Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devina Erlita F.
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi bacaan anak Indonesia yang tersaingi oleh bacaan terjemahan. Keadaan yang sama juga dialami oleh cerita rakyat Indonesia, padahal cerita ini merupakan warisan dan kekayaan budaya Indonesia. Kondisi yang demikian menggugah orang-orang yang berkecimpung dalam dunia bacaan anak untuk berbuat sesuatu. Salah satunya adalah Murti Bunanta, yang tidak hanya dikenal sebagai pemerhati dan kritikus bacaan anak, tetapi juga sebagai penulis buku anak.
Khusus untuk cerita rakyat, Murti telah melakukan penelitian yang mendalam untuk mengetahui problematika yang dihadapi cerita rakyat. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan bacaan anak secara umum dan permasalahan penulisan cerita rakyat untuk anak.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan emic, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan memperoleh penecaahan terhadap suatu permasalahan berdasarkan sudut pandang atau kerangka dari dalam anggota kelompok masyarakat itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan tinjauan literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Murti memberi perhatian terhadap 2 aspek dalam bacaan anak, yaitu pengarang dan ilustrasi. Untuk menuliskan cerita rakyat yang baik diperlukan penelaahan yang mendalam tentang cerita itu sendiri, berupa versi dan variannya, serta tujuan pembaca cerita tersebut. Ilustrasi berfungsi untuk meningkatkan nilai dan daya tarik buku tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran pengarang sangat penting dalam penulisan cerita rakyat Indonesia. Salah satu kendala bacaan anak datang dari segi pengarangnya juga, serta mengabaikan ilustrasi juga menjadi pemicu tertinggalnya bacaan anak Indonesia bersaing dengan bacaan dari luar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murti Bunanta
Jakarta: Balai Pustaka, 1998
398.2 MUR p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Murti Bunanta
"ABSTRAK
Di Indonesia cukup banyak dilakukan penulisan kembali dan penerbitan cerita rakyat, baik untuk keperluan cerita anak-anak, maupun untuk kepentingan dokumentasi dan inventarisasi. Melalui pendataan yang dilakukan untuk kepentingan penelitian ini, dapat dilihat bahwa cerita rakyat untuk anak paling banyak diterbitkan dalam kurun waktu dua puluh tahun belakangan ini. Paling tidak ada enam penggunaan dari buku-buku tersebut yang dapat disebutkan di sini, yaitu: (1) sebagai bacaan penghibur (leisure reading) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah, (2) sebagai teks bacaan buku pelajaran bahasa Indonesia, (3) sebagai teks bacaan buku pelajaran bahasa Belanda dan bahasa daerah, (4) sebagai teks bacaan buku pelajaran bahasa Inggris, (5) sebagai bacaan pendidikan yang berkaitan dengan budi pekerti, dan (6) sebagai bacaan pendidikan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral Pancasila.
Penulisan kembali cerita rakyat untuk bahan bacaan anak mengundang berbagai argumentasi. Paling tidak ada lima masalah yang telah dilontarkan oleh para peneliti Barat. Pertama, berkaitan dengan asal cerita rakyat. Karena berasal dari tradisi Iisan, maka ada pendapat yang mengatakan bilamana cerita rakyat sudah menjadi bahan bacaan, maka tak dapat disebut lagi sebagai cerita rakyat (Shannon, 1986: 117). Kedua, berkaitan dengan kejujuran pengarang. Seseorang yang menuliskan kembali suatu cerita rakyat seyogyanya mencantumkan dalam bukunya selain data-data dari sumbernya, juga memberikan keterangan apakah cerita tersebut merupakan saduran, versi pendek, atau penceritaan kembali (lihat Ord, 1986:115). Ketiga, berkaitan dengan mutu penulisan atau ketrampilan penulis. Tidak semua pengarang menghasilkan versi yang baik; ada versi yang bersifat moralistis, ada yang sangat disederhanakan, ada yang memberikan keterangan panjang lebar dan amat membosankan pada setiap kejadian, dan ada pula yang memberikan banyak detil-detil seperti sebuah novel (lihat Nodelman, 1982: 9 dan lihat pula Smith, 1980: 18). Keempat, berkaitan dengan maksud penulisan kembali cerita tersebut. Misalnya: 1. Untuk kepentingan target pembaca, seperti yang dilakukan Charles Perrault. la mengubah beberapa bagian dongeng Cinderella supaya cocok dengan pembaca bukunya, yaitu anak-anak yang berasal dari golongan bangsawan; 2. Untuk menghilangkan hal-hal yang dianggap tabu supaya dapat dibaca anak, seperti yang dilakukan oleh Grimm bersaudara; 3. Untuk kepentingan suatu paham, yaitu feminisme yang bermaksud mengubah citra tokoh wanita dalam cerita rakyat (lihat Lurie, 1990: 16-28). Perubahan-perubahan semacam ini antara lain dianggap sebagai penyebab cerita rakyat mengalami distorsi (Nodelman, 1990: 145). Kelima, berkaitan dengan asal usul koleksi. Timbul pertanyaan, apakah cerita yang diberikan pada anak sebaiknya yang berasal dari koleksi di lapangan ataukah yang sudah dituliskan kembali (lihat Lurie, 1990: 22 dan lihat pula Smith, 1980: 18).
