Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Kamaluddin
"Karya tulis ini mengkaji layanan perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria dan Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita, Tangerang, yang berlangsung selama bulan September 1995 sampai dengan Oktober 1995. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada layanan perpustakaan yang dijalankan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, Tangerang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara bebas dengan petugas lembaga pemasyarakatan, petugas perpustakaan lembaga pemasyarakatan dan narapidana.
Kesimpulan yang diperoleh adalah pada umumnya layanan perpustakaan lembaga pemasyarakatan anak, Tangerang, kondisinya sangat memprihatinkan karena masih banyak kekurangan yang ada dalam hal anggaran, koleksi, surnber daya manusia, kegiatan perpustakaan, dan organisasi dan administrasi perpustakaannya. Tidak adanya anggaran berakibat pada buruknya kondisi koleksi dan tidak adanya kegiatan yang seharusnya dijalankan oleh suatu perpustakaan; Sumber daya manusia yang ada jugs tidak berlatar belakang ilmu perpustakaan sebagaimana yang disarankan, selain itu tidak ada kejelasan tentang struktur organisasi perpustakaan.
Untuk meningkatkan layanan perpustakaan, beberapa usaha perlu ditempuh, antara lain :
1. Anggaran yang ada hendaknya direalisasikan untuk menjamin kelangsungan layanan perpustakaan dengan baik.
2. Sumber daya manusia yang ada kualitasnya perlu ditingkatkan dengan membekali mereka dengan latar belakang ilmu perpustakaan yang baik.
3. Koleksi perpustakaan perlu dibina, sesuai pedoman yang ada, misalnya mengikuti pedoman pembinaan koleksi perpustakaan umum.
4. Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak , Tangerang, perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain misalnya dengan perpustakaan umum, guna peningkatan layanannya.
5. Perlu kejelasan tentang organisasi dan administrasi perpustakaan dan letak perpustakaan dalam struktur organisasi lembaga pemasyarakatan. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S15025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Effendi
"Buku dan bahan-bahan pustaka lainnya, harus disediakan untuk memenuhi permintaan, keinginan, kebutuhan informasi, dan kebutuhan penerangan seluruh warga masyarakat (Library Bill of Rights). Berangkat dari pemikiran tersebutlah, penelitian mengenai perpustakaan lembaga pemasyarakatan dilaksanakan. Karena bagaimanapun narapidana tetap memiliki hak dan kewajiban sebagaimana warga negara lainnya, bedanya ia hanya sedang dijatuhi hukuman hilang kemerdekaan saja. Penelitian ini mengevaluasi koleksi Perpustakaan Lembaga Pemasyarakataan Anak Wanita Kelas IIB Tangerang, Evaluasi koleksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menanyakan pendapat pemakai terhadap koleksi perpustakaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pemakai meliputi, persepsi terhadap koleksi, pemanfaatan, kebutuhan bahan bacaan dan manfaat bahan bacaan terhadap diri mereka. Populasi dalam penelitian ini adalah anak narapidana. Sampel dalam penelitian ini berjumlah enam orang anak narapidana yang telah memanfaatkan perpustakaan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria lama menghuni lembaga pemasyarakatan, kemampuan membaca, dan pemanfaatan perpustakaan. Selanjutnya guna memperoleh data yang diperlukan enam orang responden tersebut diwawancarai. Selain itu diwawancarai pula Kepala Perpustakaan LP Anak Wanita Kelas IIB Tangerang dan Kepala Seksi Bimbingan Narapidana 1 Anak Didik dan Kegiatan Kerja sebagai data pembanding. Hasil wawancara dikelompokkan berdasarkan pertanyaan yang diajukan serta dianalisis untuk melihat kecenderungan sikap sebagian besar responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa para responden cenderung mengatakan bahwa keseluruhan koleksi perpustakaan lembaga pemasyarakatan masih Kurang Baik dari segi kualitas, meskipun untuk kuantitas beberapa koleksi sudah Cukup Baik. Namun berbanding terbalik dengan persepsinya, pemanfaatan para responden terhadap beberapa koleksi dapat dikatakan cukup tinggi, walaupun sebenarnya tingkat pemanfaatan tersebut dikarenakan program-program yang diadakan di dalam lembaga pemasyarakatan. Para responden sendiri mengatakan lebih membutuhkan buku cerita dibandingkan buku lainnya. Dengan kata lain para responden dapat didorong atau dipaksa untuk memanfaatkan koleksi tertentu dengan menerapkan program-program tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S15220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destiya Puji Prabowo
"Perpustakaan lembaga pemasyarakatan bermanfaat sebagai sarana yang menghubungkan narapidana dengan dunia luar, sebagai sarana hiburan dan rehabilitasi mental sehingga dapat mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik agar dapat kembali ke masyarakat.
