Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tuti Kurniati
"Tutur makian adalah suatu cara untuk mengungkapkan perasaan, misalnya rasa marah dengan menggunakan kata-kata makian tertentu. Dalam skripsi ini penulis tertarik untuk membuat suatu perbandingan konotasi leksem hewan dalam tutur makian bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konotasi dalam dua bahasa tersebut. Untuk mendapatkan banyak informasi, penulis menggunakan komik dan kamus, dan melakukan interview dengan penutur asli bahasa Indonesia dan Perancis. Data dianalisis dalam dua tahap yaitu pada tahap perta_ma adalah analisis konotasi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan asosiasinya dengan acuan. Hasil analisis tersebut adalah, pertama konotasi yang sama dimiliki oleh leksem hewan yang sama, kedua konotasi yang sama dimiliki oleh leksem hewan yang berbeda. Dan ketiga konotasi yang berbeda dimiliki oleh leksem hewan yang berbeda pula.
Dari analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat konotasi yang berbeda dalam leksem hewan dalam tutur makian bahasa Indonesia dan bahasa Perancis. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan bahasa sesuai dengan latar belakang kebudayaan masing-masing penutur bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
"Perpaduan leksem merupakan masalah yang sangat penting dalam bahasa Indonesia. Dipandang dari sudut praktis, tampak bahwa dalam bidang ini kreativitas dalam bahasa menunjukkan peranannya, karena dengan makin kom_pleksnya kehidupan masyarakat bahasa Indonesia memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan pelbagai konsep yang terus-menerus bermunculan. Pengungkapan konsep dengan perpaduan leksem jauh lebih umum dan lebih mudah daripada dengan penciptaan leksem tunggal yang baru sama sekali. Penciptaan leksem tunggal menuntut daya kreativitas yang tinggi, dan bila bahasawan sanggup memuncul_kan leksem tersebut, is masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi dan tebal supaya ciptaannya itu dapat dipahami, dan diterima oleh masyarakat bahasa. Perhatikan, misalnya, kata anda yang terpakai sejak tahun 1957 dan yang memang benar telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi belum menyederhanakan sistem tutur sapa sebagaimana dimaksud oleh pengusulnya. l) Kebalikannya dengan perpaduan leksem yang dipergunakan untuk mengungkapkan konsep-konsep baru: bahasawan tinggal menggali potensi yang ada dengan pelbagai cara memperkenalkannya ke tengah masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1814
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Yogyakarta: Kanisius, 1988
499.251 HAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Octaviana
"Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah apa dan bagaimana padanan presentatif bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia. Konsep-konsep yang digunakan dalam analisis terbagi atas wawasan terjemahan dan wawasan sintaksi. Wawasan terjemahan meliputi konsep perpadanan, pergeseran dan probabilitas perpadanan. Wawasan sintaksi mencakup konsep hierarki sintaksi, presentatif bahasa Perancis dan fungsi-fungsi sintaksi bahasa Indonesia. Korpus yang berhasil dikumpulkan berjumlah 321 kalimat yang terdiri atas 7 kalimat yang mengandung presentatif voila, 8 kalimat yang mengandung presentatif voici, 157 kalimat yang mengandung presentatif il y a, 112 kalimat yang mengandung presentatif c;est dan 37 kalimat yang mengandung presentatif il est. Setelah melakukan analisis terhadap korpus yang terkumpul, penulis berkesimpulan bahwa meskipun sistem dan istilah presentatif tidak terdapat dalam bahasa Indonesia namun hal tersebut tidak menghambat penerjemahan presentasif bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia. Mayoritas padanan presentatif voila dan voici dalam bahasa Indonesia adalah demonstrativa ini/inilah. Mayoritas padanan presentatif il y a dalam bahasa Indonesia adalah verba yang ada. Presentatif c'est sebagian besar berpadanan dengan partikel -llah di dalam bahasa Indonesia, sedangkan mayoritas padanan presentatif il est dalam bahasa Indonesia adalah padanan nil. Sebagian besar padanan formal (59,83%) presentatif bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia mengisi fungsi predikat dalam kalimat bahasa Indonesia. Pergeseran struktur kalimat merupakan pergeseran yang paling banyak terjadi dalam penerjemahan presentatif bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V. Ronauli Ilyawati
"Setiap bahasa mempunyai system semantis yang berbeda. Yang dibahas dalam sistem semantis ini antara lain medan makna. Medan makna suatu unsur leksikal dalam bahasa yang satu memang jarang sekali yang identik dengan medan makna unsur sejenis dalam bahasa lain. Adanya perbedaan medan makna antara unsur leksikal dan padanannya merupakan titik tolak penelitian ini. Selain perbedaan medan makna, masalah lain yang akan dibahas adalah teknik penerjemahan dan sifat padanan. Karena penelitian ini berfokus pada adanya perbedaan medan makna dalam sebuah karya terjemahan maka sejumlah konsep mengenai semantik dan terjemahan digunakan sebagai dasar penelitian.
