Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tita Marlita
"Skripsi ini membahas novel The Color Purple yang mengungkapkan sosok wanita kulit hitam yang semula dido_minasi oleh kaum pria menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Perkembangan tokoh tersebut diteliti lewat sudut pandang feminisme kulit hitam. Novel ini digolongkan sebagai epistolary novel, yang merupakan salah satu jenis novel di mana kisah-kisah dalam novel tersebut diungkapkan melalui surat-surat yang ditulis oleh satu tokoh atau lebih. Terdapat sejumlah ciri yang dimiliki oleh sebuah novel berbentuk surat. Menurut Janet Gurkin Altman ciri-_ciri tersebut antara lain: bersifat personal dan infor_mal, terdapat pertukaran surat antar tokoh, terdapat confiance, confidence, confidant, terdapat penutup surat (epistolary closure).Skripsi ini meneliti sejauh mana bentuk penceritaan Surat memperjelas pemaparan perkembangan tokoh utama wanita, yang dilakukan melalui metode pendekatan sosio_logis dan formalistik. Sejumlah ciri tersebut di atas dimanfaatkan oleh pengarang, Alice Walker, untuk lebih jelas mengungkapkan perkembangan tokoh wanita utama dari seorang yang male dominated menjadi emancipated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Faizah
"Novel The Color Purple merupakan sebuah novel yang menceritakan proses pemberdayaan diri seorang perempuan kulit hitam Afro-Amerika kelas bawah bernama Celie yang harga dirinya diinjak-injak, dijadikan objek seksual, dan kerap mendapat kekerasan dari laki-laki. Tokoh Celie yang menganggap bahwa sudah sewajarnya perempuan menghadapi perilaku tersebut kemudian tercerahkan dengan kehadiran tokoh-tokoh perempuan lain yang menyimpang dari stereotip gender yang berlaku. Secara teoritis, penelitian ini mengungkapkan objektifikasi yang dialami oleh terhadap perempuan, serta perlawanan perempuan dalam menghadapi objektifikasi. Penelitian ini menggunakan kajian kritik feminis, teori objektifikasi Martha Nussbaum dan Rae Langton, dan teori subjektivitas gender Simone de Beavoir sebagai pisau analisis untuk meninjau subordinasi perempuan oleh laki-laki dan bentuk resistensi yang dilakukannya. Penelitian ini menemukan bahwa pembagian peran gender tradisional terjadi melalui proses yang dilanggengkan di masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan perempuat diposisikan sebagai objek seksual, properti dan kekerasan. Di samping itu, keberhasilan tokoh perempuan dalam meraih subjektivitasnya merefleksikan bentuk perlawanan terhadap patriarki yang bersifat individualis tanpa adanya dukungan dari otoritas masyarakat, tempat sistem patriarki itu mengakar. Dengan kata lain, transformasi tokoh perempuan yang bebas dari belenggu laki-laki tidak berpengaruh signifikan pada lingkungan sekitarnya karena tidak mengubah struktur masyarakat yang berlaku.

The Color Purple novel is a novel that tells the self-empowerment process of a lower-class black African-American woman named Celie whose self-esteem is trampled on, made into a sexual object, and often subjected to violence from men. Celie's character, who thinks that it is natural for women to face this behaviour, is then enlightened by the presence of other female characters who deviate from the prevailing gender stereotypes. Theoretically, this study reveals the objectification experienced by women, as well as women's resistance in the face of objectification. This study uses the study of feminist criticism, the objectivity theory of Martha Nussbaum and Rae Langton, and Simone de Beavoir's theory of gender subjectivity as an analytical tool to examine the subordination of women by men and the forms of resistance they do. The result of the research shows that the division of traditional gender roles occurs through processes that are perpetuated in society. This resulted in woman being positioned as sexual objects, property and violence. In addition, the success of the female figure in achieving their existence to be free from objectification reflects the form of rebellion that is individualistic in nature without the support of the prevailing societal authority, a place where the patriarchal system takes root. In other words, the transformation of Celie's character does not have a significant effect on the surrounding environment because it does not change the prevailing social structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
Depok: Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tandjung, Elizabeth C.
"ABSTRAK
Ambivalensi dalam memeluk agama Kristen diantara kelompok-kelompok masyarakat minoritas di Amerika seperti yang tergambar di dalam novel-novel The Color Purple, The Mixquiahuala Letters dan Love Medicine. (Di bawah bimbingan Dr. Melani Budianta). Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1995.
