Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febrina Ika Shinta
"Dalam hidup bermasyarakat, manusia berkomunikasi melalui Bahasa yang berfungsi sebagai alat pergaulan dan perhubungan sesama manusia Perbedaan kelas sosial yang ada di masyarakat menyebabkan timbulnya perbedaan cara berkomunikasi karena masing-masing individu memiliki harga diri yang harus dijaga Jack dan Rose, dua tokoh utama film drama Titanic, berasal dari kelas sosial yang berbeda Hubungan mereka yang awalnya perkenalan biasa meningkat menjadi hubungan pertemanan, dan kemudian kekasih. Pada awal hubungan, Rose lebih sering merasa superior karena status sosialnya yang lebih tinggi dari Jack, demikian juga Jack yang merasa inferior. Dari perasaan tersebut, mereka merasa harus saling menjaga harga diri dalam hal ini disebut muka mereka dalam berkomunikasi.
Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui penggunaan strategi Tindak Ujar Pengancam Muka (Face Threatening Act) oleh Jack dan Rose dan bagaimana perkembangan frekuensi penggunaan strategi tersebut sejalan dengan perkembangan hubungan mereka- Penelitian ini menggunakan Teori Tindak Ujar Pengancam Muka (Face Threatening Act Theory) aleh Brown and Levinson (1978).
Setelah dilakukan analisis terhadap 40 data yang berupa potongan dialog antara kedua tokoh, diketahui bahwa terjadi perubahan frekuensi penggunaan strategi Tindak Ujar- Pengancam Muka oleh kedua tokoh yang disebabkan oleh semakin pudarnya rasa superior dan inferior di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S13941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Herti Afriani
"Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu pertama mendeskripsikan dan menjelaskan strategi kesantunan yang digunakan oleh Presiden George Walker Bush sepanjang tahun 2006; kedua, mengidentifikasi pertalian antara strategi kesantunan yang digunakan Presiden Bush dan implikaturnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan ancangan pragmatik. Ancangan pragmatik digunakan untuk menganalisis bagaimana tuturan tersebut memengaruhi penutur dan petuturnya di dalam komunikasi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Presiden Bush di dalam teks pidato politik berbahasa Inggris menggunakan empat strategi dari lima strategi yang dirumuskan Brown dan Levinson, yaitu strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi (BTTB); bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (BTBKP); bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif (BTBKN), dan bertutur secara samar-samar (BS).
Secara keseluruhan, strategi yang paling sering digunakan adalah strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (62, 96 %) karena Presiden Bush ingin menunjukkan penghargaan, rasa solidaritas, simpati, dan persahabatan serta kcinginan yang sama.Tujuannya adalah untuk mempertahankan stabilitas di antara sesama sehingga dapat terjalin persahabatan dan kedekatan diantara Presiden Bush dengan mitra tutur baik di dalam maupun di luar negeri. Pertalian strategi bertutur ini dengan implikaturnya, yaitu strategi bertutur dengan menggunakan strategi BTTB, BTBKP, BTBKN, dan BS (sarat dengan kesantunan) memiliki implikatur yang kuat, artinya petutur dari Presiden Bush bisa memahami maksud tuturan Presiden Bush.
Selain itu, tuturan Presiden Bush mengandungi efek kontekstual yang banyak, yang diperoleh dengan mengeluarkan usaha paling sedikit atau dengan waktu paling pendek. Secara politis, dalam urusan dalam negeri, tuturan Presiden Bush memiliki maksud meminta dukungan, dan memengaruhi petutur. Ia juga ingin menunjukkan bahwa kebijakannya sesuai dengan kepentingan rakyat Amerika Serikat. Dalam urusan luar negeri, tuturannya menginfonnasikan bahwa is sebagai Presiden dari sebuah negara adidaya memiliki kebijakan yang ditujukan untuk kebaikan seluruh manusia di dunia.

This research has two aims: firstly to describe and elaborate President George Walker Bush's politeness strategies during 2006; secondly to identify the relation between the strategy and its implicatures. This research is a qualitative with pragmatic approach. This approach is adopted to analyze how an utterance can influence the speakers and hearers in a communication.
The result shows that the English texts of President Bush's politics speeches adopted four of the five strategies formulated by Brown and Levinson. Those strategies are direct language without compliments or bald on record without redressive action (BTTB), direct language with positive politeness or FTA on record with redressive action (BTBKP), and direct language with negative politeness or FTA on record with redressive action (BTBKN), and FTA of record (BS) strategics.
Overall, President Bush mostly adopted direct language with positive politeness strategy (62. 96%) to show the hearers his appreciation, sense of solidarity, sympathy and friendship as well as common intention. His aim is to maintain the stability among conversational participants in order to form friendship and establish close relations with the hearers both domestically and internationally. The relations of those strategies, i.e. the strategies using BTTB, BTBKP, BTBKN, and BS (politeness laden) have strong implicature. This suggests that the hearers understand the meaning of President Bush's speeches.
