Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Avant d'aborder notre etude proprement dite, il est necessaire de preciser 1'objet do notre etude et ensuite faire 1'analyse de la construction d'une phrase. Dans on livre Elements de Linguitique Generale. Martinet a constate que le noyau d'un enonce est le syntagme predicatif. Qu'est-ce qu'un syntagme predicatif ? Un syntagme predicatif est 1'unite minimum d'une phrase qui peut. A elle seul costituer le message. Cela veut dire que ce pour ce faire, deux monemes au moins sent necesscaires, don_t est le porteur du message et 1'autre en est 1'actualisateur. Voyons 1'example : Elle travaillera; travaillera actualiselle, potteur du message. Le rapport entre les deux elements principaux d'un syntagme predicatif est dit actualisation. Ces elements sent : premierement le participant actif ou passif dent 1e role est la mise en valeur, dit sujet, et predicat, un etat de chose ou un evenement sur lequel on attire l'attention. Dans Elle trvaillera,: elle est sujet travaillera est le presicat. En francais le sujet n_est pas autonome sa fonection est marqueepar marquee par sa posision par rapport au predi_"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1973
S14457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Emma L. M.
"Makian, sebagai salah satu perwujudan perasaan manusia, dapat di katakan bersi fat universal karena setiap manusia yang normal dapat dipastikan pernah marah atau pernah merasa jengkel. Bagaimanapun kuatnya seorang manusia berusaha mengendalikan diri, pada suatu saat ketika emosi memuncak, ia akan mengeluarkan 1uapan marahnya atau rasa jengkelnya dengan makian, secara sadar ataupun tidak sadar. Karena sifatnya yang universal ini, maka dapat dikatakan bahwa di dalam setiap bahasa terdapat kata-kata yang dipilih para penuturnya untuk memaki. Tentu saja pilihan kata yang digunakan untuk memaki dalam setiap bahasa berbeda-beda dan bersifat khas sesuai dengan dengan latar belakang kebudayaan bahasa itu masing-masing. Karena sifatnya yang universal sekaligus khas ini maka penulis ingin melihat padanan makian di dalam sebuah kamus dwi bahasa Indonesia-Francis (Dictionnaire General Indonesien-Francais atau DIF) mengingat bahwa sebuah kamus dwibahasa merupakan jembatan yang nenghubungkan dua masyarakat bahasa yang berbeda. Atau dengan kata lain, objek utama dalam kamus dwi bahasa adalah menerjemahkan pesan-pesan suatu masyarakat bahasa yang berhubungan dengan masyarakat bahasa lain secara memuaskan.Adapun hal-hal yang diteliti dalam skripsi ini, yang berjudul Makian dalam Kamus _Dictionnaire General Indonesien-Francais karya Pierre Labrousse_ adalah: 1. Apakah makna makian Bahasa Sumber (dalam hal ini Bahasa Indonesia) setara dengan makna padanannya dalam Bahasa Sasaran (dalam hal ini Bahasa Francis). 2. Bagaimanakah bentuk padanan makian Indonesia yang diberikan, apakah berbentuk makian juga atau berbentuk penjelasan. Untuk menganalisis ketepatan makna padanan makian digunakan analisis komponen makna dan untuk menganalisis bentuk padanan makian dilakukan dengan bantuan kamus Nouveau Dictionnaire des Injures (DI). Bila padanan makian itu terdapat dalam DI maka bentuknya makian juga; jika tidak terdapat dalam DI maka bentuknya bukan makian. Setelah mengadakan analisis data dapat terlihat bahwa: 1. Dari segi bentuk padanan, penyusun kamus DIF telah berusaha sedapat-dapatnya menyelaraskan bentuk (makian SI diberikan padanan dalam bentuk makian juga) karena 55 dari 75 data yang di teliti berbantuk makian. 