Objek penelitian adalah Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Penelitian ini berfokus pada bagaimana gambaran sesungguhnya mengenai layanan perpustakaan di lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan perpustakaan belum dijalankan secara optimal dikarenakan pengelolaan perpustakaan belum dilaksanakan secara profesional; sumber daya manusia yang kurang memadai; anggaran yang tidak tersedia; koleksi yang kurang berkualitas; serta kegiatan layanan yang tidak optimal pula.

The Correctional institution library is a useful media to connect the inmates with the outer world; as an entertainment as well as a mental rehabilitation place, expected to be able to change the inmates behaviours better so that they can go back to the society with improved attitudes and behaviours.
The research`s object is the Prison Library for Male Young Offenders Class IIA Tangerang Indonesia. It focuses on how library services are performed in a correctional institution. This is a qualitative research using descriptive research design.
The result shows that the library has not yet been managed and organised properly because it lacks of human resources and budget, poor quality collection and inadequate library services."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15461
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Runturambi, Arthur Josias Simon
Bandung: CV Lubuk Agung, 2011
340.06 JOS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Santoso
"Pencegahan konflik di Lembaga Pemasyarakatan sudah seharusnya menjadi prioritas utama dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, di mana kondisi keamanan di Lapas menjadi barometer utama keberhasilan Lapas. Untuk menjadikan kondisi Lapas aman, jauh dari konflik dibutuhkan petugas Lapas yang mampu membaca situasi apabila konflik di Lapas akan terjadi. Untuk itu diperlukan suatu intervensi kepada petugas Lapas, berupa intervensi peningkatan kapasitas petugas Lapas dengan pelatihan mencegah konflik, terutama konflik yang bersifat laten. Pelatihan merupakan salah satu bentuk pilihan alternatif yang dirasa paling efektif untuk meningkatkan kemampuan petugas, khususnya petugas pengamanan. Adapun modul dari pelatihan tersebut menitikberatkan pada 4 (empat) hal yaitu; memahami konflik, strategi menangani konflik, metode peringatan dan tanggapan dini (Early Warning System), Participatory Action Research. Penulis berharap agar intervensi yang penulis buat dapat dijadikan sebagai acuan untuk pelatihan penanganan konflik, baik penanganan konflik yang terjadi di Lapas Klas I Cipinang pada khususnya dan lembaga pemasyarakatan lainnya pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runturambi, Arthur Josias Simon
"Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai masyarakat di balik tembok Lapas. Pertanyaan utama adalah budaya penjara bagaimana yang melandasi kehidupan sosial di Lapas. Telaahan dalam penelitian ini dilandasi pemikiran antropologis Lapas adalah semi autonomous social field (SASF). Penelitian lapangan dilakukan selama tiga tahun, melibatkan 14 informan kunci narapidana dan 12 petugas Lapas X.
Hasil telusuran lapangan menunjukkan keterbatasan dan deprivasi di Lapas muncul sebagai tafsir aktor bukan lembaga. Analisis penelitian memperlihatkan arena sosial di Lapas bersifat sementara dan mudah berubah. Berbagai kesepakatan diciptakan, dibentuk dan dipertahankan aktor sesuai konteks, dan menjadi acuan berperilaku di Lapas. Realitas ini menunjukkan berlakunya budaya penjara dinamis di Lapas X.

This paper is an ethnographic study to understand the prison?s culture in the correctional institutions ?X?. The writer has examined carefully the way of living day by day directly and raised a variety of mutual agreements among the residents behind the prison walls.
The results in the investigation field shows the limit and deprivation that appears as an interpretation actor, not the institution, that occur according certain contexts. The prison?s culture not only discuss informal agreement but how the agreements can be maintained by the actors in everyday?s life utilization in fulfilling the needs and self-interests."
Depok: Departemen Antropologi, FISIP UI, 2013
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Runturambi, Arthur Josias Simon
"Hasil penelitian ini merupakan studi etnografi yang penulis lakukan selama tiga tahun di Lapas Bogor. Tujuan penelitian ini secara khusus untuk menambah pengertian tentang keberadaan masyarakat di balik tembok penjara dari pengalaman narapidana yang berdiam serta petugas yang bekerja dalam Lapas. Penelitian dilandasi pemikiran antropologis bahwa Lapas adalah semi autonomous social field (SASF) sehingga memungkinkan teknik-teknik penelitian dan observasi etnografis diterapkan dalam Lapas.
Fokus utama penelitian adalah memahami keberlangsungan budaya penjara di Lapas. Penulis meneliti realitas kehidupan sehari-hari di Lapas dengan berpartisipasi secara langsung, melalui interaksi intens, mengamati aktivitas, perilaku, menelusuri kesepakatan yang ditemui di lapangan. Realitas ini menjadi gambaran budaya penjara, sekaligus memperlihatkan cara pandang yang berbeda dalam memahami budaya penjara di Lapas.