In addition, his speeches contain many contextual effects with minimum efforts or shortest time. Politically, in his domestic policy, Presiden Bush's speeches have a meaning to get support, and influence the hearers. He also needs to show that his policy is appropriate with United States's needs. In his international policy, his speeches inform that he has a beneficial policy which is purposed for all persons in the world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T25185
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kwok, Melinda
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi melindungi muka yang dilakukan seorang penutur dalam situasi konflik, serta membuktikan ada tidaknya pengaruh tingkat solidaritas terhadap pemilihan strategi melindungi muka. Metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan, dengan sumber data drama A Doll's House. Analisis dan kesimpulan dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika seorang penutur mengalami keterancaman muka dalam suatu konflik, ia akan melakukan strategi melindungi muka. Kecenderungan pertama adalah kembali menyerang muka lawan bicara, kedua adalah mempertahankan muka sendiri, dan yang ketiga ialah menjatuhkan muka sendiri tanpa perlawanan. Selain itu, disimpulkan bahwa tingkat solidaritas diantara peserta percakapan tidak berpengaruh terhadap pemilihan strategi melindungi muka seseorang. Strategi tersebut ternyata lebih dipengaruhi oleh konteks peristiwa tutur dan karakter seorang penutur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S14021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Kristanto Baskoro
"Penelitian ini berisikan telaah mengenai penggunaan strategi tindak tutur pengancam muka, maksim percakapan dan aspek solidaritas yang terdapat dalam film Schindler’s List. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan keterkaitan tiga aspek tersebut satu sama lainnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Pertama, intensitas penggunaan strategi tindak tutur pengancam muka yang semakin berkurang melambangkan adanya perubahan kekuasaan tinggi menjadi rendah atau hilang. Kedua, strategi bald on record menjadi strategi yang melambangkan kekuasaan yang tinggi pada tokoh Schindler. Sedangkan strategi negative redressive action menunjukkan kekuasaan yang rendah seperti pada tokoh Itzhak Stern. Ketiga pelanggaran maksim dalam strategi face threatening act mengindikasikan adanya kendali dalam sebuah tuturan. Temuan pertama dalam penelitian ini menunjukkan intensitas penggunaan strategi tindak tutur pengancam muka berkurang ketika kekuasaan mulai memudar. Kedua sesuai dengan hipotesis awal yaitu strategi bald on record menjadi strategi dominan pada Schindler. Strategi negative redressive action merupakan strategi yang paling sering digunakan oleh Stern. Temuan ketiga adalah pelanggaran maksim kualitas pada Schindler sebagai bentuk kendali tuturannya terhadap Stern.

This research contains of analysis between three studies which are face threatening act, conversational maxim, and power & solidarity aspect. The aim of this research is finding a correlation between those studies. Firstly, hypothesis in this research is the intensity of face threatening acts strategies reflects deflation of the level power and solidarity. Secondly, bald on record strategy will be the dominant strategy which is often used by Schindler as a powerful man. Negative redressive action will also be dominant strategy which is used by Itzhak Stern as a powerless man. Thirdly, maxim violation in doing face threatening act strategy indicates a control to production of speech. The result shows us three main points. Firstly, decreasing the intention of face threatening act is happened at the same time while the level of power also depressed. Secondly, bald on record is the most used strategy by Schindler. Last result shows maxim violations which is done by Schindler become an access to control a speech."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Kartika
"ABSTRAK
Pada hakekatnya, bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan yang sifatnya universal, yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini. Setiap manusia mutlak memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Seperti dikatakan oleh Nababan (1991: 48), tanpa komunikasi tidak ada masyarakat. Masyarakat, yang merupakan sistem sosial bagi manusia, bergantung pada komunikasi kebahasaan. Tanpa bahasa, sistem kemasyarakatan manusia akan mustahil ada, dan kemanusiaan pun akan lenyap,sosial di antara penggunanya. Seorang pengguna bahasa wajib mengetahui hal ini; ia harus tahu bagaimana cara menggunakan bahasa, sehingga pesan yang ingin ia sampaikan dapat tersampaikan dengan sempurna, dan hubungan antara dirinya dengan sesamanya pun tetap terpelihara dengan baik. Chomsky, seorang tokoh linguistik yang berangkat dari filsafat ilmu rasionalisme, menyusun sebuah teori linguistik yang diharapkannya dapat mencapai suatu generalisasi mengenai bahasa yang sangat umum dan menyeluruh. la kemudian melahirkan istilah competence yang mengacu kepada kemampuan manusia untuk menghasilkan rangkaian-rangkaian kalimat yang tidak terbatas berdasarkan sejumlah aturan yang terbatas, dan performance yang mengacu kepada penampilan kemampuan berbahasa manusia di dalam situasi yang konkret (Chomsky, 1965).