2. Dilihat dari segi semantik maka padanan makian dapat di katakan masih cukup rnemadai karena 46 dari 75 data yang diteliti memiliki komponen makna yang relatif tetap. Tetapi harus disayangkan adanya 24 data yang maknanya kurang tepat dan bahkan terdapat 5 data yang maknanya tidak tepat. Sementara itu dari 29 padanan makian yang kurang memadai maknanya, 19 di antaranya dalam bentuk makian juga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penyusun kamus DIF ini lebih mementingkan segi bentuk daripada segi makna karena jumlah padanan yang berbentuk makian lebih besar (73,33X) daripada padanan yang bermakna relatif tepat (61,33%). Hal ini patut di sayangkan karena dalam kamus dwibahasa yang terpenting adalah makna agar pesan-pesan masyarakat bahasa asing tersampaikan dengan baik. Kekurangtepatan atau ketidaktepatan informasi makna makian dapat menyesatkan atau merugikan bahkan membahayakan para pemakai kamus karena menyangkut bahasa kasar yang peng_gunaannya tidak sembarang waktu atau sembarang kesempatan. Oleh karena itu tanpa mengurangi penghargaan yang tinggi atas jerih payah penyusun kamus DIF, maka penulis ingin menyarankan, jika mungkin, dilakukan pemeriksaan kembali khususnya yang rnanyangkut makian. Akhirnya, dengan segala kekurangannya, penulis meng_harapkan panelitian ini bermanfaat, sekeci1 apapun, sebagai pembuka jalan bagi penelitian yang selanjutnya yang lebih mandalam terutama mengenai makian BI yang sepanjang pengetahuan penulis masih luput dari perhatian para ahli BI."
1987
S14274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1971
S14461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruwet, Nicolas
Paris: Travaux linguistique, 1972
445 RUW t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naning Widaningsih Hendro Lukito
"Penulis tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang adanya perbedaan pengucapan fonem-fonem tertentu yang dilakukan oleh penutur asli bahasa Prancis. Perbedaan tersebut sering terjadi pada waktu penutur bahasa Prancis mengoposisikan dan merealisasikan fonem /e/ dan fonem / /"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Christina Uliaty
"ABSTRAK
Tujuan skripsi ini adalah memperlihatkan berbagai pola cakapan di dalam Archipel I yang menggambarkan bagai_mana partisipan berusaha mencapai tujuan utama. Sainpel yang diteliti untuk bahan analisis adalah 21 cakapan yang terdapat di dalam Archipel I.
Teori Parisi dan Castelfranchi (1981) beserta Austin (1960) dipakai dalam menganalisis tujuan cakapan. Tujuan dalam cakapan terdiri atas tujuan langsung (T1) yaitu tuju_an yang mengatur munculnya kalimat yang diujarkan seseorang. Pada saat T1 dikejar, ada tujuan yang dinamakan tujuan pengontrol (To) yaitu tujuan mengetahui apakah pendengar mendengar kalimat yang diujarkan pembicara, telah memahami hal tersebut dan telah mengambil tujuan kalimatnya. Tujuan yang lainnya adalah tujuan utama (T2) yaitu tujuan partisi_pan dalam menggunakan ujaran melalui sarana T1.
Hasil analisis tujuan cakapan digambarkan dalam bentuk skema. Skema dibuat berdasarkan tahapan yang dilakukan partisipan dalam mencapai T2nya. Selanjutnya dilakukan pengelompokan skema berdasarkan persamaan bentuk-bentuk skema yang terlihat dan yang masing-masing memperlihatkan persamaan cara partisipan berusaha mencapai T2. Setiap kelompok skema yang menunjukkan persamaan tersebut dijadikan satu pola cakapan yang diberi nama sesuai dengan bentuk skema yang terlihat_

"
1990
S14401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesa Noviyati Bandiyoko
"ABSTRAK
Dalam bahasa Prancis terdapat beberapa fungsi, diantaranya fungsi modals, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan fungsi keterangan cara. Yang dimaksud dengan fungsi keterangan cara dalah fungsi yang menerangkan predikat kalimat.Diketahui bahwa ada lebih dari satu bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara bahasa Prancis. Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah, aoa saja bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara, apa penanda fungsinya dan di mana posisinya dalam kalimat
Untuk mengetahui bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara dalam skripsi yang berjudul Bentuk dan Posisi Unsur Pengisi Fungsi Keterangan Cara Bahasa Pranci digunakan konsep satuan gmatikal. Selain itu digunakan konsep fungsi dan otomasi sintaksis untuk melihat dalam kalimat.
