Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5662 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karnedi
"ABSTRAK
Penelitian di dalam skripsi ini adalah mengenai laras bahasa, yaitu laras bahasa nota diplomatik. Di dalam kajian laras bahasa dibahas kaitan ragam bahasa dengan faktor situasi kebahasaan, dalam hal ini kaitan faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik, dengan bentuk-bentuk linguistik tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik yang menentukan pemilihan bentuk-bentuk linguistik tertentu, sehingga ragam bahasa yang digunakan di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam bahasa nota diplomatik.
Untuk menganalisis korpus data diterapkan teori laras bahasa, teori perhitungan semantis, teori kekompleksan gaya dan teori konteks situasi.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode pengumpulan data lapangan. Korpus data itu berjumlah kira-kira 5.000 kata yang berasal dari 30 buah teks nota diplomatik yang dianggap dapat mewakili nota diplomatik secara keseluruhan. Metode pengumpulan data lapangan dijelaskan (lihat bagian 1.5).
Secara garis besar terdapat dua aspek utama yang menjadi kajian di dalam skripsi ini, yaitu aspek linguistik dan aspek kontekstual kebahasaan, dan kaitan satu dengan yang lain. Aspek linguistik meliputi unsur-unsur leksikal, struktur sintaktis dan kekompleksan gaya yang dianalisis secara deskriptif (descriptive analysis). Aspek kontekstual kebahasaan terdiri atas topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana yang dianalisis dengan analisis konteks situasi (analysis of context of situation).
Hasil analisis di dalam skripsi ini menunjukkan bahwa unsur-unsur leksikal di dalam nota diplomatik memiliki frekuensi pemunculan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan frekuensi pemunculan unsur leksikal yang sama yang ditemukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Struktur sintaktis yang muncul di dalam data yang dianalisis terdiri atas: 16% kalimat sederhana (simple sentences); 2% kalimat majemuk (compound sentences); 64% kalimat kompleks (complex sentences) dan 14% kalimat majemuk_ kompleks atau kompleks-majemuk (compound-complex or complex-compound sentences). Dengan demikian korpus data memiliki gaya kompleks (complex style).
Secara keseluruhan, pemilihan bentuk-bentuk linguistik di atas ditentukan oleh aspek kontekstual kebahasaan nota diplomatik yang meliputi topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana.
Berdasarkan adanya kaitan ragam bahasa dengan aspek situasi kebahasaan di dalam korpus data, dapat dikatakan bahwa ragam bahasa di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu laras bahasa nota diplomatik.

"
1990
S14110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Taufiqurohman
"Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dikaitkan dengan faktor panjang objek nomina, objek pronomina, dan makna idiomatis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang juga menggunakan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif diperoleh dengan menngubah data kualitatif menjadi data dalant bentuk angka.
Ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dijadikan somber data adalah majalah Time dan majalah Newsweek. yang terbit pada tahun 2007. Setiap majalah secara acak diambil sebelas penerbitan. Dengan demikian, dari dua majalah tersebut diperoleh dua puluh dua penerbitan. Jumlah penerbitan tersebut merupakan 21,56% dari seluruh penerbitan pada tahun 2007. Dari jumlah tersebut diperoleh 148 verba frasal yang dapat dipisah, dengan rincian 122 verba frasal berobjek nomina, dan 26 verba frasal berobjek pronomina.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara panjang objek nomina dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis bahasa Inggris. Objek nomina dengan panjang satu sampai empat kata dapat menempati dua posisi, yaitu posisi akhir dan posisi tengah- Posisi akhir ialaht posisi objek di belakang adverbia dan posisi tengah ialah posisi objek di antara verba dan adverbia. Objek nomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Objek nomina ditempatkan di tengah jika objek tersebut tidak memperoleh fokus. Objek nomina dengan panjang lebih dari empat kata hanya dapat menempati satu posisi, yaitu posisi akhir. Sementara itu. ojek pronomina tidak selalu ditempatkan pada posisi tengah. Dengan kata lain, objek pronomina juga dapat ditempatkan pada posisi akhir. Objek pronomina ditempatkan pada posisi tengah karena objek tersebut menunjuk kepada entitas yang telah diketahui, yaitu menunjuk kepada konstituen nomina yang telah disebutkan sebelumnya dalam sebuah konteks dan tidak memperoleh penekanan (fokus) atau penonjolan informasi yang dikandunginya. Objek pronomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut memperoleh penekanan (fokus) atau informasi yang dikandunginya ingin ditonjolkan. Pada basil analisis data yang berkaitan dengan makna, terdapat penempatan objek posisi akhir yang signifikan dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah yang bermakna idiomatis. Hal itu ditunjukkan dengan persentase penempatan objek pada posisi tersebut mencapai 54,73% dari empat makna yang rnuncul pada jenis verba frasal tersebut. Namun, asal itu tidak berarti bahwa makna tersebut sebagai faktor utama penempatan objek pada posisi akhir. Faktor utama yang mcnempatkan objek pada posisi tersebut masih tetap objek yang menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Sementara itu, makna idiomatis hanya berfungsi sebagai faktor pengiring dalam penempatan objek pada posisi tersebut.

