada masa yang sama, yaitu pada zaman Romantik yang identik dengan kebebasan dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Karena itulah mitos Promotheus --- yang menjadi inspirasi bagi suami istri Shelley --- dianggap sesuai dengan semangat zaman ini. Pada saat yang sama Prometheus juga dikenal dengan aspek kreativitasnya. Aspek ini menurut zaman Romantik menjadikan Prometheus sebagai simbol kekuatan imajinasi manusia. Di sinilah letak pengalaman sublim. Pada dasarnya pengalaman sublim adalah keadaan di mana seseorang, dengan berkontemplasi dan menggunakan imajinasinya, mampu menjangkau a living spirit di balik alam. Pengalaman ini membuat si subyek mampu merasakan inward greatness of the soul (kebesaran jiwa) dan mengantarkannya kepada tahap diri yang lebih tinggi. Inilah yang dicari oleh Frankenstein dan Prometheus. Yang ditelaah di sini adalah bagaimana pencarian pengalaman sublim mereka terkait dengan ideotogi gender.
Sublim diasosiasikan dengan alam yang serba besar, megah, dan kuat atau dengan kata lain, alam yang bersifat maskulin. Sedangkan lawannya adalah beauty (keindahan) yang terdapat pada segala sesuatu yang kecil, halus, cantik, dan feminin. Pengkontrasan maskulin-feminin di sini digunakan untuk membedakan sublim dengan yang non-sublim. Sebaliknya, konsep sublim pun ikut mengkonstruksi hubungan antargender dengan menjadi legitimasi penyingkiran perempuan dari wilayah sublim. Namun ternyata penggambaran pengalaman sublim dalam kedua karya ini tidak mencerminkan pola yang seragam. Dalam Frankenstein memang tercermin penyingkiran itu, yaitu dengan kebisuan dan bahkan kematian tokoh-tokoh perempuan saat Frankenstein mencari mimpi maskulinnya. Sebaliknya, dalam Prometheus Unbound Shelley justru menggoyahkan kestabilan maskulinitas sublim dengan menjadikan Asia sebagai pahlawan dengan kekuatan cintanya yang sebenarnya lebih identik dengan keindahan dari pada sublim.
Maka saya mencoba mencari jawaban seperti apa sebenarnya ideologi gender kedua pengarang sehingga pengalaman sublim dalam kedua karya ini menjadi sangat berbeda. Saya menemukan bahwa Mary Shelley masih berpegang pada pandangan konvensional dengan membuat batasan tajam antara maskulin-feminin, namun terlihat bagaimana ia mencoba mengkritiknya dengan mengakhiri cerita dalam bentuk tragedi sebagai efek destruktif ambisi egois Frankenstein. Sebaliknya, memang terkesan bahwa pandangan Shelley lebih maju dari Mary. Tetapi ternyata di akhir cerita Asia berangsur menghilang dalam diri Prometheus yang saat itu justru dipuja-puja. Saya menyimpulkan adanya ambiguitas dalam ideologi gender Shelley. Di satu sisi ia ingin selangkah lebih maju dari Mary dengan mengaburkan hierarki maskulin-feminin, namun di sisi fain ia justru mengokohkan oposisi biner tersebut. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S14095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alcoutt, Louisa May
New York: Dover Publications, INC, 2013
813.4 ALC s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yulianti
"Dua bidang ilmu yang berkaitan erat dengan bahasa, yakni ilmu linguistik dan ilmu susastra, seringkali dipandang sebagai dua disiplin yang bertolak belakang dan tidak dapat disatukan. Ilmu linguistik dengan pendekatan ilmiahnya terkesan lebih sistematis dan objektif, sementara ilmu susastra dianggap lebih bersandar pada penilaian dan interpretasi subyektif. Kemudian, berkembanglah ilmu stilistika yang menjembatani perbedaan di antara kedua bidang tersebut, dengan cara menggabungkan pendekatan ilmu linguistik dan ilmu susastra untuk meneliti style atau gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra. Kritik terhadap karya sastra dalam analisis stilistika menjadi kuat karena didasarkan pada metode penelitian linguistik yang sistematis.
