Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Morita
"Telaah terjemahan unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ke dalam bahasa Inggris ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perbedaan latar belakang budaya antara dua bahasa akan menimbulkan masalah bagi penerjemah dalam mencari padanan yang tepat. Di samping itu, telaah ini bertujuan pula untuk membuktikan bahwa dalam setiap kegiatan terjemahan hampir selalu terjadi pergeseran makna atau pergeseran struktur. Data yang berupa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris diambil dari roman Burung-Burung Manyar karya Y.L. Mangunwilaya, beserta terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu The Weaverbirds yang dialihbahasakan oleh Thomas M. Hunter. Pemilihan data untuk analisis dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ter-rebut telah mewakili seluruh unsur leksikal bahasa Jawa yang terdapat dalam roman tersebut, dan telah mencerminkan latar belakang budaya dan masyarakat Jawa. Analisis dilakukan dengan melihat dan membandingkan komponen makna yang dimiliki oleh masing-masing unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penulis juga menelaah cara-cara yang dipakai oleh penerjemah dalam mengalihkan isi pecan teks somber ke dalam bahasa sasaran, Berta kemungkinan pergeseran yang teriadi akibat digunakannya cara-cara tersebut. Analisis ini memperlihatkan bahwa ada tiga buah cara menerjemahkan yang terdapat di dalam The Weaverbirds, yaitu; 1) modifikasi kata generik, 2) modifikasi kata asing, dan 3) padanan pengganti kebudayaan. Dua cara pertama digunakan terutama untuk unsur-unsur leksikal yang tidak ada padanannya di dalam bahasa Inggris. Sementara itu, timbulnya pergeseran makna dan struktur dapat dipahami, karena adanya perbedaan kebudayaan yang melatarbelakangi bahasa Sawa dan bahasa Inggris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Badhernus Solakira
"Penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam era informasi ini. Di katakan demikian karena pertukaran informasi yang menjadi ciri era informasi hanya dapat dilakukan apabila ada kegiatan penerjemahan. Dalam hal ini penerjemahan dilihat sebagai proses pengalihan informasi atau pesan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Bahasa asal terjemahan dinama.kan bahasa sumber, sedangkan bahasa hasil terjemahan disebut bahasa sasaran. Tujuan setiap penerjemah adalah menghasilkan suatu terjemahan yang baik. Artinya terjemahan yang di hasilkan harus tetap mengandung pesan atau makna yang sama seperti makna yang tordapat dalam bahasa asalnya. Selain itu, hasil terjemahan itu harus wajar menurut bahasa sasaran, baik kaidah tata bahasanya maupun pemilihan unsur leksikalnya. Untuk menghasi1kan terjemah_an yang baik ini penerjemah dapat melakukan pergeseran pergeseran struktur gramatikal. Maksudnya, penerjemah dapat meninggalkan bentuk bahasa sumber dan menggunakan bentuk bahasa sasaran. Dengan demikian, bentuk bahasa hasil terjemahan bisa sangat berbeda dengan bentuk bahasa aslinya.Pergeseran struktur terjadi pada tataran-tataran gramatikal, mulai dari tataran morfem sampai tataran kalimat. Pergeseran-pergeseran tersebut disebabkan karena setiap bahasa itu unik. Cara mengemas komponen-komponen makna berbeda-beda pada setiap bahasa. Karena setiap penerjemah harus mempertahankan makna bahasa asli dalam bahasa sasaran, maka pergeseran struktur tidak dapat dihindarkan dalam penerjemahan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eviati Suhaimi
"Ditinjau dari penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang dalam sejarah kesusastraan Indonesia, tampak adanya perubahan sejak awal kemunculan novel-novel dalam sastra Indonesia hingga saat ini. penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang Y.B. Mangunwijaya dalam novel Burung-burung Manyar merupakan salah satu oontoh perubahan penggunaan sudut pandang yang menunjuk ke masa kini.