Skripsi ini berusaha menunjukkan sikap ambivalensi kelompok-kelompok masyarakat minoritas di Amerika (Negro, Hispanik dan Indian) dalam memeluk agama Kristen yang ditunjukkan di dalam masing-masing korpus serta penyebab ambivalensi yang tergambar dalam masing-masing novel tersebut. Di dalam The Color Purple, para tokoh digambarkan sangat `akrab' dengan agama Kristen. Sikap dan tindakan mereka sehari-hari menunjukkan bagaimana nilai-nilai ke-Kristen-an sudah tertanam dalam diri mereka. Tokoh Celie misalnya menjadikan Tuhan sebagai tempat curahan hati yang terpercaya, menjadikan nilai-nilai ke-Kristen-an sebagai standar moral kehidupan sehari-hari, menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pelindung, dll. Hal ini merupakan perwujudan dari teori James Stuart Olson yang mengatakan bahwa kaum minoritas mengadaptasi kebudayaan kaum mayoritas -- karena agama Kristen adalah salah satu unsur kebudayaan masyarakat mayoritas, agama Kristen tersebut juga diadaptasi oleh kaum minoritas kulit hitam.
Di sisi lain, ternyata para tokoh tersebut merasa anti terhadap agama Kristen. Hal ini diakibatkan oleh adanya pandangan bahwa agama Kristen tersebut identik dengan kaum kulit putih. Masyarakat kulit hitam dalam novel ini menganggap kaum kulit putih sebagai penyebab kesengsaraan hidup mereka. Mereka kemudian berusaha membentuk persepsi sendiri terhadap identitas Tuhan untuk menjauhkan Tuhan dan citraNya yang seolah-olah adalah `milik' kaum kulit putih.
Di dalam The Mixquiahuala Letters, ambivalensi tampak dalam sikap tokoh Teresa yang di satu sisi sudah sangat tidak peduli terhadap nilai-nilai ke-Kristen-an, namun di sisi lain juga tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari agama Kristen yang dalam sejarah memang memegang peranan panting sebagai identitas masyarakat Hispanik. Teresa misalnya digambarkan tidak peduli akan kesucian perkawinan yang diluhurkan oleh agama Kristen -- Teresa menikah sesuai adat Hare Krishna dari India dan hidup bersama di luar perkawinan dengan banyak pria. Sikap Teresa ini menunjukkan bagaimana ia sudah mengadaptasi kebudayaan kaum flower children yang sedang melanda Amerika saat itu. Hal ini, seperti juga di dalam The Color Purple, merupakan perwujudan teori lames Stuart Olson mengenai adaptasi kebudayaan' Di sisi lain, Teresa sebenarnya masih `dekat' dengan ke-Kristen-an tersebut -- ia tetap menginginkan putranya dibaptis dan masih membutuhkan `bantuan' Tuhan untuk mengusir setan_ Ke-ambivalensi-an sikap Teresa disebabkan akibat tidak tertanamnya nilai-nilai agama Kristen dalam diri Teresa sehingga ia mudah terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh lain seperti gerakan flower children dan juga masalah superstitious.
Di dalam Love Medicine, ambivaiensi tampak dalam hal di satu sisi masyarakat Indian sudah memeluk agama Kristen, akan tetapi di sisi lain masih memegang kepercayaan aslinya. Hal ini berhubungan dengan kekecewaan para tokoh tersebut akan nasib mereka sebagai bangsa Indian. Kemiskinan, standar hidup yang buruk, kehidupan yang sulit membuat mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak memperhatikan bangsa Indian. Hal ini membuat mereka beralih ke dewa-dewa mereka. Tapi untuk kembali sepenuhnya ke kepercayaan aslinya juga merupakan suatu hal yang mustahil karena telah hilangnya `cara-cara berdoa' yang banar- secara Indian.
Dari pengkajian atas ketiga novel tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa tokoh-tokoh utama dalam ketiga korpus tersebut: Celle, Shug, Nettie, Teresa, Lipsha, Marie dan Gordie adalah para marginal man -- mereka hidup di antara dua kebudayaan: kebudayaan kaum mayoritas kulit putih dan kebudayaan mereka masing-masing sebagai kaum minoritas. Konflik akibat pertemuan kebudayaan itu terealisasi dalam sikap dan tindakan mereka yang ambivalen tersebut dalam memeluk agama Kristen sebagai salah satu unsur dari kebudayaan masyarakat mayoritas kulit putih. Faktor sejarah masa lalu dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat minoritas tersebut di tengah masyarakat mayoritas berperan besar dalam mempengaruhi sikap mereka dalam mengadaptasi kebudayaan masyarakat mayoritas.

