Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M.G. Laksmi Hidayati
"Penulisan skripsi ini terutama adalah untuk memerikan (mendeskripsikan) penerjemahan kata kerja be di dalam bahasa Indonesia. Selain itu penulis juga berusaha untuk mencari peluang perpadanannya serta kemungkinan-kemungkinan pergeseran yang terjadi. Berdasarkan pengamatan terhadap korpus, dapatlah kemudian diambil kesimpulan sementara berdasarkan fungsi kata kerja be sebagai kata kerja ko_pula, sebagai kata kerja bantu yang berfungsi sebagai bagian penanda aspek progresif dan diatesis pasif, dan sebagai kata kerja leksikal. Kata Kerja Kopula Berdasarkan hasil pengamatan dalam analisis terha_dap korpus, terdapat beberapa padanan bagi kata kerja kopula be, yaitu bentuk zero, kata kopula adalah, dan kata-kata kopula lain (kata-kata lain yang berfungsi se_bagai kopula). Dari 583 kali pemunculan kata kerja kopu_la be dalam korpus, 86,27% di antaranya berpadanan dengan bentuk zero, 4,80% berpadanan dengan kata kopula adalah, dan 13,72% berpadanan dengan kata-kata kopula lain. Dan data di atas, yang menarik adalah bahwa kata kerja kopula be berpadanan zero dalam korpus bahasa Indonesianya mempunyai peluang perpadanan yang paling besar. Kenyataan ini kiranya mendukung pendapat bahwa pada dasarnya kata kopula tidak perlu selalu digunakan dalam kalimat nominal bahasa Indonesia, kecuali kalimat nominal tersebut dapat menimbulkan keambiguan. Hal lain yang juga menarik adalah bahwa padanan zero dapat muncul dalam kalimat nominal berpredikat kata benda, ajektif, maupun adverbia. Dengan kata lain, padanan zero muncul"
Depok: Universitas Indonesia, 1982
S14085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Indahwati
"Menerjemahkan adalah mengalihkan isi pesan yang terdapat dalam Bahasa Sumber (BSu) ke datum Bahasa Sasaran (BSa) demikian rupa sehingga arang yang membaca (atau mendengar) pesan itu dalam BSa kesannya sama dengan kesan orang yang membaca (atau mendengar) pesan itu dalam BSu atau bahasa aslinya. Pesan yang terdapat didalam BSu itu harus diungkapkan sewajar mungkin dalam BSa. Demikianlah pendapat Nida dalam buku Enam Makalah Tentang Terjemahan oleh Maurits Simatupang. Oleh maka itu, dalam skripsi yang bertema Masalah Penerjemahan Kata Yang Bahasa Indonesia-Jepang ini, penulis berusaha menerjemahkan kata yang sewajar mungkin. Kata yang merupakan kata tugas yang khusus dipakai untuk menyatakan hubungan nomina dengan atribut sehingga kata yang disebut sebagai konjungtor atributif. Namun dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia-Jepang (Tim Kashiko), kata yang hanya diterjemahkan dengan kata dore. Padahal pada praktisnya kata dore memiliki makna yang mana. Padahal sebenarnya masih banyak lagi fungsi dan makna kata yang, apalagi bila dikaitkan pada penggunaannya dalam bahasa Jepang. Berdasarkan sumber teori yang didapat, penulis menemukan bahwa kata yang memiliki fungsi yaitu sebagai konjungtor antar pewatas nomina yang jumlahnya lebih dari satu, konjungtor antara inti kalimat dengan pewatasnya, sebagai pronominal relatif. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui, memahami dan memaparkan makna dan terjemahan kata yang kedalam Bahasa Jepang berdasarkan buku acuan dan hasil tes penelitian. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu metode analisis sebagai Cara untuk mendapatkan teori_-teori dasar yang berhubungan dengan kata yang, metode kepustakaan dan metode lapangan sebagai cara untuk mengumpulkan data. Pada metode analisis, penulis mendapatkan teori-teori dasar tentang prinsip dasar terjemahan umum, terjemahan kata yang Bahasa Indonesia-Jepang, penggunaan kata yang, pronominal relative dan modifier. Pada metode kepustakaan, penulis mendapatkan sumber-sumber data tertulis atau bacaan-bacaan yang menggunakan kata yang. Pada metode lapangan, penulis mendapatkan terjemahan bacaan-bacaan yang menggunakan kata yang Bahasa Indonesia kedalam bahasa Jepang. Setelah menganalisa dan melakukan perbandingan antara BSu dengan BSa, didukung oleh sumber-sumber teori yang didapat, penulis mendapatkan terjemahan kata yang dalam Bahasa Jepang sebagai berikut: Padanan kata yang sebagai konjungtor rangkaian pewatas nomina yang berjumlah lebih satu; Padanan kata yang sebagai konjungtor nomina inti dengan; Padanan kata yang sebagai pronominal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Artauli Ratna Menara