Analisis stilistika dapat difokuskan pada aspek tertentu dalam karya sastra, seperti alur cerita, tema atau penokohan. Dalam analisis penokohan, salah satu unsur yang menarik untuk dilihat lebih dalam adalah relasi kuasa antarjender yang seringkali bersifat tidak seimbang, terutama dalam karya-karya sastra berbahasa Inggris tradisional.
Dalam penelitian ini, yang ditelaah adalah relasi kuasa antara tokoh pria dan wanita dalam novel The Awakening (1899) karya Kate Chopin, yang berkisah mengenai seorang wanita yang ingin membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan konvensi masyarakat. Edna Pontellier, tokoh utama wanita dalam novel ini, menjalin hubungan dengan tiga tokoh pria, yaitu Leonce Pontellier, Robert Lebrun dan Alcee A-robin.
Penelitian ini bertujuan membandingkan relasi kuasa di antara Edna dan ketiga tokoh pria di atas, serta mengungkap penyebab di batik bentuk relasi kuasa tersebut. Relasi kuasa di antara tokoh wanita dan tokoh-tokoh pria diteliti melalui data narasi dan dialog yang menggambarkan interaksi antartokoh. Untuk meneliti narasi digunakan teori transitivitas Halliday, sedangkan untuk meneliti dialog digunakan teori pragmatik, yaitu teori analisis percakapan dan teori FTA atau tindakan mengancam muka yang dikemukakan Brown dan Levinson.
Hasil analisis narasi dan dialog menunjukkan bahwa relasi kuasa yang ada bersifat tidak setara. Dalam relasinya dengan Robert Lebrun, Edna Pontellier memegang kuasa yang lebih besar karena posisinya yang lebih tinggi daripada Robert berdasarkan usia dan status. Akan tetapi, ia menjadi pihak yang lemah dan terdominasi dalam relasinya dengan dua tokoh, yaitu Leonce Pontellier yang unggul dalam hal usia, harta dan peran dalam keluarga, serta Alcee Arobin yang lebih aktif dalam tindakan dan ucapan. Dengan demikian, penelitian stilistika ini mengungkap bahwa ketidakseimbangan dalam relasi kuasa antara tokoh utama wanita dan tokoh-tokoh pria dalam novel The Awakening yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Waluyo
"Dari lima novel dan dua cerita pendek yang telah dibahas, dapat dilihat dengan nyata bahwa tokoh-tokoh utama wanitanya mempunyai banyak persamaan, baik dalam novel-novel yang diciptakannya sebelum pengembaraannya, setelah pengembaraannya yang pertama, maupun dalam karya-karyanya yang terakhir. Ciri-ciri tokoh-tokoh wanita itu tidak berubah. Perubahan hanya terjadi pada kritik-_kritiknya terhadap keadaan masyarakat dan sosial yang menyangkut modernisasi di bidang industri. Kritik-kritiknya di bidang pendidikan dan agama telah terasa se_jak karyanya sebelum pengembaraannya.Tokoh-tokoh wanita yang dibahas : Mrs. Morel dan Miriam (Sons and Lovers); Lydia Lensky dan Anna Lensky (The Rainbow), Ursula Brangwen dan Gudrun Brangwen (Women in Lave), Kate Leslie (The Plumed Serpent), dan Con_nie Chattarley (Lady Chatterley's Lover) adalah wanita-_wanita yang cantik dan menarik, serta terpelajar. Tampaknya wanita-wanita ini adalah cermin dari zamannya. Mereka berasal dari golongan atas dan menengah atas. Demikian juga tokoh wanita tanpa nama dalam The Woman Who Rode Away dan tokoh Pauline dalam The Lovely Lady, mereka berasal dari golongan menengah, cantik, menarik, dan cerdas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifiulahtin Utaminingsih
"Ada tiga pokok bahasan utama dalam buku ini yaitu Teori Gender dan Feminisme, Hubungan Pekerjaan & Keluarga dan Implementasi Relasi Gender, yang secara rinci diklasifikasikan menjadi 10 topik utama, antara lain: Gender & Sex, Teori Gender, Teori Feminis, Teori Peran & Dukungan Sosial, Teori Konflik Peran Ganda, Teori Kepuasan Kerja & Motiavsi Kerja, Keluarga dan Perempuan Bekerja, Wanita Karir dan Peran Ganda, Relasi Gender & Wanita Karir, dan Studi Empirik: Dukungan Sosial & Kesuksesan Wanita Karir"
Malang: UB Press, 2017