Data yang berhasil dikumpulkan berjumlah 61 buah. 24 buah di antaranya termasuk dalam kategori semantis objek sedangkan sisanya, yaitu 37 buah termasuk dalam kategori semantis peristiwa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan medan makna antara BI dan BP disebabkan oleh faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan matari1 (2 data), kebudayaan sosial (3 data), religi (3 data) dan bahasa (4 data). Sebab lainnya adalah masalah pilihan kata, maksudnya dalam sejumlah data penerjemah memilih unsur leksikal yang bermedan makna luas sebagai padanan unsur leksikal yang bermedan makna sempit.
Dilihat dari teknik penerjemahan, sebagian besar teknik yang ditempuh adalah modulasi sebagian untuk keseluruhan dan jumlahnya mencapai 38 buah atau 62,2%. Sisanya terbagi dalam padanan berpenjelasan 11 data, modulasi dinamis-statis 1 data, modulasi wadah isi 1 data dan modulasi 10 data.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa, walaupun ada perbedaan medan makna antara unsur leksikal BP yang dipadankan dengan unsur leksikal BI, sebagian besar merupakan padanan memadai. Yang lainnya adalah padanan kurang memadai 7 buah dan padanan tidak memadai 5 buah."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S14536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risnowati Martin
"ABSTRAK
Bahasa yang merupakan alat komunikasi digunakan oleh anggota masyarakatnya untuk saling berhubungan, mengemukakan gagasan dan menyampaikan pesan. Dengan kemajuan teknologi modern dewasa ini, minat manusia terhadap perkembangan dunia menjadi besar. Dengan menguasai lebih dari satu bahasa maka seseorang akan mempunyai pengetahuan yang semakin luas, karena ia dapat berhubungan dengan anggota masyarakat bahasa lain yang dikuasainya.
Kosakata suatu bahasa dapat bertambah melalui proses morfologis atau morfosintaktik. Salah satu proses yang terjadi adalah proses komposisi. Dalam bahasa Indonesia dikenal ungkapan membanting tulang yang bermakna "bekerja keras" atau berkerat rotan "memutuskan hubungan". Demikian juga dalam bahasa lain, bahasa Perancis misalnya, dikenal ungkapan coup d'etat yang berarti "perebutan kekuasaan".
Sintem komposisi terbentuk melalui proses penggabungan dua monem atau lebih. Setiap gabungan mempunyai monem yang merupakan unsur pusatnya. Makna yang dikandung sebuah sintem komposisi merupakan suatu kesatuan makna yang tidak dapat dipilah-pilah lagi. Hal ini sering menimbulkan masalah bagi pemakai bahasa itu, bahasa yang bukan merupakan bahasa ibunya.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari makna sintem komposisi bahasa Perancis. Langkah pertama adalah mengumpulkan ungkapan bahasa Perancis dari berbagai sumber data. Kemudian dilakukan analisis semantik pada ungkapan-ungkapan yang terkumpul untuk melihat kaitan makna baru dengan makna monem pembentuknya. Ungkapan yang dapat dikumpulkan berjumlah 596 buah, 403 ungkapan merupakan idiom sebagian, masih ada keterkaitan makna dengan makna monem pembentuknya, dan selebihnya -193 ungkapan- adalah idiom penuh karena tidak dapat keterkaitan makna dengan makna monem pusatnya. Langkah terakhir adalah mencarikan padanannya dalam bahasa Indonesia."
Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya-LPUI Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Juniarti
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi mengenai padanan pemarkah tujuan BP dalam BI. Masalah-masalah yang diteliti adalah padanan pemarkah tujuan BP dalam BI ditinjau dan segi bentuk dan makna, pergeseran yang terjadi dan probabilitas perpadanannya. Pemarkah tujuan yang diteliti dibatasi pada pemarkah tujuan BP yang berupa konjungsi dan preposisi. Teori-teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori-teori penerjemahan, meliputi konsep perpadanan dalam penerjemahan, pengertian padanan nil dan zero, pergeseran, dan probabilitas perpadanan; konsep mengenai satuan-satuan gramatikal dan pemarkah tujuan baik dalam BP maupun BI. Pemarkah tujuan yang diperoleh sejumlah 490 buah, terdiri atas PT BP berupa konjungsi atau preposisi yang berfungsi seperti konjungsi sebanyak 411 buah dan berupa preposisi sebanyak 79 buah. Dari analisis, terlihat bahwa berdasarkan bentuknya, PT BP mendapat padanan PT BI berupa preposisi dengan persentase 55%, PT BI berupa konjungsi dengan persentase 19%, bukan PT Bl dengan persentase 10%, zero dengan persentase 8%, dan PT Bl berupa unsur-unsur leksikal juga dengan persentase 8%. Dilihat dari nuansa maknanya PT BP yang bernuansa makna tertentu (sebanyak 44 buah) mendapat padanan PT BI dengan nuansa makna yang sama dengan persentase 34%, PT Bl yang tidak mengandung nuansa makna tertentu dengan persentase 27%, bukan PT BI juga dengan persentase 27%, dan PT BI dengan nuansa makna yang berbeda dengan persentase 11%. Dengan demikian, hampir separuh nuansa makna yang terkandung dalam PT-PT tersebut teralihkan ke dalam El. Jenis-jenis pergeseran yang ditemui adalah pergeseran tataran sebanyak 39 buah, pergeseran satuan sebanyak 17 buah, dan pergeseran kelas sebanyak 108 buah. Dari jumlah pergeseran tersebut, terlihat bahwa dalam penerjemahan PT BP ke dalam BI ini banyak terjadi penyimpangan kesejajaran bentuk karena yang lebih diutamakan adalah perpadanan dinamis. PT BI yang paling tinggi tingkat pemunculannya adalah konjungsi supaya dan preposisi untuk. Perhitungan probabilitas yang mendekati absolute certainty atau yang hasil perhitungannya mendekati 1 adalah padanan untuk bagi preposisi pour, yaitu 0.67. PT BI cukup bervariasi juga, hanya karena penggunaannya terbatas, maka pemunculannya tidak terlalu tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondakh, Sonya
"Masalah pokok yang diutarakan dalam skripsi ini adalah Filsafat Kebersamaan Gabriel Marcel (G.Marcel's Philosophy of Communion). Nenurut Marcel manusia itu berorientasi pada kebersamaan ontologis (ontological communion). Manusia akan merasa tidak lengkap atau utuh dan mengalami frustrasi bila disendirikan atau mengurung diri lepas dari keberbarengan dengan sesamanya. Ini adalah teristimewa nyata bagi manusia yang sadar diri, yang dalam dirinya terkandung tuntutan-tuntutan on_tologis akan pemenuhan, akan transendensi, akan keutuhan bersama. Namun manusia itu juga bebas dan karenanya bisa saja memilih menutup diri terhadap dorongan-dorongan dan harapan-harapan akan partisipasi intersubyektif dengan alam semesta, dengan sesamanya dan dengan Tuhan. Menurutnya berada itu berpartisipasi dalam keberadaan, atau Ada selalu berarti ada bersama (Ease est co-ease). Jadi pilihan yang dihadapi manusia adalah terpisah mengurung diri atau melibatkan diri, bercampur bersama dengan lainnya. Karena diri dan dengan siapa diri itu berpartisipasi tidak bisa dipisahkan, maka berarti manusia itu secara organik dengan alam dan begitu pula alam itu secara or_ganik dengan manusia. Dengan perkataan lain partisipasi adalah dasar bagi pengalaman eksistensi manusia. Kebersamaan (communion) merupakan kenyataan yang dinamis, dimana person-person dalam seluruh kehidupan konkritnya saling memberikan, saling mengisi, saling ada di dalam yang lain, se_hingga bersama mewujudkan realitas baru yang merupakan partisipasi dalam suatu kenyataan yang lebih tinggi; aku dan kau menjadi suatu kesatuan baru yang tidak bisa terpisah menjadi dua bagian. Kebersamaan (communion) adalah kehadiran (presence) yang tercapai sepenuhnya. Hanya karena manusia tetap terbuka bagi yang lain dan secara aktif tetap hadir baginya, kebersamaan (communion) bisa menjadi kenyataan. Dalam hal kebersamaan (communion) Marcel menjelaskan, bahwa penghalang utama bagi terpenuhinya kebersamaan adalah kecen_derungan untuk mengobyektivikasi, karena tindakan ini mengandung kekuatan yang memecah-mecah. Untuk mendalami ini diperlukan pengertian perbedaan antara problem dan misteri. Menurut Marcel problem itu dijumpai pada pertanyaan mengenai obyek yang eksterior bagiku dan tidak memperdulikan saya. Sedangkan misteri menyangkut perjumpaan dengan realitas yang mencakup subyek yang sedang mencari atau mempertanyakan. Kebersamaan bisa tercapai karena orang monghormati misteri. Filsafat Marcel adalah terbuka_ artinya seraya filsafat_nya mengarah ke kematangan dalam komunitas lewat kebersamaan asli. Filsafatnya itu mengharap mendapat kesempurnaan lebih lanjut dari dialektika cinta kasih dari atas yang mengalir dari Yang Absolut ke dalam manusia dan lingkungan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang religius ia selalu berhasrat menolong masyarakat dari atomisasi dan kolektivitas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Sabina
"ABSTRAK
Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini memiliki sifat unik sekaligus universal. Sifat unik bahasa menyebabkan perbedaan antarbahasa dan sebaliknya sifat universal memungkinkan adanya persamaan antarbahasa. Bertitik tolak dari kenyataan ini, penulis tertarik untuk mencari persamaan dan perbedaan bentuk dan posisi (dalam frase nominal) adjektiva kualifikatif antara bahasa Perancis (BP) dan bahasa Indonesia (BI). Untuk itu, dilakukan analisis dengan suatu metode yang disebut analisis kontrastif.