Berdasarkan analisis yang dilakukan terlihat bahwa (1) dari segi bentuk, fungsi keterangan cara bahasa Prancis mengenal 4 bentuk pengisi fungsi, yaitu momen, sintem, sintagma, dan klausa. (2) dilihat dari penanda fungsi keterangan cara terdapat penanda berupa monem fungsional (dalam hal ini preposisi) dan ujaran baku (locution prepositionale). Akhirnya (3) ada unsur yang otonom dan unsur yang tidak otonom. posisi unsur yang otonom dalam kalimat dapat berubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Ada dua jenis unsur yang tidak otonom, yaitu unsur yang posisinya dalam kalimat sama sekali tidak dapat berubah, dan unsur tidak otonom yang posisinya dalam kalimat dapat berubah dengan mengubah makna kalimat.
Dengan demikian jelas bahwa unsur fungsi keteragan cara bahasa Prancis terdiri dari beberapa bentuk dan posisinya dalam kalimat pun beragam.
Akhirnya, diharapkan hasil analisis ini dapat menjadi masukan paling tidak dalam penyusunan buku pedoman tata bahasa guru bahasa Perancis untuk menyajikan atau menerangkan fungsi keterangan sedemikian sehingga daat dicerna oleh seseorang yang sedang belajar bahasa Prancis.

"
1989
S14063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leimena, Poppy S.I.
"Kamus dan fungsinya. Sejak berkembangnya ilmu pe_ngetahuan, peranan kamus turut berkembang sebagai alat komunikasi yang informatif di dalam maeyarakat. Selain merupakan daftar kata-kata dengan masing-masing uraian maknanya yang disusun secara alfabetis, kamus juga memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan. Hal ini terutama terlihat dari fungsi kamus itu sendiri yang menurut Dubois (1971, 7) adalah sebagai berikut _ Untuk mendapatkan padanan kata dari suatu ba_hasa dalam bahasa lain. Hal ini berguna untuk menterjemahkan pesan-pesan dari suatu masyarakat lingguistik asing, sehingga dapat terjadi kontak kultural ataupun komersial, dan ini merupakan obyek dari kamus bahasa bilinque 'dal bahasa', misalnya kamus bahasa Prancis-Inggris/Inggris~Prancis French-English/English-French (Larousse), atau kamus plurilinque 'mul_ti bahasa', misalnya kamus Inggris-Prancis-Jerman-Itali-Spanyol-Swedia-Yahudi Webster's Third New International Dictionary and Seven Lanquage Dictionary..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanisyah Fahmi
"Penelitian dilakukan melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan menggunakan kamus ekabahasa bahasa Perancis dan kamus ekabahasa bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan padanan yang diberikan pada satuan leksikal perumahan dan melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan memilih kata kepala yang padanannya mengacu pada perumahan dan terdapat pada kamus umum Perancis-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan Hartono Ruslan D.E.S. Data dikelompokkan menurut kiasifikasi bangunan tempat tinggal yang dikemukakan oleh Dewey (1965:113). Penelitian tentang ketetapen padanan dilakukan dengan menggunakan teori analisis sem yang dikemukakan oleh Tutescu (1979:75). Penelitian untuk melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi (bahasa Perancis bahasa ibu pemakai kamus) dilakukan dengan membandingkan cara penyajian padanan, tipe padanan, bahasa yang digunakan dalam keterangan penjelas, dengan kaidah-kaidah penyusunan kamus dwibahasa serta dengan melihat ketepatan padanan yang diberikan. Teori yang dipergunakan dalam analisis Cara penyajian padanan dan bahasa yang dipergunakan dalam keterangan penjelas adalah teori yang dikemukakan oleh Al-Kasimi {1977:68 dan 23). Teori yang dipergunakan dalam analisis tipe padanan adalah teori tipe padanan pada kamus dwibahasa yang dikemukakan oleh Zgusta (1971:32) dan A1-Kasimi (1977:61). Hasil penelitian menunjukan bahwa 33,33% dari padanan yang diberikan adalah merupakan padanan yang tepat, 65,31% padanan yang kurang tepat dan 1,36% padanan yang salah. Sebagai sebuah kamus produksi, kamus tersebut kurang memadai karena: 52,38% dari padanan yang diberikan merupakan padanan tipe penjelasan yang tanpa disertai keterangan penjelas, 4,76% padanan tipe penjelasan yang disertai keterangan penjelas, hanya 40,14% padanan tipe sinonim tanpa keterangan penjelas dan 2,72% padanan tipe sinonim yang disertai keterangan penjelas. Sebagai sebuah kamus produksi, penyusun kamus harus mengutamakan padanan tipe sinonim agar padanan tersebut dapat dipersiapkan dalam kalimat-kalimat yang mempergunakan bahasa Indonesia. b. Padanan yang berasal dari satuan leksikal bahasa sumber yang merupakan polisemi tidak diberi keterangan penjelas yang menunjukkan perbedaan makna padanan.Sebagai sebuah kamus produksi, padanan yang demikian harus diberi keterangan penjelas agar pemakai kamus dapat membedakan makna padanan yang diberikan dari padanan lain yang juga dimiliki oleh kata kepala yang sama dan dapat mempergunakannya dalam konteks yang tepat. c. Bahasa yang digunakan dalam keterangan penjelas adalah bahasa Indonesia. Sebagai sebuah kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Perancis, keterangan penjelas harus disajikan dalam bahasa Perancis agar pemakai kamus dapat memahami penjelasan yang diberikan penyusun kamus.d. Sebagian besar {65,31%) dari padanan yang diberikan merupakan padanan yang kurang tepat. Sebagai sebuah kamus produksi, padanan yang. diberikan harus merupakan padanan yang tepat agar kalimat-kalimat yang dibentuk dengan mempergunakan padanan tersebut merupakan kalimat yang baik dan memiliki makna yang sama dengan pesan yang ingin disampaikan penulis atau pembicara. Satuan leksikal bahasa sumber yang padanannya mengacu pada perumahan sebaiknya diteliti kembali dan diadakan perbaikan. Sebaiknya penulis kamus mengaktifkan penggunaan keterangan penjelas agar padanan yang maknanya hanya mencakup sebagian maknasatuan leksikal bahasa sumber dapat sepadan dengan makna sebenarnya. Kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Indonesia sebaiknya tidak disatukan dengan kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Perancis, agar bentuk penyajian kamus tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemakai kamus dan kaidah-kaidah penyusunan kamus dwibahasa yang berlaku."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danihar Irawati Is. Gunawan
"Pembahasan deskriptif sufiks nominalisator bahasa Perancis dilakukan karena jumlah dan macamnya yang banyak, di mana setiap macam memiliki satu nilai atau lebih. Deskripsi ini bertujuan untuk memerikan macam macam sufiks nominalisator tersebut dan nilai yang dimiliki oleh setiap macamnya. Pembahasan sufiks nominalisator ini dilakukan berdasarkan teori linguistik aliran fungsional, khususnya yang menyangkut morfologi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kamus ekabahasa Petit Robert 1, Dictionnaire de ia Langue Francaise. Sufiks nominalisator yang dapat bergabung dengan verba ada 17 buah, dengan adjektiva hanya 3 buah dan dengan keduanya ada 14 buah. Hasilnya menunjukkan bahwa pembentukan nomina melalui proses afiksasi atau derivasi, cenderung terjadi pada verba. Penambahan sufiks nominalisator pada sebuah verba dapat menghasilkan bermacam-macam nilai, dan nilai terbanyak adalah nilai tindakan. Dari 33 sufiks nominalisator yang ada, sufiks nominalisator, yang produktif adalah sufiks nominalisator -ment mencapai jumlah 1024 (18.08%)."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>