"
1995
S14157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Laraswati
"Dwi Laraswati. Keterkaitan Tokoh Utama terhadap Latar Sosial Budaya dalam Novel Trilogi: Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. (di bawah bimbingan Pudentia MPSS, S.S., M .A.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1992. Analisis keterkaitan tokoh utama terhadap latar sosial budaya dalam novel trilogi ini bertujuan untuk melihat bagaimana latar sosial budaya ini mempengaruhi kehidupan tokoh utama. Dalam penelitian di atas, penulis mempergunakan pendekatan ekstrinsik dan intrinsik. pendekatan ekstrinsik digunakan penulis dalam membahas latar sosial budaya dalam novel trilogi dengan mengacu pada latar sosial budaya daerah Jawa dan budaya ronggeng. Pendekatan intrinsik dipakai penulis dalam membahas tema, tokoh, dan latar. Ketiga unsur itu dibahas karena mempunyai kaitan yang erat dan dapat memperjelas hubungan tokoh utama dengan latar sosial budaya. Hasil analisis menunjukkan, bahwa ada kaitan yang erat antara tokoh utama dengan latar sosial budaya. Latar sosial budaya ini sangat mempengaruhi kehidupan tokoh Srintil sebagai tokoh utama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Wahyu T.
"Pemilihan novel Supernova (Akar) karya Dewi Lestari sebagai objek penelitian didasarkan pada temuan adanya gambaran punk, sesuatu yang hingga kini masih diapandang negatif oleh sebagian masyarakat. Lebh jauh, pemilihan novel tersbeut juga didasari karena adanya penggambaran bahwa Bodhi, sebagai tokoh yang sebelumnya tidak mengenal punk, disebut sebagai seorang punk dan penganut ideologi anarki. Pemilihan novel ini pun terkait dengan ciri tema-tema sekuel Supernova tentang kaum muda dan hubungannya dengan religiusitas atau spiritualitas dalam bentuk yang menyesuaikan zaman. Novel Supernova Akar bab _Akar_ dan _Selamat Menjadi S_ berkisah tentang perjalanan hidup tokoh Bodhi dalam mencari kesejatian. Latar belakang hidupnya yang tidak jelas, tanpa tahu data diri dan siapa orang tuanya, dan adanya kisah karma yang harus dijalani memicu Bodhi untuk mengembara dan mencari apa yang disebutnya sebagai _kesejatian diri._ Kisah ini dimulai dengan penceritaan Bodhi sebagai seorang punk yang juga hidup di lingkungan punk. Sebuah kilas balik memperlihatkan latar belakang Bodhi dimulai dari saat ia masih bayi, tinggal di lingkungan vihara, kemudian bertemu seorang backpacker dan bergabung bersama para backpacker lain, hingga akhirnya bertemu dengan lingkungan punk dan memilihnya sebagai jalan hidup. Dari tinjauan psikologi sosial telah penulis simpulkan bahwa, melalui interaksi sosial, tokoh Bodhi cenderung mengidentifikasi seseorang atau kelompok di dalam sebuah lingkungan sosial jika ia bersimpati kepada seseorang atau kelompok tersebut. Proses identifikasi itu pun mencakup proses mengimitasi budaya (mulai dari cara berpakaian, cara hidup, hingga cara pikir) di lingkungan tempat seseorang atau kelompok yang diidentifikasikannya itu. Selama pengembaraan, Bodhi memperoleh banyak pemahaman, baik terhadap individu, masyarakat, hingga peristiwa-persitiwa di dalam kehidupan manusia. Latar dan tokoh yang Bodhi temui selama perjalanan memberi pengaruh pada sikapnya. Pemahaman-pemahaman itu bersinambung dengan nilai-nilai di dalam kehidupan punk, seperti anarki, konsep egaliter, dan konsep bertahan hidup secara mandiri (do it yourself atau DIY)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yulianti
"Dua bidang ilmu yang berkaitan erat dengan bahasa, yakni ilmu linguistik dan ilmu susastra, seringkali dipandang sebagai dua disiplin yang bertolak belakang dan tidak dapat disatukan. Ilmu linguistik dengan pendekatan ilmiahnya terkesan lebih sistematis dan objektif, sementara ilmu susastra dianggap lebih bersandar pada penilaian dan interpretasi subyektif. Kemudian, berkembanglah ilmu stilistika yang menjembatani perbedaan di antara kedua bidang tersebut, dengan cara menggabungkan pendekatan ilmu linguistik dan ilmu susastra untuk meneliti style atau gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra. Kritik terhadap karya sastra dalam analisis stilistika menjadi kuat karena didasarkan pada metode penelitian linguistik yang sistematis.