Untuk melakukan penelitian ini, konsep-konsep yang digunakan, yaitu satuan-satuan gramatikal dan adjektiva kualifikatif diancang dari teori distributional.
Setelah mendapat hasil analisis kontrastif 2 sistem adjektiva kualifikatif, diketahuilah persamaan dan perbedaan yang ada pada kedua sistem itu. Gambaran yang diperoleh dari perbandingan BP dan BI adalah bahwa dari segi bentuk adjektiva kualifikatif BP dan BI lebih banyak persamaan daripada perbedaannya, yaitu: (1) Masing-masing memiliki adjektiva kualifikatif yang berbentuk morfem, sistem derivasi dan sistem komposisi. Perbedaan, satu bentuk dalam BP tidak selalu sama dalam BI. (2) Pada masing-masing adjektiva kualifikatif umumnya berbentuk morfem. Bentuk yang jarang ditemui adalah bentuk sintem komposisi BP dan bentuk sintem derivasi BI. (3) Masing-masing memiliki adjektiva kualifikatif bentuk sintem derivasi yang terbentuk dari hasil derivasi nomina dengan sufiks; bentuk sistem komposisi yang terbentuk dari penggabungan adjektiva kualifikatif dengan adjektiva kualifikatif atau adjektiva kualifikatif dengan nomina. Perbedaannya, bentuk sistem derivasi BI tidak dapat terbentuk dengan prefiks dan pelekatan sufiks hanya dapat pada nomina, sedangkan dalam BP, sufiks dapat dilekatkan pada verba atau adjektiva kualifikatif. Dalam BP bentuk sistem komposisi dapat terbentuk dari preposisi dan nomina, sedangkan dalam BI tidak dapat.
Dari hasil pembandingan posisi adjektiva kualifikatif BP dan BI dalam frase nominal, diperoleh gambaran oleh adalah bahwa lebih banyak perbedaannya daripada persamaannya: (1) Persamaan terletak pada posisi sesudah nomina. Dalam BP dan BI, struktur yang dihasilkan pada posisi itu adalah Determinator-Nomina-Modifikator (D-N-M). Perbedaannya, dalam BP, adjektiva kualifikatif tidak dapat ditempatkan pada posisi sebelum nomina; kecuali pada kasus adjektiva kualifikatif mantan. Struktur yang dihasilkan pada posisi itu adalah D-M-N. (2) Perbedaan yang lain adalah bahwa adjektiva kualifikatif BP tertentu memiliki kemungkinan menempati posisi sebelum dan sesudah nomina; hal yang tidak mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia. (3) Dalam BP, penempatan adjektiva kualifikatif dalam frase nominal sudah banyak yang menyimpang dari aturan; dalam bahasa Indonesia hanya satu.
Akhirnya, diharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi masukan bagi bidang pengajaran bahasa asing, penerjemahan dan linguistik.

"
1989
S14328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Cecilia Hegi
"ABSTRAK
Setiap bahasa bersifat universal dan sekaligus bersifat unik. Yang dimaksud dengan universal adalah bahwa setiap bahasa memiliki sifat-sifat umum yang ada pada bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah bahwa setiap bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Itu sebabnya bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain. Tetapi, selain ada perbedaan di antara dua bahasa, terdapat persamaan. Misalnya, leksem bahasa Francis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk dan bunyinya. Secara umum, leksem-leksem yang memiliki kemiripan bentuk dan bunyi, seperti acceptabilite-akseptabilitas, faulte-fakultas, musicalite-musikalitas dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Ternyata, makna dari leksem acceptabilite berbeda dengan makna dari leksem akseptabilitas. Untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dari leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas, digunakan anal isis komponen makna.
Dari perbandingan makna dari leksem-leksem tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak semua leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te memiliki makna yang sama dengan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya _tas walaupun memiliki kemiripan bentuk dan bunyinya. Leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas bersifat monosemis atau polisemis. Pada umumnya, leksem bahasa Prancis memiliki makna yang lebih banyak (polisemis) dibandingkan dengan leksem bahasa Indonesia. Ada beberapa leksem yang maknanya berbeda sama sekaii.

"
1990
S14430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>