305.4 ALI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poetri Primagita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara positive gender identity, patriarchal belief, dan importance of gender identity dengan konflik identitas pada pemimpin wanita di Indonesia. Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi pertama merupakan survei dilakukan dalam dua tahap pengumpulan data yang melibatkan 151 pemimpin wanita di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan positive gender identity dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Ditemukan pula hubungan positif signifikan patriarchal belief dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara importance of gender identity dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Studi kedua merupakan studi kuasi eksperimen dua kelompok, yang bertujuan untuk melihat perbedaan konflik identitas pemimpin/wanita yang dirasakan oleh partisipan dalam kelompok positive gender identity dan kelompok kontrol. Sampel studi kedua berbeda dari sampel studi pertama, namun masih dalam populasi yang sama N=70 . Manipulasi dilakukan dengan menyajikan stimulus tertulis, kemudian partisipan diberikan self-report berisi item-item konflik identitas pemimpin/wanita dan positive gender identity. Hasil penelitian studi dua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan konflik identitas pemimpin/wanita yang dirasakan oleh partisipan dalam kelompok positive gender identity dengan partisipan dalam kelompok kontrol.

ABSTRACT
This study aimed to determine whether there are a significant relationship between positive gender identity, patriarchal belief, and importance of gender identity with identity conflict in women leaders in Indonesia. This study consist of two studies. The first study was a survey with two stage of data collection involving 151 women leaders in Indonesia. The result shows that there is a negative significant relationship between positive gender identity with woman leader identity conflict. We also found there is a positive significant relationship between patriarchal belief with woman leader identity conflict. In contrast, there is no significant relationship between importance of gender identity with woman leader identity conflict. The second study was a quasi experimental between subject design, aiming to examine the differences of woman leader identity conflict perceived by participant in positive gender identity group and control group. Sample in the second study is not overlap with the sample in the first study, but they came from the same population N 70 . Manipulation is done by presenting written stimulus, then participants are given self report contained woman leader identity conflict and positive gender identity items. The result of the second study indicated that there is no significant differences woman leader identity conflict perceived by participants in positive gender identity group and control group."
2017
T47834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Bambang Margono S.
"ABSTRAK
Kaum wanita Yahudi Amerika memiliki peran dan posisi yang berbeda dari kaum wanita Yahudi Eropa. Di Fropa, kaum wanita Yahudi sepenuhnya berada di bawah kekuasaan kaum laki-laki. Tetapi di Amerika mereka memiliki posisi yang lebih baik. Benar bahwa mereka belum sepenuhnya terbebas dari kekuasaan laki-laki, namun mereka telah mengalami perubahan-perubahan besar berkaitan dengan peran dan posisi mereka Perubahan-perubahan tersebut tidak otomatis terjadi, melainkan karena mereka perjuangkan. Proses Amerikanisasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih Amerika memiliki pengaruh yang besar terhadap perjuangan kaum wanita Yahudi Amerika untuk bisa memiliki peran dan posisi yang sejajar dengan kaum prianya.
Perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan kaum wanita Yahudi Amerika bisa dilihat dalam sikap mereka terhadap hubungan percintaan, terhadap orang tua, maupun terhadap agama. Perubahan-perubahan ini bisa kita lihat proyeksinya di dalam karya satra, yakni dalam karya Bernard Malamud ("The Magic Barrel" dan The Assistant) den Philip Roth ("Epstein" dan Goodbye, CoIumbus). Oleh karena itu tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menunjukkan adanya perubahan sikap tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika terhadap hubungan percintaan, terhadap orangtua, dan terhadap agama di dalam karya-karya Bernard Malamud dan Philip Roth yang sudah di sebut di atas.
Di dalam menganalisis keempat karya dari dua pengarang tersebut, penulis menggunakan tiga teori., yakni (1) teori hubungan antara pengarang, karya sastra dan realitas, (2) teori asimilasi, dan (3) teori gender. Ketiga teori ini merupakan landaaan pembicaraan atau analisis keempat karya di atas.