Analisis stilistika dapat difokuskan pada aspek tertentu dalam karya sastra, seperti alur cerita, tema atau penokohan. Dalam analisis penokohan, salah satu unsur yang menarik untuk dilihat lebih dalam adalah relasi kuasa antarjender yang seringkali bersifat tidak seimbang, terutama dalam karya-karya sastra berbahasa Inggris tradisional.
Dalam penelitian ini, yang ditelaah adalah relasi kuasa antara tokoh pria dan wanita dalam novel The Awakening (1899) karya Kate Chopin, yang berkisah mengenai seorang wanita yang ingin membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan konvensi masyarakat. Edna Pontellier, tokoh utama wanita dalam novel ini, menjalin hubungan dengan tiga tokoh pria, yaitu Leonce Pontellier, Robert Lebrun dan Alcee A-robin.
Penelitian ini bertujuan membandingkan relasi kuasa di antara Edna dan ketiga tokoh pria di atas, serta mengungkap penyebab di batik bentuk relasi kuasa tersebut. Relasi kuasa di antara tokoh wanita dan tokoh-tokoh pria diteliti melalui data narasi dan dialog yang menggambarkan interaksi antartokoh. Untuk meneliti narasi digunakan teori transitivitas Halliday, sedangkan untuk meneliti dialog digunakan teori pragmatik, yaitu teori analisis percakapan dan teori FTA atau tindakan mengancam muka yang dikemukakan Brown dan Levinson.
Hasil analisis narasi dan dialog menunjukkan bahwa relasi kuasa yang ada bersifat tidak setara. Dalam relasinya dengan Robert Lebrun, Edna Pontellier memegang kuasa yang lebih besar karena posisinya yang lebih tinggi daripada Robert berdasarkan usia dan status. Akan tetapi, ia menjadi pihak yang lemah dan terdominasi dalam relasinya dengan dua tokoh, yaitu Leonce Pontellier yang unggul dalam hal usia, harta dan peran dalam keluarga, serta Alcee Arobin yang lebih aktif dalam tindakan dan ucapan. Dengan demikian, penelitian stilistika ini mengungkap bahwa ketidakseimbangan dalam relasi kuasa antara tokoh utama wanita dan tokoh-tokoh pria dalam novel The Awakening yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Arifiana
"Penelitian terhadap novel-novel Mira Widjaja, khususnya novel Dari Jendela SMP, Galau Remaja di SMA, Di Tepi Jeram Kehancuran, dan Ketika Cinta Harus Memilih memiliki ber-bagai tujuan. Pertama, untuk mengetahui kedudukan novel-novel tersebut sebagai karya sastra populer dengan cara menerapkan teori Abraham Kaplan tentang ciri-ciri karya populer. Kedua, untuk memperoleh tema serta amanat cerita yang didapat melalui analisis terhadap permasalahan tokoh utama masing-masing novel. Tujuan ketiga, untuk mendapatkan gambaran terhadap obsesi pengarang yang tercermin melalui sikap masing-masing tokoh utama sehubungan dengan permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat di dalamnya, menunjukkan hasil bahwa ke-empat novel Mira W. merupakan karya sastra populer. Masing-masing novel memiliki seluruh ciri karya populer baik dari segi bentuk maupun dari segi perasaan. Tema novel menunjukkan adanya keragaman dan tidak semata-mata mengenai percintaan tokoh-tokoh utamanya. Novel DJSMP memiliki tema pencarian jati diri seorang remaja dan novel GRSMA bertemakan kehidupan remaja yang labil. Keduanya mengisahkan kehidupan remaja.