This study aims at gaining the illustration of the use of separable phrasal verb word order related to the length of nominal objects, pronominal objects and idiomatic meanings in English journalistic written language. It uses the qualitative approach. It is purely qualitative since it solely involves the analysis and description of the data collected.
The source of data were Time magazines and Newsweek magazines published in 2007. Eleven publications of the two magazines were randomly taken. Thus. there were twenty two publications of the two magazines. The publications covered 21.56% of both magazines in 2007 which consist of 148 separable phrasal verbs of which are 122 separable phrasal verb with nominal objects and 26 separable phrasal verbs are pronominal objects respectively.
The study has come up with the following results. First, there is relation between the length of nominal objects and their positions in separable phrasal verb word order. Nominal objects consisting of one word to four words can be positioned in two different positions, end positions and mid-positions. Nominal objects are positioned in the end position if they are focused. The focused part of a sentence is typically new information which has not been previously mentioned. Nominal objects are positioned in the mid-position if they do not belong to the focus but to the background part of sentence. On the contrary, nominal objects consisting of more than four words can solely be positioned in the end position. Second. pronominal objects could occur ill two positions, end positions and mid-positions. Pronominal objects occur at the end position if they are focused. and they occur in the mid-position if they are not focused or not stressed. Pronominal objects are regarded as old information since they refer to a well-known entity to nominal constituents that have been previously mentioned in the contex. Third, there is significant tendency for idiomatic meanings in positioning objects in the end position. The percentage of idiomatic meaning of separable phrasal verb positioning object in the end position reveals 54.73 %."
2008
T24264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Dwi Astuti
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2007
499.221 WIW b (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004
230.014 IND l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gaffar Ruskhan
"Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan berpengaruh pada bahasa yang bersangkutan. Kontak bahasa itu tidak dapat dipisahkan dengan kontak budaya yang terjadi, bahkan dipandang sebagai salah satu aspek kontak budaya. Weinreich (1953:5) menyebutkan bahwa pengaruh bahasa lain ke bahasa tertentu merupakan difusi dan akulturasi budaya. Menurut Schuchardt seperti yang dikutip Haugen (1992:198), pengaruh tersebut terlihat pada kosakata yang dipungut oleh bahasa tertentu. Hal itu merupakan ciri keuniversalan bahasa. Tidak ada satu bahasa pun yang luput dari pengaruh bahasa atau dialek lain. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa terkemuka, misalnya, memungut tidak kurang dari separuh kosakatanya dari bahasa Latin, Yunani, Skandinavia, dan Perancis (Robins, 1991:438; Gonda, 1973: 26; Moeliono, 1968:441; 1981:162). Bahkan, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa Eropa yang terbuka terhadap pungutan (Jespersen, 1955; Baugh, 1968; Ahmad, 1992). Masalah pemungutan ke dalam suatu bahasa berkaitan dengan tingkat kedwibahasaan masyarakat yang melakukan perriungutan itu (Haugen, 1950;
1973; Broselow, 1991:200--201). Pada awalnya pemungutan terbatas pada penutur dwibahasawan. Setelah meniadi pungutan ("barang jadi"), penutur ekabahasawan memanfaatkannya meniadi kata sehari-hari (Moeliono, 1989: 162; Samsuri, 1980:58). Hal itu ditandai pula oleh penggunaan dua bahasa secara bergantian dan berturut-turut oleh penutur dwibahasawan atau alih kode (Haugen, 1992:198), baik dalam bentuk sebuah kalimat maupun di antara kalimat sehingga menghasilkan butir pungutan baru ke dalam perbendaharaan bahasanya (Clyne, 1987). Kondisi yang demikian berlaku pula di dalam bahasa Indonesia. Sebagai masyarakat yang multibahasa, alih kode yang menghasilkan pemungutan itu berlangsung dalam kehidupan berbahasa. Hal itu terlihat dengan cukup banyaknya pungutan dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Salah satu pungutan itu berasal dari bahasa Arab.