"Every writer through his works attempts at illus_trating his view of life as Well as his view of man. However, the writer's view differ from one another dependinL upon the social background as well as his experiences. That the work of an author is born out of his experiences, is not uncommon. The same applies to Ernest Hemingway who is considered as one of America's most famous writers and who has the ability to translate his experiences into a form of art recognized throughout the world.Hemingway is also quite possibly the most influ_ential writer of English prose in our century for in nearly every country where his work is known, it has been imitated and assimilated 1, for example in radio programs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S14181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hartono
"Pembelajaran dari kesalahan-kesalahan penerjemahan yang sudah ada adalah penting untuk dijadikan sebagai masukan-masukan bagi penerjemah agar kelak dikemudian hari tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Penelitian di dalam skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan penerjemahan yang terdapat dalam ungkapan simile yang diharapkan dapat membekikan kefaedahan bagi dunia penerjemahan khususnya dalam penerjemahan simile. Jadi, penulis akan membuktikan kesalahan-kesalahan apa saja yang telah dilakukan si penerjemah dan menarik kesimpulan berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dipelajarinya tersebut. Simile sebagai salah satu jenis majas pembandingan merupakan suatu perumpamaan yang dinyatakan secara eksplisit dengan menggunakan kata keterangan pembandingan. Kata keterangan pembandingan tersebut diantaranya seperti, sebagai, ibarat, bak, umpama, laksana, serupa, dll. Dengan keberadaan kata keterangan pembandingan ini ungkapan simile ini dapat langsung diidentifikasi.Berdasarkan analisis data terjemahan salah yang ditemukan, penulis menemukan empat buah faktor penyebab terjadinya terjemahan salah sebagai berikut . 1) Terjemahan salah akibat tidak memahami citra perumpamaan TSu. 2) Terjemahan salah akibat penerjemahan harfiah yang tidak pada tempatnya. 3) Terjemahan salah akibat ketidaksetaraan bobot inforrnasi. 4) Terjemahan salah akibat tidak memperhatikan aspek gramatika."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Mayawati
"Skripsi tentang penerjemahan kosa kata dan ungkapan pada cerita anak-anak dari bahasa Jepang, sebagai Bahasa Sumber, ke dalam bahasa Indonesia, sebagai Bahasa Sasaran; bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai masalah_ _ masalah yang dihadapi dalam usaha dan proses pengalihbaha_saan kosa kata dan ungkapan bahasa Jepang dengan padanan kata yang paling dekat dan paling wajar dalam bahasa Indonesia. sebagai patokan dalam menerjemahkan cerita anak-anak dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, digunakan teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Nida dan Taber. Mereka berpendapat bahwa penerjemahan adalah pengungkapan kembali amanat atau pesan di dalam BSu dengan padanan yang paling dekat dan paling wajar di dalam BSa. Selain itu, teori penerjemahan lain yang digunakan adalah teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Catford. Ia berpendapat bahwa penerjemahan adalah penggantian unsur-unsur dalam BSu dengan unsur-unsur yang sepadan dalam BSa. Pengumpulan data dilakukan selama proses penerjemahan cerita anak-anak dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia berlangsung. Setelah itu untuk masing-masing data yang ditemukan di dalam wacana sumber, yang berupa kosa kata dan ungkapan, dicarikan padanan yang paling dekat dan paling wajar dalam bahasa Indonesia. Padanan kata dise_suaikan dengan konteks, serta mengandung keseluruhan makna yang dimaksud di dalam sumber referensi. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan kosa kata dan ungkapan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sering dijumpai masalah pemadanan kata yang berkaitan dengan adanya perbedaan pada aspek kebudayaan. Sehingga tidak semua kosa kata atau ungkapan bahasa Jepang mem_punyai padanan yang persis sama, baik bentuk maupun mak_nanya, dan sering kali kosa kata atau ungkapan bahasa Jepang tersebut dijadikan sebagai kata pinjaman. Hal ini disebabkan makna referensial kosa kata atau ungkapan yang bersangkutan tidak dijumpai di Indonesia. Selain itu, dalam penerjemahan kosa kata dan ungkapan juga sering terjadi pergeseran, baik pergeseran bentuk maupun pergeeseran makna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Dhia