Dari hasil analisis karya karya di atas, terjadi perubahan-perubahan sikap yang signifikan dari tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika yang merupakan proyeksi dari realitas kehidupan sehari-hari. Proses asimilasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih memberikan pengaruh yang besar di dalam perubahan-perubahan tersebut, sehingga Bernard Malamud dan Philip Roth menciptakan tokoh-tokoh wanita mereka sebagai pribadi yang kuat, yang berhak menentukan kehidupan mereka sendiri. Di dalam proses untuk menjadi wanita yang mendiri, tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika di dalam keempat karya tersebut terlibat di dalam konflik dengan orangtua mereka yang masih ingin mempertahankan nilai-nilai budaya Yahudi tradisional.

ABSTRACT
American Jewish Women Characters In Bernard Malamud's "The Magic Barrel" And The Assistant And Philip Roth's "Epstein" And Goodbye, Columbus.American Jewish women have a different role and position from European Jewish women. In Europe, Jewish women were completely under the domination of the men. In the United States of America, however, they have a better position. It is true that they haven't completely freed from the men domination, but they have undergone significant changes in accordance with their role and position. Those changes do not automatically happen, but they struggle for them. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on the struggle of American Jewish women to be equal to men.
Changes happening to the American Jewish women can be seen in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. These changes are reflected in Bernard Malamud's "The Magic Barrel" and The Assistant and in Philip Roth's "Epstein" and Goodbye, Columbus. The purpose of the writing of this thesis, therefore, is to pinpoint the changes of attitude of the American Jewish women toward romantic love, toward their parents, and toward religion in Bernard Malamud's and Philip Roth's works mentioned above.
In analyzing Bernard Malamud's and Philip Roth's works, the writer uses three theories, i.e. (1) the theory of relationship among the author, his work, and reality, (2) the theory of assimilation, and (3) the theory of gender.
From the analysis of the previously mentioned works, the writer is able to prove that American Jewish women characters undergo significant changes in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. More or less, these changes are closely related with the factual reality. In other words, their attitude changes in Malamud's and Philip Roth's works are the projection of the changes of the American Jewish women's attitude in general. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on them, so that Bernard Malamud and Philip Roth create their women characters as possessing strong personality and insisting on determining their own life. In process of becoming independent women, the American Jewish women characters in Bernard Malamud's and Philip Roth's works often conflict with their parents who still want to maintain traditional values of Jewish culture.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhelia Puri Ariani
"ABSTRAK
Penggunaan hijab di Indonesia menjadi marak pasca pemerintahan Orde Baru yang kini turut digunakan oleh kalangan waria. Padahal waria lebih dikenal dengan tampilan (hyper)femininity dan identik sebagai pekerja seks yang secara tidak langsung memunculkan diskriminasi kepada mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana waria menampilkan identitas mereka melalui atribut hijab. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Yayasan Srikandi Sejati sebagai salah satu lembaga yang menaungi kelompok waria di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengenakan hijab yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh waria, membuat identitas gender mereka jadi tersamarkan. Ini tidak terlepas dari subjektivitas kesalehan dan good women terhadap pengguna hijab di Indonesia. Penelitian ini lalu menemukan bahwa waria menggunakan hijab sebagai topeng untuk menunjang performance mereka di masyarakat. Mereka kemudian tidak hanya memperlihatkan front dan back stage seperti uraian Goffman (1959), tetapi juga performance yang beragam; multiple front stage dan back stage

ABSTRACT
The use of hijab in Indonesia has increased after the New Order Government era which is now also used by transvestites. Whereas transvestites are better known for their appearance as (hyper)femininity and are identical as a sex worker which indirectly bring some types of discrimination against them. This study discusses how these waria displayed their identities through the attributes of the hijab. This study uses ethnographic methods carried out at Srikandi Sejati Foundation as one of the institutions that oversees the transvestite community in Jakarta. The results of this study prove that by wearing a hijab that mostly covers their entire body, makes their gender identity obscured. This is inseparable from the subjectivity of piety and good women to hijab users in Indonesia. This study also found that transvestite that uses hijab, as an actor who wear masks to support their performance in the wider community who have not been able to accept their presence. Their performance is seen in multiple stages (multiple) front and back stages."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>