Sesuai dengan keadaan di Indonesia, masalah yang disoroti dalam disertasi ini adalah penulisan kembali (retelling) cerita rakyat untuk anak di Indonesia ditinjau dari penyajian cerita. Hal ini berkaitan dengan masalah ketiga di atas, yaitu kualitas penulisan. Untuk itu, dibahas 22 versi dongeng Bawang Merah Bawang Putih dari 21 pencerita kembali (untuk selanjutnya disebut pengarang). Penelitian dilaksanakan dengan membandingkan penyajian cerita 22 versi tersebut. Perlu dikemukakan, bahwa pada awalnya telah diteliti 128 cerita rakyat yang terdiri dari 8 judul cerita (tema). Kedelapan judul ini merupakan tema yang paling sering dituliskan dan diterbitkan kembali sehingga muncul dalam berbagai versi tulis. Cerita-cerita ini berjenis dongeng, legenda, dan mite. Berhubung metode kerja dan metode penelitian yang dipakai ternyata dapat diterapkan pada ketiga jenis cerita rakyat ini, maka diputuskan untuk menggunakan dan menuliskan satu contoh saja, yaitu Bawang Merah Bawang Putih.
Masalah yang ditinjau dalam mengembangkan 22 versi dongeng Bawang Merah Bawang Putih adalah sebagai berikut:
  1. Apa perbedaan dan persamaan versi-versi tersebut dan bagaimana persamaan ini membentuk suatu verisi kelompok atau versi kebudayaan
  2. Bagaimana pengarang menggarap elemen-elemen penyajian cerita
  3. Bagaimana dampak penyajian pada makna cerita
Metode penelitian yang dipakai dalam disertasi ini adalah penelitian pustaka. Secara keseluruhan, penelitian ini mengetengahkan 29 versi dongeng Bawang Merah Bawang Putih, 22 versi diantaranya akan dibahas secara mendalam dan ditabelkan, sedangkan 7 versi lainnya akan disinggung seperlunya sebagai materi pembanding (dua berasal dari buku anak Malaysia dan 5 lainnya berasal dari wawancara). Tahun penerbitan yang tertua yang dapat dilacak adalah keluaran tahun 1904 dan yang termuda keluaran tahun 1994 (sampai saat disertasi ditulis). Selain dalam bentuk buku, dongeng yang diteliti juga ditemukan dalam bentuk tulisan dalam majalah, lontar, dan dokumentasi. Mengenai bahasa yang dipakai tercatat lima versi menggunakan bahasa Belanda, satu versi bahasa Jawa aksara jawa, satu versi bahasa Bali, satu versi bahasa Inggris, dan 14 versi bahasa Indonesia. Sebagian besar buku-buku ini diterbitkan sebagai bacaan anak dan remaja. Sedangkan yang bukan dikhususkan untuk anak dan remaja tetap akan dibahas dan digunakan sebagai materi pembanding...

ABSTRACT
Folktales written for children in Indonesia have been done for more than 100 years. And in 1993 publication of folktales as children's reading was even included in the National Guidelines, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1993).
The research is aimed at finding out the problems in retelling folktales seen from the story presentation. There are two approaches applied in this research comprising children literature and folklore approaches based upon a structural theory.