Telaah pustaka secara garis besar mengurai budaya penjara sebagai upaya menghadapi berbagai keterbatasan dan deprivasi dalam lembaga. Selanjutnya hasil telusuran lapangan menunjukkan keterbatasan dan deprivasi muncul sebagai tafsir aktor bukan lembaga, yang muncul dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan informal yang berlaku sesuai konteks tertentu. Budaya penjara tidak hanya mempersoalkan kesepakatan-kesepakatan (informal) tapi bagaimana kesepakatan-kesepakatan tersebut dipertahankan para aktor dalam kehidupan rutinitas seharihari, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan.
Analisis penelitian memperlihatkan peran aktor dan konteks menampilkan budaya penjara di Lapas berlangsung dinamis, tidak statis. Dinamis karena perubahan memandang budaya penjara dari pemahaman budaya sistemik kearah aktor dan konteks. Analisis penelitian menggarisbawahi budaya penjara tidak lagi mengikuti bingkai institusi atau lembaga, tapi menekankan sisi individu atau aktor yang berperan memelihara berbagai kesepakatan informal berdasar konteks-konteks tertentu.

The result of this research forms an ethnographic study the writer has studied for three years in the correctional institutions (Lapas) in Bogor. The purpose of this research is especially to increase understanding about the existence of the community behind the wall of the prison, the experience of the prisoners, working along with officals in the institution. This research is based on anthropological thinking that the institution (Lapas) is a semi autonomous social fiels (SASF), so that technical and ethnographic observation could be applied in the institution.
The principal research are to appreciate the facts of the prison`s culture in the institution. The writer has examined carefully the way of living day by day directly by participating interaction intense, by monitoring their behaviour, by following the reach of agreement, found in the field. This realization becomes at the same time prison illustration that shows the difference to understand the prison`s culture in the institution.
The study of the devining manual in general explains the prison`s culture as an effort in facing various involvements and deprivations in the institution. Futhermore the result in the investigation field, shows the limit and deprivation that appears as an interpretation actor, not the institution, that appears in informal agreements that occur according certain contexts. The prison`s culture not only discuss informal agreement, but how the agreements can be maintained by the actors in everyday`s life utilization, in fulfilling the needs and self-interests.
The analytical research shows the actor`s role and contexts to bring forward prison`s culture in the institution goes on dynamic, not static. Dynamic because of the change of view of the prison`s culture from the systemic culture to the actor`s direction and contexts. The analytical research underlines that prison`s culture doesn`t follow the institution`s frame or organization, but emphasized the individual side or actor who has taken a role to take care in various informal agreements in accordance with certain contexts."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
D1287
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliawan Dwi Nugroho
"Penelitian ini berfokus pada upaya penanggulangan kepadatan hunian di dalam lingkungan Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penggalian informasi yang relevan dengan topik yang diteliti dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam kepada informan yang memahami permasalahan yang sedang diteliti ataupun informan yang mengalami langsung situasi over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS yang ada di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdapat di DKI Jakarta.
Dari hasil temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan dan penempatan tahanan baru yang berlaku di RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini telah diatur dalam PROTAP (prosedur tetap) pengelolaan RUTAN dan LAPAS. Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta dalam mengatasi over capacity adalah pembangunan gedung hunian baru, perbaikan gedung bangunan lama, penggunaan gedung bangunan umum sebagai blok hunian, pemaksimalan pengisian kamar hunian, pemberian kemudahan dalam proses pengurusan CB, CMB, PB dengan sistem jemput bola. Sedangkan Rencana Strategis RUTAN dan LAPAS dalam menanggulangi kepadatan hunian adalah selain menjalankan upaya-upaya penanggulangan yang sudah ada juga dirasa perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama secara multi pihak khususnya dengan institusi terkait dalam sistem peradilan pidana terpadu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwono
"Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan program terapi Criminon untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program dengan membandingkan apakah ada perubahan sebelum dan sesudah mengikuti program terapi Criminon dikaitkan dengan pencapaian tujuan khusus dan tujuan umum. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif.
Dari analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa : Efektifitas program terapi Criminon yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan Klas II A Narkotika secara umum bisa dikatakan cukup efektif hal ini bisa dilihat dari pencapaian tujuan khusus dan tujuan umum.
Tujuan khusus: 1). Mampu meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi, 2). Sebagian besar memahami materi yang diberikan, 3). Peserta memahami nilai-nilai etika yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 4). Memahami sifat-sifat sosial dan anti sosial, memahami prinsip golden rule, yaitu jika tidak suka orang berbuat sesuatu terhadap kita maka kita jangan melakukan terhadap orang lain.