"Penerjemahan merupakan suatu proses reproduksi teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan yang terdekat. Kegiatan penerjemahan seringkali mengalami kendala, seperti ketika menerjemahkan konsep budaya bahasa sumber yang tidak dikenal dalam budaya bahasa sasaran. Penelitian ini membahas perbedaan prosedur penerjemahan kata budaya material novel Botchan dalam terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia beserta penyebabnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis terjemahan dengan konsep kata budaya dan prosedur penerjemahan oleh Newmark sebagai dasar teorinya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kata budaya material berdasarkan kategori kata budaya Newmark dalam novel Botchan bahasa Jepang, terjemahan bahasa Inggris, dan terjemahan bahasa Indonesia, kemudian menganalisis prosedur penerjemahan dari kedua terjemahan tersebut dengan menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari Botchan memiliki kecenderungan menerjemahkan kata budaya material dengan berorientasi terhadap bahasa sasaran. Meski demikian, terjemahan bahasa Indonesia masih menyisakan sedikit unsur budaya bahasa sumber. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu penerjemahan antara terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang terpaut cukup jauh, juga andil Cool Japan yang masuk ke Indonesia ketika Botchan diterjemahkan.

Translation is a process of reproducing text from the source language into the target language with the closest equivalent. Translation activities often encounter obstacles, such as when translating cultural concepts of the source language that are not recognized in the target language culture. This study discusses the differences in translation procedures of material cultural words of Botchan novel in English and Indonesian translation and their causes. This research uses translation analysis method with Newmark's concept of cultural words and translation procedure as the theoretical basis. The research was conducted by collecting material cultural words based on Newmark's cultural categories in Botchan's Japanese novel, English translation, and Indonesian translation, then analyzing the translation procedures of the two translations using Newmark's theory of translation procedures. The analysis shows that the English and Indonesian translations of Botchan have a tendency to translate material cultural words using procedures that oriented towards the target language. However, the Indonesian translation still leaves some cultural elements of the source language. This difference is due to the time difference between the English and Indonesian translations, which is quite far apart, as well as Cool Japan's contribution to Indonesia when Botchan was translated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Joice Irawati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemakaian kata bantu kata kerja no da telah dilakukan untuk skripsi mencapai gelar sarjana sastra. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemakaian kata bantu kata kerja dalam dialog dan narasi baliasa Jepang modern. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dan analisa yang bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan-kesimpulan yang berusaha memberi gambaran bagaimana pemakaian kata bantu kata kerja no da, Kesimpulan-kesimpulan itu adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da merupakan penjelasan mengenai hal yang tidak dapat diketahui oleh orang lain (hal yang bersifat pribadi).
2. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da merupakan penjabaran dari klausa sebelumnya atau penjabaran dengan kata-kata lain, atau dapat juga penjabaran dari suatu fakta yang tersembunyi (tidak muncul dalam bentuk kata-kata).