As the corpus of study, 29 versions of Bawang Merah Bawang Putih were chosen, 22 versions of which were profoundly discussed while the necessary discussion of the rest 7 versions were used as comparison. The oldest publication was in 1904 and the latest in 1994. Each version was retold by different author. And the languages used in these resources are Dutch (5), Javanese in Javanese Character (1), Balinese (1), English (1), and Indonesian (14).
The research was carried out through three stages. The first stage was version analysis. The second stage was an analysis around the literary qualities such as characterization, plot, setting, theme, style and diction. Since the presentation of these elements might influence the meaning of story, the impact of presentation on meaning was then discussed in the third stage.
It could be concluded from the analysis of versions that the story published earlier seems to be the only source of reference for later works. There was no indication that the writers have tried to seek for or add other sources in order to improve the quality of their creative process.
From the analysis of presentation, it could be concluded that the literary folktales as the products of writers? creation are often didactic, moralistic, sentimental, and demonstrate moral explicitly. In treating the theme of story, the writer's attention is especially focused on the central theme (stepchild abuse) so that the values evoked on side themes seem to be ignored or deserved less consideration.
Although the tales are fantasy, but the writers' inability to sustain it and present the stories realistically caused settings in the stories do not look like to take place in a fairyland but in a real world and happen not so long ago.
Regarding the characterization, in general the protagonist appears only in a single character, kind hearted, diligent and hard working, obedience, self-surrender, not greedy, not revengeful and devoted. The result is that the story fails to present victory, recognition, and justice for the good.
The problems coming out of plots result from the numerous interpolated unconnected events which then bring about considerable sub-plots. Consequently, the story seems not to directly touch on the core of story and its conflicts. This makes the meaning of the story vague.
The language style of the folktale should be brief and simple. Nevertheless, many versions use language style with long sentences. Besides, in some version the style used does not fit the age of intended readers.
The research also shows that the interpretation of meaning is only based upon what has been explicitly presented due to the unawareness of its symbolic meaning. Besides creation and improvisation done by the authors are merely focused on the step children's sufferings and the cruelty of step mother. Consequently, events having the elements of fantasy which are potential to be developed without ruining the central theme are ignored or even forgotten.
Another thing that contributes to the problems is related to retellings which are not intended for leisure readings but as educational aids and informational readings instead. This has made the children unable to interpret the meaning of story freely as it is strictly tied to certain intended answers.
In addition to discussing the problems in retelling a folktale, the research also shows how the concept of Type-Index and Motif-Index derived from folklore study could be applied on literary study. Moreover, the research has also identified the uniqueness of Bawang Merah Bawang Putih story as having two tale-types namely "Cinderella" and "The Kind and the Unkind Girls". And unlike the most European fairytales, the main woman character is not stereotype.
To conclude, a good retelling depends upon three aspects. Firstly, to enforce creation not strictly to plots connected to the central theme alone. Secondly, the ability to sustain the fantasy and imagination contained in fairy tales. And thirdly, meaning interpretation should be considered from literal and psychological prospective. In this way the retellings will not be destructive creations, but innovative instead.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D77
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Utomo
"Skripsi ini bertujuan membuat suatu Bibliografi cerita rakyat Indonesia yang cukup lengkap, sejak tahun 1945-1995. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan di beberapa perpustakaan, terutama di Perpustakaan Nasional RI, perpustakaan HB. Jassin, Perpustakaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, serta Perpustakaan Dinas P.T. Balai Pustaka.
Data yang dikumpulkan adalah deskripsi bibliografi dari buku-buku cerita rakyat Indonesia dari berbagai golongan, yang terbit sejak 1945 sampai 1995, dan sudah dialih bahasa. Selanjutnya dilakukan penyusunan bibliografi ceita rakyat secara kronologis, yang kemudian dilengkapi dengan pemilahan/klasifikasi berdasarkan subjek (dalam hal ini berdasarkan daerah asal cerita tersebut). Bibliografi tersebut juga dilengkapi dengan indeks judul dan indeks pengarang.