Novel ini menarik untuk diteliti karena sudut pandang berganti-ganti yang digunakan pengarang dalam novel tersebut. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti peran sudut pandang bagi keberhasilan Burung-Burung Manyar sebagai sebuah karya sastra. Sebagai penelitian awal mengenai sudut pandang yang masih sangat jarang dilakukan orang, dapatlah kiranya skripsi ini dipandang sebagai umpan para peminat sastra untuk meneliti masalah sudut pandang lebih jauh lagi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
1978
RB 01 M 314
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabariati Rahardjo
"Bahasa merupakan alat yang ampuh dalam berkomuni_kasi. Dengan bahasa seseorang mampu menyampaikan pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, harapan dan sebagainya kepada sesamanya. Segala kegiatan manusia akan lumpuh tanpa bahasa. Bahasa dibuat oleh dan untuk manusia. Itulah sebabnya maka pembentukan bahasa erat hubungannya dengan perorangan, masyarakat dan alam sekitar manusia yang mem_bentuk dan menggunakannya. Dan itu pula sebabnya di dunia ini terdapat berbagai bahasa (Poerwadarminta, 1979: 5).Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu, dan hal inilah antara lain yang menyebabkan terjadinya komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain yang berada di luar lingkungan masyarakatnya masing-masing. Namun demikian komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, karena tidak semua orang menguasai bahasa yang lain di samping bahasanya sendiri. Di sinilah pentingnya pekerjaan menerjemahkan. Karena dengan menbaca suatu karya terjemahan yang baik, kita akan lebih cepat memahami kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakang masing-masing"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S13410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990
LA 499.2 I 300
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widya F. Suratmas
"Berdasarkan hasil analisis pada bab terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mendapatkan terjemahan yang baik, KGR BSu tidak selalu harus diterjemahkan menjadi KGR juga dalam BSa. Struktur kalimat BSu dapat dipakai dalam BSa dengan tidak menimbulkan ketidakwajaran atau kekakuan. Jenis KGR yang terdapat dalam kelompok ini ialah who, which, dan that, yang mempunyai peran subjektif dalam klausa relatif; which yang mempunyai peran objektif dalam klausa relative yang kata kerjanya berbentuk pasif; where; dan KGR dengan konstruksi preposisi + KGR yang dapat disamakan dengan KGR where karena menunjukkan tempat juga. Who, which dan that diterjemahkan menjadi KGR yang, sedangkan where dan preposisi + KGR, yang dapat disamakan dengan KGR where, diterjemahkan menjadi KGR di mana atau tempat_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Syamsuddin
"Pungutan merupakan salah satu masalah sosiolinguis_tik yang telah banyak dikaji orang. Itu karena masalah pungutan erat kaitannya dengan komunikasi manusia. Pu_ngutan atau sera-pan bisa berupa kata, kelompok kata (kalimat) , istilah atau unsur-unsur bahasa asing lain_nya.Suatu bahasa dikatakan memungut atau menyerap unsur_-unsur dari bahasa lain, apabila bahasa tersebut secara sengaja atau tidak telah menggunakan unsur-unsur asing asing itu di dalam kegiatan berbahasanya. Orang-orang yang memiliki kemampuan berbahasa lebih dari satu inilah yang disebut sebagai dwibahasawan (Samsuri, 1987:55). Gejala pungutan bagi Para ahli bahasa sudah dianggap sebagai gejala yang wajar terjadi pada. semua bahasa yang masih hidup, artinya bahasa itu masih dipergunakan oleh para penuturnya. Begitu pula halnya dengan bahasa Jawa, sebagai salah satu bahasa di Indonesia yang mempunyai jumlah penutur mayoritas. Oleh sebab itu, anabila penelitian mengenai pungutan dalam bahasa Indonesia telah banyak dilakukan orang, lain halnya dengan pungutan dalam bahasa Jawa. Jadi, dalam konteks inilah skripsi ini dibu_at. Tujuan skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana proses penyesuaian unsur-unsur bahasa asing tersebut. Se_hingga nantinya dihasilkan suatu