Tujuan umum: 1). Peningkatan rasa percaya diri, 2). Selama di lembaga pemasyarakataan mampu menahan sugesti dan tidak menggunakan narkoba, 3). Tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan, 4) Berusaha menumbuhkan rasa kedisiplinan, 5). Merubah perilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik, 6). Tumbuh rasa optimisme untuk menjalani hidup tanpa tekanan narkoba.
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program terapi adalah 1). anggaran, 2). sumber daya manusia, 3). sarana dan prasarana. Saran-saran untuk mengatasi kendala-kendala tersebut:
1. Anggaran. Menjalin kerja sama dengan pihak ketiga.
2. Sumber Daya Manusia. Menciptakan instruktur baru.
3. Sarana dan Prasarana. Memprioritaskan adanya ruangan khusus untuk kegiatan Criminon.

The focus of this study is trying to find out how far the effectivity of Criminon Therapy Programme?s implementation by comparing the changes between before and after someone join in the programme and in relation with the achievement of special and general purpose of the programme. This study is classified as a qualitative research with a descriptive design.
Interview?s result analysis gives some conclusions that the effectivity of Criminon Therapy Programme?s implementation in Class IIA Jakarta Narcotics Prison is good enough in general and it reflects from the achievement of special and general purposes of the programme
The special purposes are (1). Able to increasing the communication skills; (2). Most of curriculum which given can be understood. (3). All participants have a good understanding of ethics values which have to implemented in daily life. (4). Able to comprehend the social and anti-social characters and also the golden-rule principle which define as if we don?t want someone do the bad things, so do not do the same things to another one.
The general purposes are (1). The increasing of self-confident. (2). Ability to resist and overcome a suggestive feeling related to narcotics using and also not using it as long as he live in prison; (3). Get no difficulties in socialize with community; (4). Trying to raise discipline; (5). Behaviour changes from bad into good ones (6). Growing up some optimism in living a life without pressure to use narcotics.
The implementation of this programme is facing some difficulties which are (1). budget (2). human resources and (3). facility. Here are some suggestions to overcome those difficulties :
1.Budget ; Collaboration with some third parties in running this programme.
2.Human Resources ; Create some new instructors.
3.Facility ; Availability of special room for Criminon activities as a top first priority."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25419
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohades Waskito
"Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah salah satu Unit Pelaksana teknis (UPT) dari Departemen Hukum Dan HAM yang melaksanakan fungsi pengamanan dan pembinaan terhadap narapidana selama menjalani masa pidanananya. Salah satu tolak ukur keberhasilan Lapas adalah sejauh mana keamanan dan ketertiban dapat terpelihara. Lapas merupakan miniatur dari kehidupan masyarakat yang sesungguhnya yang memiliki norma atau aturan, kebiasaan dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakatnya. Di dalam Lapas akan tercipta komunikasi antar anggota masyarakat yang bersifat positip maupun yang negatif yang tidak bisa dihindari. Komukasi yang positif berdampak kepada terciptanya keamanan dan ketertiban yang kodusif bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan Petugas. Sebaliknya, komunikasi yang negatif dimana anggota masyarakat di Lapas tidak mengindahkan norma-norma, aturan-aturan dan budaya yang telah disepakati dapat memicu benturan antar WBP atau kelompok-kelompok di dalam blok human.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan pengamanan di Lapas Klas I Sukamiskin Bandung sudah dilaksanakan dan diterapkan dengan baik. Apakah penerapan sistem pengamanan hanya mempergunakan Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) dan Prosedur letup (PROTAP) keamanan dan ketertiban Lapas atau juga mempergunakan sistem lain sebagai upaya meredam ganguan keamanan dan ketertiban di Lapas Sukamiskin. Hal ini dikarenakan tidak tertutupnya kemungkinan, dengan penerapan aturan yang sangat ketat dapat pula menimbulkan hambatan bagi petugas pengamanan dalam melaksanakan tugas.
Pendekatan penelitian adalah pendekatan Managerial dan Yuridis, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatip dengan metode wawancara sebagai panduan dalam mengumpulkan data dari objek penelitian. Hasil penelitian akan dipaparkan secara deskriptip analisis dengan mengambil lokasi penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin. Data yang dipergunakan adalah data primer yang didapat dari basil wawancara clan pengamatan lapangan, dan data sekunder yang diperoleh dari study kepustakaan dan study dokumentasi yang berkaitan dengan pemasyarakatan dalarn penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Lapas Klas I Sukamiskin dalam melaksanakan pengamanan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan, disamping berpedoman pada ketetentuan peraturan pengamanan yang ada, juga menerapkan sistem pengamanan yang melibatkan Pemuka Blok untuk berkerjasama dengan Petugas Pengamanan dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban di Lapas Klas I Sukamiskin Bandung."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 20496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>