Sumber utama yang dipergunakan adalah Bibliografi Nasional Indonesia. Pada bibliografi ini terdapat 900 entri judul. Diperoleh kesimpulan bahwa masih kurangnya minat masyarakat atau peneliti dalam melakukan pengumpulan dan menerbitkan cerita-cerita rakyat yang khas dari masing-masing daerah di Indonesia. Sedangkan dari judul yang sudah pernah diterbitkan dapat diperoleh kesimpulan, masih kurangnya pemerataan jumlah terbitan dari setiap daerah. Karena ditemukan beberapa daerah/etnis/suku yang memiliki jumlah terbitan jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Perpustakaan Nasional selaku penyusun Bibliografi Nasional Indonesia kurang pro-aktif dalam melakukan pengumpulan bahan pustaka dan penyusunan Bibliografi Nasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Niken Pramanik
"ABSTRAK
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui fungsi-fungsi atau motifeme yang terdapat dalam cerita rakyat yang bermotif Oedipus sehingga dapat disusun suatu struktur dari cerita rakyat yang bermotif Oedipus. Tujuan lain dari penulisan skripsi ini adalah menentukan konsep yang terdapat dalam cerita rakyat yang bermotif Oedipus. Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah tiga cerita dari tiga daerah yang berbeda. Ketiga cerita itu adalah cerita rakyat Watu Gunung dari daerah Nusa Tenggara Barat, cerita rakyat Sangkala Gunung Kupak dari daerah Jawa Barat, dan cerita rakyat Batu Darah Muning dari daerah Kalimantan Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga cerita rakyat tersebut mempunyai struktur sebagai berikut: pahlawan ditandai -> pahlawan meninggalkan rumah -> satu larangan diberitahukan kepada pahlawan -> larangan dilanggar -> pahlawan kembali pulang -> pahlawan yang tidak dikenali tiba di negerinya -> pahlawan menikah -> pahlawan dikenali -> pahlawan mendapat hukuman

"
1996
S11029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
306.089 TAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rasyid
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999
398.212 ABD c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
398.21 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Pratiwi
"Penelitian ini membahas mengenai kegemaran anak-anak tingkat sekolah dasar khususnya kelas 4, 5, dan 6, terhadap bacaan anak yaitu komik dan cerita rakyat. Penelitian ini merupakan hasil studi kasus yang dilaksanakan di SDN Cipete Selatan 01 Pagi Jakarta Selatan pada tanggal 5 Agustus 2002.Penelitian dilakukan tidak untuk membandingkan antara komik dan bacaan cerita rakyat, ataupun mencari tahu mana yang paling disukai anak diantara keduanya secara merinci. Penelitian ini hanya sebatas pada pembuktian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anak mengenai kegemaran mereka terhadap komik maupun bacaan cerita rakyat.Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada populasi yang diambil dari jumlah seluruh siswa siswi kelas 4, 5, dan 6, yangmembaca bacaan cerita rakyat dan komik. Tehnik pengolahan data mempergunakan persentase. Proses pengolahan dijelaskan.Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh responden menyatakan dirinya menyukai bacaan cerita rakyat maupun bacaan komik. Faktor-faktor lain yang mendukung kegemaran anak terhadap kedua bacaan tersebut yaitu adanya dukungan dari orang tua dengan cara membelikan komik dan tidak melarang responden membaca komik meskipun mereka tidak memberikan uang secara khusus kepada responden untuk membeli komik. Faktor cerita dan gambar pada komik juga berperan penting. Tema petualangan yang disertai dengan aksi dan laga juga menjadi pilihan terbanyak dari responden, di samping pernyataan bahwa komik dapat diingat lebih lama oleh responden. Hal lainnya yaitu mengenai pernyataan ketidaksetujuan dari sebagian besar responden mengenai asumsi jika komik dikatakan sebagai bacaan yang tidak mendidik.Akhirnya beberapa saran dan masukan penulis ajukan sebagai upaya guna mengetahui perkembangan minat anak terhadap bacaan yang mereka sukai di samping meningkatkan mutu bacaan anak-anak yang pada akhirnya akan memperkaya khasanah dunia bacaan anak-anak. Selain itu peneliti menyarankan kepada pihak sekolah agar lebih dapat mengetahui bacaan apa yang sebenarnya disukai anak-anak, melalui kebijakan pengembangan koleksi di perpustakaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>