kesimpulan mengenai bunyi_-bunyi apa saja yang mengalami perubahan. Untuk mengumpulkan kata-kata pungutan tersebut, penu_lis menggunakan beberapa kamus Jawa, di antaranya kamus Baoesastra Djawa karya W.J.S. Poerwadarminta. Alasan pe_milihan kamus ini yakni karena. Dari sekian banyak kamus bahasa Jawa yang ada, kamus inilah yang memuat paling ba_nyak kata pungutan. Selain itu, kamus ini pun langsung me_nyebutkan sumber kata pungutan tersebut. Untuk meneliti gejala penyesuaian kata pungutan itu, digunakan metode penelitian deskriptif struktural, yaitu dengan membandingkan struktur fonem bahasa Belanda dengan bahasa Jawa, dan kemudian dicari fonem-fonem tertentu yang mengalami penyesuaian. Ternyata dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, kata-kata pungutan yang berasal dari bahasa Belanda ini paling tidak telah mengalami tiga (3) proses penyesuaian fonem, yakni penggantian fonem, penambahan fonem dan penghilangan atau pelesapan fonem."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyani Buditjahja
"Bahasa pada hakekatnya adalah alat komunikasi yang paling utama bagi kehidupan manusia. Bahasa timbul, sesuai dengan kebutuhan manusia di dalam hidupnya dan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dan hewan. Hanya dengan perantaraan bahasa lah orang dapat mengungkapkan jalan pikirannya ke_pada sesamanya dan di saat lain mencoba untuk mama_hami apa yang diungkapkan oleh orang lain kepadanya. seluruh aspek kehidupan manusia tak mungkin dapat berjalan dengan semestinya tanpa pemakaian bahasa. Dengan kata lain di dalam segala aktivitasnya dan terutama sekali di dalam kehidupan bermasyarakat, orang seluruhnya bergantung pada penggunaan bahasa (Samsuri, 1976:2). Oleh karena setiap individu tidak terlepas dari kehidupan kelompok atau masyarakatnya masing-masing, dan setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan pengalaman hidup, maka sudah pada tempatnyalah apabila dikatakan bahwa bahasa di dunia berbeda-beda, dalam arti masing-masing mempunyai ciri khas dan keunikannya sendiri-sendiri. Meskipun demikian, perbedaan itu tak perlu dianggap sebagai suatu kesulitan komunikasi yang tak dapat_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S14122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Waluyo
"Burung-bur ung Manyar (BBM) and Durga Umayi (DU) show several similarities and differences in expressing social moralities. The development of moralities is originated from the position of the palace as the social patron (BBM). Meanwhile, in DU patriarchal moralities are originated from the Javanese, Hindu and Semitic culture.
Larasati tries to liberate Mrs. Naya and Mrs. Ranu from the oppression of feudalistic moralities with her egalitarian attitude (BBM). Meanwhile, DU states that the national ideology functions as the human liberation from the oppression of feudalistic morality.
Indonesian military is on the opposite of the Dutch-Indies, however, both use violence to monopolize the truth. Both the military groups regard the "evil-virtue" value from their position as "friend and foe" criteria.
Teto and Atik along with the peasants launch the criticism against the authoritarian commanding morality. It is evoked on the text that the woman is in the most oppressed position of this morality (BBM).
The minor characters, which belong to the Javanese ethnic tribe, come from the low social stratification. They are morally oppressed by the evidence that they believe in commanding morality as taught in the Javanese ethics. The morality of a knight is shown by Teto and Brajabasuki, meanwhile the humanistic morality is shown by Sutan Sjahrir. DU test shows that the genetic morality is developed by the New Order. Giving the nickname PKI ( the member of Indonesian Communist Party), the new order successfully "killed" one's destiny.
Both BBM and DU shows Mangunwijaya craftsmanship in his attempt to point forward the genetic morality criticism toward his society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T10180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>