3. Pemakaian dalam keadaan dimana no da bergabung dengan unsur kategori gramatikal dugaan (darou, deshou) dalam situasi pembicara meminta pendapat lawan bicara atas hal yang tidak diyakininya.
4. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da menjelaskan suatu alasan atau dasar dari klausa sebelumnya.
5. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da menjelaskan kesimpulan dari klausa sebelumnya yang tersembunyi (tidak muncul dalam bentuk kata-kata).
6. Pemakaian dalam keadaan no da bergabung dengan unsur kategori gramatikal dugaan (darou, deshou) yang klausanya diawali dengan kata tanya (doushite), dalam situasi dimana klausa (?) ini ingin meminta jawaban dari klausa sebelumnya (?).
7. Pemakaian dalam keadaaan klausa di depan no da menjelaskan fakta suatu hal, yang situasi selanjutnya memiliki hubungan dengan fakta tersebut.
8. Pemakaian dalam bahasa narasi dimana kalimat di depan no da merupakan latar belakang dari kalimat sebelumnya.

"
1996
S13586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Sri Wahyuningsih
"Penelitian ini membahas masalah, strategi, dan prosedur penerjemahan kata-kata bermuatan budaya. Penelitian ini menggunakan metode Protokol Berpikir Nyaring. Partisipan dalam penelitian ini adalah lima orang mahasiswa semester 7 di STBA LIA Jakarta yang mengambil peminatan penerjemahan. Mereka diminta menerjemahkan sebuah teks pendek, melaporkan apa yang ada di dalam pikiran mereka ketika menerjemahkan teks tersebut, dan mengisi kuesioner. Berdasarkan terjemahan mereka, transkripsi laporan, dan jawaban dari kuesioner ditemukan bahwa dalam menerjemahkan kata-kata bermuatan budaya, masalah yang mereka hadapi adalah kurangnya pengetahuan budaya dan istilah dalam BSu dan BSa; strategi yang digunakan adalah pencarian padanan melalui pelusuran dokumen baik itu melalui internet ataupun kamus cetak; dan prosedur yang ditempuh adalah transferensi dan couplet. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa dalam penerjemahan kata-kata bermuatan budaya diperlukan pemahaman yang baik tentang teks sumber, budaya BSu, serta istilah-istilah budaya dalam BSu dan BSa.

This research discusses problems, strategies and procedures in translating cultural reference words. This research is done through the use of Think-Aloud Protocols (TAPs). The participants in this research are five students of STBA LIA Jakarta sitting at the seventh semester and taking translation as their concentration. They are asked to translate a short text, to report what they have in mind while translating the text, and to fill in a questionnaire. Based on their translations, transcriptions, and questionnaires, it is found that in translating cultural reference words, the problems they face are lack of comprehension of the source and target language cultures and terminologies; the strategies they apply are inference through the use of internet and dictionary; and the procedures they choose are transference and couplet. From the findings, it can be concluded that in translating cultural reference words, a translator must have a good comprehension on the source text, source culture, and cultural terminologies of source and target language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28350
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eryon
"Translation is the activity of transferring the meaning of the source language into the target language. Transferring is done by going from the form of the source language into the form of the target language by way of semantic structure. It is the meaning which is being transferred and must held constant, but it is the form which is changed.
One of the translation activities is to translate the modal expressions of English into Indonesian. The meaning which is carried in the modal expressions of English is transferred into Indonesian. The meaning should be constant. The form may change.
Analyzing translation concentrates on the textual equivalent and formal correspondence. If the translation is not equivalent and does not correspond formally and is equivalent but does not correspond formally, there will be shifts. Shifts are the result of translation procedures: transposition and modulation. Transposition will make grammatical shifts such as unit, word-class, structure and intra-system, and modulation will make semantic shills such as point of view and scope of meaning.