Novel DTJK dan KCHM mengisahkan kehidupan rumah tangga dengan tema nilai keluhuran budi manusia untuk novel DTJK dan tema kepicikan pandangan manusia dalam novel KCHM. Sikap tokoh-tokoh utama menampakkan harapan Mira W. kepada pembacanya agar tetap berpegang teguh pada kebenaran keyakinan hati dan agar pembaca bersikap dewasa dalam menghadapi berbagai permasalahan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S11335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasus Budhyono
"Tesis ini berusaha menjabarkan bagaimana tradisi dan modernitas mengonstruksi identitas tokoh utama novel The Bonesetter's Daughter Karya Amy Tan. Metode yang digunakan adalah metode Strukturalisme yang dipadukan dengan pendekatan yang berfokus pada isu identitas, tradisi, dan modernitas. Ruth, tokoh utama novel ini, melewati beberapa tahapan konstruksi identitas. Di setiap tahap tersebut identitas ini diposisikan oleh dirinya sendiri, tokoh lain, dan narator serta teknik narasi yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi-posisi identitas yang diambil Ruth di tahapan-tahapan tersebut mencerminkan bahwa ada variasi sikap dalam memandang tradisi dan modernitas.

This thesis attempts to describe the ways in which tradition and modernity affect the identity construction of the main character of the novel The Bonesetter's Daughter by Amy Tan. The method employed in this research is the Structuralist method, which is combined with an approach that focuses on the issues of identity, tradition, and modernity. Ruth, the main character of the novel, undergoes several phases of identity construction. In each phase, her identity is positioned not only by herself, but also by other characters, the narrator, and the narrative techniques used. The results of the analysis show that the identity position assumed in each phase reflects the presence of variations in the attitude towards tradition and modernity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T37537
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Penelitian ini berjudul, "Identitas Islam dan Amerika Pada Tokoh Utama Dalam Novel The Girl in the Tangerine Scarf". Islam dan Amerika memiliki pola hubungan yang unik. Munculnya pandangan negatif dari Muslim terhadap Amerika dan pandangan negatif Amerika terhadap Islam, menimbulkan banyak kesalahpahaman di kedua belah pihak. Tokoh utama novel The Girl in the Tangerine Scarf, hidup di Amerika di tengah kondisi kesalahpahaman ini. Sebagai Muslim, Khadra membentengi dirinya dengan Islam dan berusaha menjauhkan diri dari pengaruh Amerika dan mengklaim dirinya sebagai bukan orang Amerika walaupun ia memiliki kewarganegaraan Amerika. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya identitas Islam dan Amerika dalam karakter tokoh utama novel ini. Perkembangan karakter tokoh utama novel ini menunjukkan terdapatnya kedua pengaruh tersebut yang tercermin dalam tindakan dan keputusan besar yang diambil dalam hidupnya. Sebagai seorang Islam generasi kedua di Amerika, Khadra memiliki identitas Islam dan Amerika dengan orientasi individu yang lebih dominan. Konflik dan keputusan yang diambil menunjukkan adanya pencarian identitas islam dan Amerika dari tokoh utama. Ia pernah sangat tidak ingin menjadi orang Amerika, tapi setelah proses pendewasaan diri, ia sadar bahwa memang ada sesuatu dalam dirinya yang memang berasal dari Amerika. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori politics of recognition oleh Charles Taylor untuk menganalisis novel The Girl in the Tangerine Scarf Sumber utama penelitian ini antara lain novel The Girl in the Tangerine Scarf, bacaan kepustakaan, websites dan literatur lainnya.

This thesis is entitled Islam and American identity in the Main Character in the Novel The Girl in the Tangerine Scarf. Islam and America were developing unique relationship. The emergence of negative speculations regarding Islam by Americans and negative speculations regarding Americans by Muslims has induced misunderstanding in both parties. The main character of the novel lived in the middle of this misunderstanding. As a Muslim, Khadra protected herself from the so-called destructive values of America, kept herself away from it and claimed that she was not an American even though she held the American citizenship, This thesis is almed to prove the existence of Islam and American identities in the main character of the novel. The character development of the main character shown the existence of these identitieses as reflected in the major decisions she made in her life. As a second generation of Muslim in America, Khadra has both identity of islam and America with a more dominant individual orientation. Conflicts and decisions made by Khadra have shown the search of these two Identities of the main character. Khadra once refused to be an American, but as she grew up, she realized that there was something in her that came from America. In this research, the writer has used the qualitative approach by applying the theory of politics of recognitions by Charles Taylor to analyze novel The Girl in the Tangerine Scarf The main sources for this research are the novel the girl in the tangerine scarf, literary reviews, websites and other documents."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26949
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>