"
1996
S14249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Ardiani
"Pada setiap peristiwa komunikasi, penyerta komuni_kasi yang rasional selalu berusaha untuk menjaga diri dari kemungkinan kehilangan muka/harga diri. Untuk menjaga kemungkinan kehilangan muka, pada saat-saat tertentu penyerta korunikasi akan inenggunakan strategi yang dapat memperkecil kemungkinan kehilangan muka tersebut. Strategi yang dibahas dalam skripsi ini adalah strategi ujaran pengancam muka dengan pelunakan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah memerikan tipe tipe ujaran yang bagaimana yang dikeluarkan oleh penu_tur sehubungan dengan tujuan yang hendak dicapainya, dan apa usahanya untuk memperkecil kemungkinan kehi_langan muka, serta maksim-maksim apa raja dari prinsip kerja sama Grice yang dilanggarnya. Dari hasil analisis diternikan bahwa ujaran pengancam muka dengan pelunakan dilakukan atas dasar per-timbangan kesopanan, dan dilakukan bukan semata-mata untuk menyampaikan informasi kepada lawan bicara, mela_inkan juga untuk menjaga hubungan sosial di antara penyerta komunikasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S14231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Ifkar
"Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works dapat ditelaah melalui Tindak Ujaran Pengancam Muka (Face Threatening Acts), khususnya yang digunakan oleh Wills. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan statistika, yaitu pendekatan yang didasari atas intuisi terhadap teks yang akan dianalisis, kemudian dikumpulkan data-data kongkret yang mendukung intuisi tersebut. Tujuan skripsi ini adalah membuktikan asumsi (intuisi) penulis bahwa perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works tersebut dapat ditelaah melalui Ujaran-ujaran Pengancam Muka (FTA) yang digunakan oleh Wills. Teori yang digunakan adalah Analisis Wacana, Teori Tindak Ujaran, Prinsip Kerja Sama, dan Teori Kesantunan Bahasa. Dari hasil analisis ditarik suatu kesimpulan bahwa perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works dapat ditelaah melalui Ujaran-_ujaran Pengancam Muka, khususnya Ujaran Pengancam Muka Apa Adanya dengan Kesantunan Negatif yang digunakan oleh Wills. Dengan demikian, asumsi penulis terbukti benar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahdiah
"Tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang memerintahkan seseorang supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan seseorang berbuah sesuatu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan stategi melarang dalam bahasa Banjar dengan analisis kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Sumber data bersifat lokasional, yaitu tempat data dibuat dan digunakan oleh penutur berupa bentuk tuturan melarang di lingkungan keluarga Banjar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan angket. Teori yang digunakan untuk analisis data kesantutan berbahasa yang dikemukakan Leech. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada enam strategi melarang dalam bahasa Banjar.. yaitu melarang dengan terus terang, melarang dengan basa-basi, melarangan dengan tuturan tidak langsung, melarang dengan pujian, melarang dengan permintaan maaf, melarang dengan alasan. Keenam strategi yang digunakan tersebut merupakan menerapkan prinsip kesantunan dan melanggar prisip kesantunan."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mardianus
"Dalam melakukan tindak tutor, seorang penutur tidak hanya bermaksud menyampaikan suatu ha!, tetapi dapat juga bermaksud untuk mempengaruhi pendengar. Maksud penutur terwujud dalam ujaran yang memiliki fungsi beragam, baik itu sebagai permintaan, perintah, pujian, penghinaan, dan sebagainya, tergantung dari konteks dan koteks ujaran. Ujaran yang dibahas pada skripsi ini adalah ujaran yang berfungsi sebagai perintah, atau ujaran dengan daya ilokusioner direktif, yang mempunyai tujuan untuk membuat lawan bicara melakukan sesuatu.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari penyebab kegagalan ujaran direktif dalam memperoleh tujuannya. Sebagai bahan perbandingan untuk mencari penyebab kegagalan, disertakan ujaran direktif yang berhasil memperoleh tujuannya.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa penyebab utama kegagalan pemerolehan tujuan ilokusioner direktif adalah tidak setujunya pendengar dengan apa yang diperintahkan penutur. Sebab-sebab lainnya adalah sikap penutur yang kurang simpatik di mata pendengar, seperti egois, tidak mau menghargai orang lain, dan selalu memaksakan kehendak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyami
"This article discusses face threatening act (FTA) performed by KBJ VI participants. The FTA is a less tolerance utterance that makes a speaking partner feels ashamed and displeased so that it may annoy harmony and friendship. There are three research questions 1) what kind of speech act which tends to threat face as used by KBJ VI participants, 2) how far is the level of politeness of an uttereance containing FTA, and 3) how the speaking partner responds the FTA speech act. The data sources were any speeches or utterances who were officially delivered by the selected samples in the KBJ agenda. These speeches and utterances were recorded then they were categorized, and finally selected in accordance with the purpose of the research. The results of the research show that basically FTAs are not in accordance with the Javanese politeness where one should always make other people happy the basis of solidarity making."
D.I. Yogyakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018
400 JANTRA 13:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>