Pengaruh Bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu--yang kemudian bernama Bahasa Indonesia--bersamaan dengan masuk agama Islam ke Nusantara. Berkaitan dengan pengaruh bahasa Arab itu, ada baiknya dikemukakan pandangan tentang masuknya agama Islam ke Nusantara. Ada dua pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara ini. Pandangan pertama mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-7 (Baried, 1982; Sudarno, 1990; Dasuki et al., 1993; Azmi, 1993; Tiandrasasmita, 1993) dan pandangan lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-13 Masehi (Tiandrasasmita, 1993; Abdulgani, 1993)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kesaint Blanc, 2004
428 Bis
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Yulida
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Andrasyah Isa
"This study is concerned with a productive word-form process in the morphological level, such as abbreviation. Through the process of the word form, I intend to find out how to make new words in using the abbreviation in English. Besides, I intend to review the concept of abbreviation. The aim of this study is also to observe how the abbreviation can form new words. The data employed in this study are from newspaper Jakarta Post and Kompas, and examples provided by the related linguists. With the data exemplified by the linguists and based on their discussion on abbreviation, I think there are some mistakes on information and definitions provided by them about the abbreviation. Hence, I try to present and find out new information about the abbreviation and its types morphologically. As the result of this study, there are 16 types of abbreviation. They are (1) acronyms, (2) part acronyms, (3) amalgam, (4) blends, (5) loan blends, (6) element blends, (7) part-whole blends, (8) lexical blends, (9) separated blends, (10) contraction, (11) letter symbol, (12) clippings, (13) alphabetism, (14) sycronyms, (15) acronym coinages, and (16) analogical forms."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2006
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, M. Rudolf
Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2003
011.7 NAB t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Imamudin Fa`iq
"Skripsi ini membahas tentang kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi di pandang dari sisi morfologi dan semantik. Analisis ini adalah analisis kualitatif dengan desain deskriptif. Signifikansi analisis ini adalah untuk memaparkan kepada pembaca tentang bentuk-bentuk dan makna-makna dalam kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi. Data-data dalam skripsi ini secara garis besar didapatkan dari Mu_jamu l-haasibaat, sebuah kamus istilah-istilah komputer yang di terbitkan oleh Majma_u l-Lughah, Mesir. Hasil analisis ini -dari sisi morfologi- menyatakan bahwa kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi ada yang berbentuk arabisasi, derivasi, abreviasi, singkatan, dan hibrida. Sedangkan dari sisi semantik, kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi ada yang berbentuk metafora dan penerjemahan. Jika ditinjau dari relasi makna yang ada, kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi tak berbeda dengan kosakatakosakata pada laras lain, yaitu adanya homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, meronimi, antonimi, kontranimi, dan juga idiom.

This thesis is dealing with the Arabic vocabulary in information technology in view of morphology and semantics. This is a qualitative analysis with descriptive design. The significance of this analysis is to give details about forms and meanings of the Arabic vocabulary in information technology. The data in this thesis are commonly obtained from Mu_jamu l-haasibaat, a dictionary of computer terms published by Majma_u l-Lughah, Egypt. The result of this analysis -in view of morphology- is that the Arabic vocabulary in information technology can be in forms of arabization, derivation, abbreviation, acronym, and hybrid. Meanwhile, in view of semantics, the vocabulary can be in forms of metaphor and translation. Then if it is observed from the existing meanings correlation, the Arabic vocabulary in information technology is not dissimilar with vocabularies in other terms, which are homonymy, polysemy, synonymy, hyponymy, meronymy, antonymy, contranymy, and idiom as well
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>