Modality is the speaker's attitude toward the proposition of his utterance and the event of proposition which is ex-pressed in lexical forms such as words, phrases, or clauses. One of the modalities is epistemic which consists of epistemic possibility and epistemic necessity. Epistemic possibility is expressed in lexical forms such as may, can, perhaps, maybe, it is possible that (English), and mungkin, barangkali, bisa-jadi(Indonesian). Epistemic necessity is expressed in lexical forms such must, should, it is necessary that (English), and harus, mesti, tentu saja, saya yakin (Indonesian). Deontic is another modality. It contains of obligation and permission. Obligation is expressed in lexical forms such as must, should (English), and wajib, mesti, jangan (Indonesian). Permission is expressed in lexical forms such as might, can, could (English), and boleh, dapat, bisa (Indonesian). The other modality is dynamic, that is ability. It is expressed in lexical forms such as can, could, be able to, be capable of (Englsih), and bisa, dapat, ma?npu, sanggup (indonesian).
In translation of English modal expressions which are in The Old Man and the Sea into Lelaki Tua darn Laut, there are some problems. The ones that are found are the differences of unit and word-class of modal expressions, and subcategory of modality. The differences of unit and word-classes will make grammatical shifts unit and word-class shifts, and those of subcategory will make semantic shifts: shifts of point of view and shifts of scope of meaning.
The differences of unit between source text and target text cause unit shifts. For example, can as word is translated into boleh jadi as phrase. In other case, the unit differences will also cause semantic shifts : shift of scope of meaning and shift of point of view. Can mean 'bisa' whose scope of meaning is broader than masih bisa because bisa is emphasized by masih. Must which means 'kepastian' is translated into akan masih which means 'Keteramalan'. Kepastian and keteramalan have different point of view.
The shifts which occur in translation The Old Man and the Sea into Lelaki Tua dan Laut can be caused by the different systems of English and Indonesian or by the translator. From the number of shifts which are found, especially those which are caused by translator can be concluded that the translation of modal expressions in The Old Man and the Sea into Lelaki Tua dan Laut is not good enough."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriani Yulia Putri
"Skripsi ini membahas tentang penerjemahan kata think dalam novel Harry Potter and The Philosopher’s Stone karya J.K. Rowling ke dalam bahasa Jepang yaitu 「ハリーポ ッターと賢者の石. Menurut kamus pada umumnya, kata think dalam bahasa Jepang secara garis besar dapat diartikan menjadi 「考える」kangaeru dan 「思う」 omou. Namun dalam pelaksanaannya, muncul kata lain selain kangaeru dan omou yang digunakan dalam menerjemahkan kata think. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa selain penerjemahan dengan morfem bebas secara leksikal, penerjemahan dengan morfem bebas, morfem terikat, serta gabungan keduanya secara situasional juga dilakukan oleh penerjemah dalam menerjemahkan kata think. Morfem bebas yang digunakan dalam penerjemahan antara lain morfem yang termasuk dalam kelas kata verba 「動詞」dan adverbia「副詞」. Sedangkan morfem terikat yang digunakan antara lain adalah morfem dari kelas kata verba bantu 「助動詞」 dan partikel akhir 「終助詞」. Selain itu terdapat pula beberapa penerjemahan yang termasuk ke dalam kategori penerjemahan nol atau pelesapan. Dengan penelitian ini diharapkan pembelajar bahasa Jepang dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan ketika menerjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang.

This study focused on the translation of the word think in Harry Potter and The Philosopher’s Stone by J.K Rowling into Japanese version 「ハリーポッターと賢者 の石」. According to dictionaries in general, think is equivalent to the word「考える」 kangaeru and 「思う」 omou. However, in the process of translation, other words are also used to express the word think in Japanese. The result of this study is, not only the lexically equivalent independent morphemes are used in translation, but also the attached morphemes (adjunct) or combination of both can be used to translate the word think as long as they are circumstantially equivalent. The usable independent morphemes are categorized as verbs 「動詞」and adverbs 「副詞」, while the adjunct that can be used includes auxiliary verbs 「助動詞」and final particles 「終助詞」. Last but not least, there are some translations that are categorized as "zero translations" as they were called omissions. From these results, those who are studying Japanese are expected to use this works as a consideration for translating from English to Japanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>